~49~

11.1K 386 7
                                    

....

"Kau yakin akan baik-baik saja?" Tanya Niel tak berniat untuk pergi dari Fina. Hari ini ia harus menghadiri perjamuan bisnis di California. Dan di usia kandungan Fina yang menginjak usia 9 bulan membuatnya was was. Dan kebetulan yang tak di harapkan Erick juga tak ada disini untuk menjaga Fina. Ia harus mengambil sesuatu dan kemungkinan akan kembali tengah hari nanti.

"Oh ayolah Niel.. aku akan baik-baik saja. Kau tahu kan? Waktu persalinan ku masih dua minggu lagi. Jangan khawatir. Aku akan menghubungimu jika terjadi sesuatu." Niel menghela nafasnya, ia bukannya tak ingin percaya pada Fina, hanya saja, semua tak akan bisa berkutik jika Tuhan memutuskan, siapa yang bisa melawan?

"Aku mengerti. Pastikan kau tidak melakukan hal yang ceroboh. Kalau begitu aku pergi, aku akan kembali secepatnya." Niel mengecup pipi gadis itu lalu beralih ke bayinya.

"Jangan keluar terlalu cepat sayang. Pastikan kau menunggu Daddy mu ini." Cium Niel membuat Fina terkekeh geli. Bahkan bayinya saja mengerti ucapan Niel dan melayangkan tendangan membuat Niel tersenyum tak karuan. Begitu pula Fina.

Niel berjalan keluar memasuki mobil mewahnya di mana Steven sudah menunggu lama. "Lama sekali. "Cebik nya kesal. Tidak sepenuhnya karena Niel yang lama tapi juga karena ia tak di izinkan untuk menyapa Fina lebih dulu.

"Jika kau menginginkannya menikahlah dengan seorang wanita lalu kau akan merasakan menjadi seorang ayah bukannya ibu." Kekeh Niel menggoda Steven. Semenjak Steven jatuh sakit malam itu ia tak begitu menyerahkan semua pekerjaan padanya. Ia masih sayang dengan teman cantiknya ini.

"Lihatlah, Fina melambaikan tangannya padamu. Kita harus menyelesaikan semua hari ini, dan kau akan segera bertemu Fina dan kekasihmu." Tambah Niel memasang senyum pada Fina yang berada di luar rumah mengiring kepergiannya.

Steven hanya fokus pada gadis itu dan ia membalas salam nya untuk Fina. Ia sebenarnya tak tega meninggalkan Fina di rumah sendirian.

Fina memasang senyum terbaiknya sembari mengusap buah hati dalam kendungan. Dari tadi ia merasakan anaknya seperti ikut melepaskan sang ayah untuk bekerja. Ia terus saja tersenyum memikirkan bagaimana anaknya itu akan pintar seperti dirinya. Bisakah ia melihatnya bermain dan tumbuh besar.

Daripada memikirkan semua kemungkinan buruk yang terjadi ia memilih untuk masuk dan membuat sesuatu untuk anaknya jika sudah lahir nanti. Ia berfikir untuk membuat sarung tangan mungil untuk anaknya. Memikirkan betapa lucu jika itu di kenakan nanti membuatnya tersenyum cerah.

Ia pun mengambil peralatan itu di laci nakas ruang tamunya tapi...

"Akhh.. Ouch..You're very excited, baby." Ucap Fina terkekeh merasakan tendangan bayinya sangat kuat.

Tapi ini tidak seperti yang di pikirnya, setelah beberapa saat ia menyadari ini bukan gerakan biasa melainkan kontraksi. Dengan susah payah ia meraih smartphone nya di sisi meja dengan berpegangan pada kursi. Itu sangat sakit membuat Fina tak sanggup menahannya. Erangan erangan kesakitan memenuhi rumah itu, tapi apalah daya saat ia sendirian tak ada yang mendengarnya.

"Ni.. El.." Fina semakin kesakitan dan tak tahan lagi, ia akan jatuh. "Maafkan aku Niel." Gumam Fina sembelum sempat jatuh ke lantai. Tangan besar menahan tubuhnya dan segera membawanya pergi. Samar ia mendengar, "Fin ..!!? bertahanlah.." Ia tahu jelas suara siapa itu. Itu Niel.

Di perjalanan ia hanya mendengar racauan Niel yang tak jelas. Ia pun menyentuh rahang kokoh Niel. "Aku akan baik-baik saja." Ucap Fina sesekali menggigit bibir bawahnya guna menyalurkan rasa sakit di perutnya.

"Please god. Don't let anything happen to my wife and child." Doa Niel dalam ketakutan. Bagaimana jika sesuatu yang buruk yang di takutkan saat terakhir kali kembali lagi? Ia tak akan memaafkan dirinya sendiri.

Great Agent and Genius Girl ✔Where stories live. Discover now