~3~

32.4K 1.7K 16
                                    

Samar-samar aku mendengarnya. Tapi aku dengar dengan jelas bagian untukku melarikan diri. Sudah terlambat, saat kurasakan benda keras mulai mendekati kewanitaanku. Bukan lagi desahan yang keluar melainkan airmata. Mama?! Benarkah apa yang Aku lakukan ini?
Mataku mulai terpejam saat benda itu mulai memasuki vaginaku meskipun dengan pelan. Rasa sakit menjalar disekitar area v-ku.

Dengan satu hentakan.. satu hentakan...

Dorr. Dorr. Dorr.
Bruakk.. Buaghh..

"Hei. Hei. Sadarlah.. kau baik-baik saja?"

Benda itu sudah lepas?
Mungkin Tuhan masih sayang kepadaku, samar aku mendengarkan suara, mungkin juga dia malaikat kematian yang menjemputku. Entahlah. . . Tapi aku menghirup aroma maskulin yang begitu memabukkan walau sebenarnya aku sudah mabuk, menghangatkan, menyelimuti tubuh polosku.

"Ka..Karina? Kau masih disana?" Tak ada jawaban darinya. Apa alatku sudah rusak? Apa dia baik-baik saja?

"Fi..filenya. Aku harus mengambilnya."

"Hei. Apa yang kau lakukan?" Suaranya begitu tinggi dan berat membuatku akan mengingatnya selama hidupku itupun jika aku bisa selamat dan hidup.

Masih tanpa pakaian hanya sebuah jas besar yang kuyakin ini miliknya tadi. Dengan susah payah Aku melintasi tempat yang sudah berubah menjadi medan perang kecil. Suara tembakan terdengar memekakkan dimana-mana.

Dorr. Shit.

Salah satunya bahkan mengenai kaki jenjangku. Tapi itu tak cukup untuk menghentikanku, aku akan mengambil filenya. Kunci dari tempat sekaligus organisasi ini.

Aku pasti bisa.

Sampai.
Akhirnya Aku tiba juga diruang pusat. Mataku terbelalak, mendadak secuil kesadaranku kembali. Tubuh Karina penuh dengan tembakan darah mengucur deras membasahi lantai yang putih, tangannya terlihat menggenggam erat sebuah flashdisk yang sudah kusiapkan untuknya.

Aku yang biasanya selalu mengabaikan perasaan orang lain tak bisa mengelak tangisanku menggema keseluruh penjuru.

Dia rela mengorbankan nyawanya demi rencana ini? Aku sudah berbohong tentang kebebasan padanya, dan ini yang ia dapat?
Maafkan aku Karina.

Dari belakang tanpa kusadari sebuah peluru menuju kearahku mengenai dada.

Sakit. Meskipun tak sesakit saat benda itu masuk dalam tubuhku dan penderitaan Karina demi file ditangan ku.

Entah karena masih dalam keadaan belum sadar sepenuhnya dibawah pengaruh alkohol atau bukan. Aku tak sanggup lagi mempertahankan visiku, tubuhku juga tak sanggup menopang berat badannya, limbung. Aku terjatuh sesaat sebelum sebuah tangan hangat dan aroma maskulin yang memanjakan penciumanku kembali menghampiri. Aku merasakan tubuhku melayang dalam sebuah dekapan hangat seseorang sesaat setelahnya kegelapan benar-benar  datang melahapku.

°°°



Daniel pov.

Berbulan-bulan kami mencari organisasi ini, meskipun kami hanya mendapatkan salah satu cabangnya saja. Semoga saja dari sini kami bisa menemukan markas mereka yang sebenarnya.

"Agent One. Agent Five. Agent Eight. Dan yang lainnya, Bersiap diposisi, kita akan segera mengepungnya. Selamatkan sandera, prioritaskan itu."

"Yes Sir..!!" Jawab semua agent kompak.

"Semuanya. Kita habisi semua yang menghalangi!" Teriakanku harus mengebu-gebu agar semangat yang lainnya keluar. Karena aku adalah Agent One, pemimpin dari skuad kali ini.

Nama asliku adalah Daniel Sanders.

Organisasi yang hendak kami kepung ini sudah berdiri sekitar 20 tahun. Dalam kurun waktu tersebut kami tak pernah mendapatkan jejak pemimpin sekaligus markas persembunyian mereka sedikitpun. Aku tidak tahu dimana letak celah kegagalan kami.

Sampai akhirnya dalam kurun waktu ini kami berhasil menemukan salah satu cabangnya yang berada di Indonesia. Sebuah negara yang indah dengan kekayaan yang berlimpah namun tak sedikit bersemayam konflik besar terjadi. Itu yang selalu kami gambarkan tentang Indonesia.

Berdasarkan informasi yang sudah didapat dari salah satu mata-mata kami, malam ini mereka akan mengadakan pesta. Dengan adanya pesta itu pasti mereka berada dalam satu tempat dan juga mengabaikan penjagaan.
Akhirnya setelah sekian lama, kami menemukan titik terang kasus ini. Dengan penuh keberanian kami menyergap dan mengepung mereka.

Salah. . .
Mereka tidak berada satu ruangan lagi. Suara-suara desahan terdengar dari setiap kamar yang tertutup. Sial. Itu sangat menganggu pendengaran. Satu agent satu ruangan itu yang kami lakukan. Tiba dimana aku mendapatkan satu ruangan dengan desahan lembut terdengar.

Kubuka dengan paksa pintu yang terkunci itu. Tampak seorang pria tengah menindih wanita sepertinya masih gadis tanpa busana dengan kedua tangan terikat di kepala ranjangnya yang sempit. Entah apa yang sedang dia coba lakukan tak tahan lagi aku menembaknya hingga terjatuh ke lantai.

"Hei. Hei. Sadarlah.. kau baik-baik saja?" Ku pakaikan jas milikku menyisakan kemeja panjang berbalut rompi anti peluru melindungi bagian vitalku. Setidaknya itu dapat menutupi tubuhnya dari pada harus telanjang bulat.

Entah apa yang dia bicarakan terdengar tidak jelas. Ia melangkah keluar "Apa yang kau lakukan?" Bentakku tapi  ia bahkan tak mendengar, meski sekeras ini suaraku masih lebih keras suara tembakan yang kulu kilir. Tadinya kami hanya akan mengepungnya namun tiba saat dimana mereka mengangkat senjatanya.

Entah gadis itu memang pemberani atau nekat ia berjalan tenang ditengah baku tembak. Bahkan ketika peluru mengenai salah satu kakinya yang mulus, ia masih tak berhenti dan melangkah menuju suatu ruangan. Terpaksa aku harus meng-cover dari belakang.

Aku berhenti kala melihatnya mengambil sesuatu dari tangan gadis yang tewas tertembak.

Shit! Pengawasanku lengah saat sebuah peluru menembus dadanya yang tak tertutupi itu. Kubalas pria yang menembaknya hingga tewas. Sebelum tubuh polosnya terjatuh dengan sigap Aku menahan. Hingga akhirnya matanya tak sanggup lagi untuk terbuka, namun masih dapat kurasakan detak jantungnya cukup lemah.

°°°


Fina pov.

Berat.
Kelopak mataku rasanya masih enggan untuk terbuka. Ku rasakan berbagai alat menempel ditubuhku, bahkan untuk bernafas aku butuh tabung oksigen. Sepertinya Tuhan masih menyayangiku. Sudah berapa kali aku selamat dari kejadian seperti ini?

Filenya. .
Benda itu masih ada dalam genggamanku. Sepertinya orang yang menolongku tak tega mengambilnya atau mereka memang tak kuat melepaskan genggamannku yang legendaris.

"Kau sudah sadar? Yahh.. kau benar-benar kuat. Bahkan aku tak sanggup mengambilnya." Dagunya menunjuk kearah tangan kananku yang terkepal. Boleh kubilang jika wajahnya begitu tampan bak dewa yunani, matanya sendiri berwarna amber sedangkan rambutnya hitam.

Astaga..apakah aku benar-benar masih hidup? Ini bukan disurga'kan?

Sepertinya aku harus bangun dari mimpi ini.

¢¢¢

Edisi Revisi

Maafkan author klo bagian ini terlalu pendek guys...😁😁

Nggak bosen2 author ingatkan ya.. jangan lupa voment nya biar author tambah semangat bikin ceritanya.

Arigatou..
28 Februari 2021

Great Agent and Genius Girl ✔Where stories live. Discover now