6 - Jiwa Yang Menyejukkan

491 41 3
                                    

Wajahnya menyejukkan. Perkataannya menenangkan. Perbuatannya mengagumkan.

- Pelangi Di Malam Hari -


Cermin memantulkan tubuhku yang terbalut dress berwarna salem, juga ikatan rambut yang kubuat sedemikian rupa. Aku mengoleskan bedak dan juga make up lainnya di wajah. Sesekali aku tersenyum melihat pantulan diriku di cermin. Oke kurasa sudah terlihat perfect.

Di lantai bawah, Kak Dino sudah memanggilku. Langsung kuambil Minaudiere bag yang kupegang seperti dompet. Langkah kakiku menuruni anak tangga hingga sampai di depan Kak Dino. Dia memandangku dengan wajah terkejut.

"Kenapa sih, Kak?" tanyaku heran.

"Kenapa kamu gak pakai jilbab?" Dia malah memberi pertanyaan balik.

"Biasanya aku seperti ini, kan?" Aku melihat dari heels sampai dress yang kugunakan. Menurutku tidak ada yang salah.

"Gerah, Kak," sambungku.

"Terserah kamu deh, ayo cepet!" perintah Kak Dino.

Aku segera mengikuti Kak Dino untuk masuk ke dalam mobil. Sebelumnya kami sudah izin terlebih dahulu sama Ibu.

🍁🍁🍁

Gedung-gedung pencakar langit menghiasi Ibu Kota. Di sana ada sebuah gedung tinggi sedang dalam proses pembangunan. Terkadang, aku iseng memikirkan bagaimana pekerja bangunan dapat membuatnya begitu tinggi seperti itu. Gimana kalau jatuh? Atau alat-alat berat itu yang jatuh? Mengerikan. Entalah aku tidak ambil pusing dengan itu.

Bersyukurlah malam ini jalanan tidak begitu macet, jadi kami lebih cepat sampai.

"Kakak sih belum ada gandengan, jadi aku yang kena sasaran kan," gerutuku begitu melihat tamu yang datang kebanyakan dengan istrinya. Selalu saja ada alasan jika ditanya soal pasangan.

"Calonnya masih dirahasiain Allah." Sudah kuduga, alasannya selalu saja seperti itu. Belum ada yang pas, gak mau pacaran, dan masih banyak lagi.

"Yaudah yuk masuk." Kak Dino menggenggam tanganku. Dia mengajakku masuk ke perusahaan di mana dia bekerja.

Aula yang begitu luas dan megah itu sudah ramai oleh tamu. Ada sebuah panggung yang ukurannya tidak terlalu besar di depan sana. Kak Dino memilih salah satu meja bundar dan juga kursi dibagian baris kedua dari panggung. Aku hanya mengikutinya saja.

Dia berdiri begitu seorang laki-laki berjas hitam datang. Mungkin rekan bisnis Kak Dino. Wajahnya menyejukan. Senyumnya sangat manis. Aku sampai larut dalam menatap wajahnya.

"Kenalin, ini Yasmin," kata Kak Dino memperkenalkanku dengan laki-laki itu.

"Yasmin, Pak."

"Rafa." Baru saja aku ingin menjulurkan tanganku, tetapi dia sudah menangkup kedua tangannya didada. Satu tipe dengan Kak Dino. Tidak mau bersentuhan dengan yang bukan mahram.

Oke aku mengerti.

Laki-laki bernama Rafa itu memposisikan tempat duduknya di samping Kak Dino. Lebih tepatnya, berhadapan denganku.

"Yas, Rafa ini teman kuliah Kakak. Tapi, sekarang dia sudah jadi direktur," ujar Kak Dino seolah bangga mempunyai teman seperti Pak Rafa.

Aku hanya tersenyum. Hebat sekali, usianya yang sebaya dengan Kak Dino, tetapi sudah menjadi direktur di perusahaan ternama.

Tidak lama kemudian, dua orang master of ceremony yang berada di atas panggung memulai acaranya. Setelah berdo'a, mereka memanggilkan salah satu band yang cukup terkenal di Ibu Kota. Aku sangat menikmati lagunya. Sampai lupa, kalau aku sedang patah hati.

Pelangi di Malam HariWhere stories live. Discover now