~25~

9.2K 580 10
                                    

"Eehhh.. Kalian akan pergi lagi?" protesnya.

"Mau bagaimana lagi. Ada hal yang harus kami lakukan." jelasnya.

"Aku tidak akan pergi lama. Max bilang malam nanti pun kami sudah bisa pulang. Jika memungkinkan sore ini juga pasti akan kembali."

"Aa...ahhhh...Padahal baru tadi malam aku bisa tidur berdua denganmu terlebih lagi.." pikiran Niel mengelana kemana mana saat membayangkan sentuhan lembut kulit Fina.

"Hentikan. Jangan katakan itu.." Fina membungkam mulut Niel dengan telunjuknya. Wajah dan telinganya sudah memerah.

Ia akui memang dirinya sering berbuat tak senonoh dihadapan Niel. Tapi itu sebelum mereka tahu perasaan masing-masing. Tapi kini semua berubah, di dekat Niel membuat Fina sering kehilangan kendali. Sama seperti saat dirinya masuk dalam organisasi Mafia.

Bersama Niel membuat jantungnya berdebar kencang. Itu tidak baik untuk kesehatannya, pikir Fina.

"Astaga.. Fin.. Aku tidak bisa menahan nya lagi.." Niel mendekatkan wajahnya dan meraup bibir merah muda itu dengan rakus. Ia mendudukkan Fina keatas pangkuan nya. Fina bisa merasakan sesuatu yang keras mengenainya.
Apa itu?

"Hmmmppp..." Fina yang belum siap dengan kejutan mendadak Niel mendorong nya menjauh. Tapi tenaga yang tak sebanding itu malah membuatnya semakin tersudut. Kedua tangan dan kakinya sudah terperangkap.
Bagaimana menjelaskan nya ya.. Itu terlihat seperti pose yang ero..

"Nielhh....." desahan sialan, pikir Fina. Niel sudah terlalu jauh, ada sesuatu yang menggerayangi di dadanya. Ia merasakan tangan hangat dan besar Niel menyentuh buah dadanya..

Tidak Niel.. Ini masih terlalu cepat melakukan hak seperti ini. Ia masih terlalu muda jangan mengingatkan Fina dengan sesuatu yang menjijikan dari masa lalunya. Kau pikir kau melakukan ini dimana. Sadarlah Niel. Ini adalah meja makan.

Air mata mengalir dari sudut mata Fina. Tubuhnya bergetar saat sesuatu bergerak kebagian yang lebih intim lagi. Niel menyadari Fina yang ketakutan menghentikan kegilaannya untuk sesaat. Ia menyandarkan Fina ke dada bidangnya. Disana gadis itu sudah terisak pelan.

"Maaf, aku sudah menakutimu?" Niel mengusap surai Fina yang lembut perlahan. Apa yang ia pikirkan? Melakukan hal itu hanya membangkitkan kenangan buruk Fina.

"Betapa bodohnya aku" gumam Niel mengusap wajahnya dengan gusar.

...

"Kenapa wajahmu Fin?" telisik Charlie melihat wajah Fina tampak merah dan matanya sedikit sembam.

Fina mengusap air mata yang mungkin tertinggal, "Aku baik-baik saja. Jagan khawatir." ucapnya sambil tersenyum.

"Apa kau melakukan sesuatu padanya Niel?" Max menginterogasi. Siapa lagi penyebab Fina menangis jika bukan Niel. Karena pria itu yang semalaman bersamanya.

"Ini semua salahmu Max." Niel menuding Max membuatnya mengernyit. Kenapa pula Max yang salah?

"Memangnya apa yang kulakukan padanya?" tanyanya bingung. Tentu saja.

"Pasti karena kau membawa Fina bersamamu lagi Max."

"Wahhh.. Charlie kau membuatku merinding." ujar Niel sambil memeluk lengannya sendiri.. Bagaimana Charlie selalu tahu apa yang ada dipikirannya. Apa ia cenayang? pikirnya.

"Lalu.. Apa kalian bertengkar?" Charlie memastikan. Tak ada yang menjawab, mereka tidak bertengkar, hanya saja.. Yang terjadi tadi tak bisa diceritakan.
"Ti.. Tidak.. Bukan begitu.." jawab Fina dengan wajah merona.

Bumm... Niel tak bisa menahan serangan malu-malu Fina. Ia ingin mencium gadis itu lagi. Gadis itu sudah mencuri hatinya. Ia tak bisa berpaling lagi..

Great Agent and Genius Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang