~23~

9.4K 725 10
                                    

"Kerja bagus GG." puji Charlie Tanpa sepengetahuan Fina.

Charlie. Membereskan semua peralatan yang sudah ia gunakan saat seseorang masuk.

"Cklek.. Permisi." salamnya sopan. Tak biasanya.
Manik amber itu tertuju pada sosok yang terbaring di sofa Charlie. Memang dari tadi mereka melakukan operasi kecil itu di sofa.

"Ada apa Niel? Sedang mencari Fina?" godanya mendapatkan elakan keras.

"Siapa bilang. Aku hanya ingin mengajak nya pulang. Lagi pula. Ia juga tidak melapor pada Boss dulu itu sebabnya kami khawatir." tapi tatapan Charlie seolah tak percaya dengan apa yang diucapkan Niel.

"Oooohhh..."

"Niel. Jika kau menjemput Fina sebaiknya tunggu sebentar lagi." Niel mengernyit tak paham.

"Kau mengobati Siapa?" tanya Niel melihat Charlie sibuk sendiri.
Apa kau tidak bisa melihat siapa yang ada diruangan ini jika bukan Fina? Dasar manusia kurang peka.

"Jangan bilang...." Niel berlutut dan membuka kemeja hitam yang membalut Fina. Itu sudah berlubang dan ada bercak darah disana. Ini sebabnya ia tak bisa melihatnya tadi dan Fina terlihat begitu kesakitan. Pria macam apa dia ini, bahkan seperti ini pun ia tidak sadar. Bagaimana caranya menjaga Fina?

"Apa kau sungguh tak menyadarinya sejak tadi?" tunjuk Charlie ke arah Fina menggunakan dagunya.

"Apa dia baik-baik saja?" ia menutup kemeja itu kembali dan membelai wajah Fina dengan lembut.

"Kurasa dia akan baik-baik saja setelah istirahat. Kau tahu, dia terlihat begitu kesakitan bukan hanya karena lukanya.. Tapi..."

"Sebisa mungkin tidak ada orang yang mengetahuinya." kembali Charlie teringat dengan pesan Fina, ia jadi mengurungkan niat untuk memberitahu Niel.

"Tapi apa Charlie?" tanya nya saat kalimat Charlie tak diselesaikan.

"Tida ada. Itu jelas sekali jika lukanya. sangat menyakitkan. Sebaiknya kau melarangnya mengikuti misi yang berat, atau lukanya bisa terbuka kembali. Meskipun ia bisa menahan tapi tetap saja itu menyakitkan kau mengerti kan?" pastikan Charlie.

"Fina menahan nya? Apa maksudmu?" Niel tak paham. Tidak, dia hanya bingung saja.

"Well.. Kau tahu.. Aku tidak memberiya anestesi tadi.." jawab Charlie sambil menggarung tengkuknya yang tak gatal.

"Kau gila ya." Niel terpancing dan balik mencengkram kerah baju Charlie.

"Keep calm dude. Aku bukannya sengaja melakukannya tapi memang obat itu sedang habis." Charlie melepaskan tangan Niel perlahan. Ia tetap santai meskipun sudah diperlakukan kasar oleh Niel. Ia tahu jika Niel dan Fina saling menyukai dan menurut nya itu menarik.

Niel menatap Fina nanar, wajahnya terlihat begitu lelah belum lagi bibirnya yang sedikit pucat. Salahkan dirinya yang tak bisa menjaganya.

"Sebaiknya kau buat keputusan sebelum kau menyesali nya." sambar Charle membuat Niel bingung. Keputusan apa?

"Tetapkan tangan siapa yang akan kau genggam. Atau kau akan kehilangan keduanya." jelas Charlie lebih lanjut lalu meninggalkan keduanya.

Bukan Niel tak ingin melakukannya hanya saja, ia tak tahu, apakah hati Fina sudah siap menerima dirinya? Digenggamnya tangan mungil Fina. Ia tersadar jika Fina masihlah seorang gadis kecil yang butuh perlindungan.

"Maafkan aku Fin." Niel menaruh genggamannya dikening.

Merasakan sesuatu yang hangat Fina membuka mata nya perlahan. "Niel.." lirihnya mengenli wajah yang di tangkapnya.

Great Agent and Genius Girl ✔Where stories live. Discover now