~34~

6.5K 375 9
                                    

Hug..

Pelukan hangat memenuhi Fina. Hingga ia merasa siap jika harus pergi dari sana selamanya.

"Fi.."

"Ssst.. "

Pria di pelukan Fina mengisyaratkan seseorang untuk pergi. Fina tidak bisa di ganggu saat ini.

Dan pria lainnya itu hanya mengangguk setuju. Beranjak pergi membawa rasa sesak didadanya.

....

Niel berjalan tergesa-gesa menuju ruangan Max. Jantungnya berdetak kencang saat mendengar Fina ada bersama pemilik manik elang itu. Bagaimana tidak. Setelah ia mencari ke segala penjuru markas ia tak menemukan satu pun jejak Fina.

Disaat bersamaan pemimpin nya memanggil dan menyebut nama sakral itu.

Brak..

Ia membanting keras pintu yang tidak bersalah.

"Bisakah kau membuka dengan perlahan?" Tegur Max melihat Niel sudah tergopoh-gopoh.

"Apa yang.. " saat Max ingin bertanya Niel menyerobot masuk diantara semuanya.

"Hei...!!dengarkan aku.." Karl dan Jack yang sudah berada di ruangan itu saling  bertukar pandang. Mereka sebelumnya tidak pernah melihat Max meninggikan suara. Karena mereka tahu pembawaan Pria itu sangatlah elok.

"Bagaimana dia bisa Disini?" Genggaman nya di  tangan Fina mengerat. Semua tahu Fina tak akan kemanapun saat tertidur sekalipun. Tapi begitulah Niel.  Begitu obsesif dengan Fina.

"Euh.. Alby.. " suara parau gadis itu mengumbar senyum semua orang.

"Hei.. kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan suara lembut.

"Maaf aku membangunkanmu Fin." Max mendekat ke sisi ranjang lainnya.  Jack dan Karl yang menjadi penonton pun ikut mendekat. Fina bagaikan medan magnet yang menarik apapun di sekitarnya.

"Dimana Alby? Aku melihatnya.. dimana dia?"

Niel merasakan sesak begitu mendengar nama Alby lah yang di cari gadis nya.

"Aku ada disini. Apa lagi yang kau cari?" Mungkin itulah suara hati Niel yang tak tersampaikan.

"Fin.. kendalikan dirimu. Tidak ada Alby disini. Apa yang kau lihat hanyalah ilusi. Alby tidak ada disini." Max mendekat erat tubuh Fina yang masih bergetar ketakutan.

"Niel. Apa kau hanya akan melihat Fina terguncang terus?" Ia menepuk pundak Niel walau tahu dadanya terasa sesak melakukannya.

"Bagaimana caramu menjaga kekasihmu tuan?" Karl tak terima.

Siapa yang terima di olok begini di depan banyak orang? Semua tahu ia tak ingin hal buruk terjadi pada orang yang di cintai. Tapi semua bertolak belakang setelah mengingat bagaimana ia menyebut Fina sebagai jalang beberapa saat lalu.

Rasanya Niel ingin menghilang dari muka bumi. "Hentikan." Max membentak cukup keras untuk semua orang.

"Tidakkah kalian merasa prihatin untuk Fina? Untuk apa kalian meributkan yang lainnya? Itu urusan mereka. Jangan mencampuri urusan orang lain." Charlie datang dengan pakaian khas dokternya. Ia baru saja melakukan operasi untuk salah satu agent.

"Setidaknya bersihkan pakaianmu." Saran Max melihat noda darah di pakaian itu.

"Terlalu malas. Bagaimana keadaan nya? Apa perlu ku beri penenang?" Charlie mendekat dan duduk di samping Fina."

"Char..  lie...?" Fina mendongak dengan wajah berlinang air matanya. Charlie sangat ingin memeluk gadis itu. Boleh kan?

"Kau bilang kita akan menemukan Alby jika aku ke sini. Kenapa sampai sekarang tidak ada kabar darinya?" Fina memukul dada bidang Charlie dengan tenaga lemah.

Great Agent and Genius Girl ✔Where stories live. Discover now