bagian 16:Janji Keramat

62 6 0
                                    

"Tolong jangan pergi saat hatiku sudah ku serahkan padamu."

- Dewa-

Happy Reading 😍
.
.
.

Dewa Pov

Hubunganku dan Novia gak selancar yang di bayangkan banyak orang, Terlalu banyak yang Alan lakukan dengan segala teror gak masuk akal yang tujuannya menjatuhkan Novia agar aku ilfeel. Namun selama ini aku usahakan cuek aja.

Selama gak mempengaruhi terhadap hubungan ku dan Novia, sebaiknya gak aku pikirkan banget lah, pusing juga mikirin si mantan gagal move on. Lagian kenapa juga harus membalas si Alan, anggap saja gak kasap mata sajalah dari pada mengganggu mata. Lagian Novia sudah memastikan bahwa dia hanya cinta mati pada Dewa seorang.

Malam ini aku sedang di kamar lagi santai main HP sambil WA sama Novia. Gini aja seneng banget tau, ah... Jomblo gak bakal ngerti. Biar aja di bilang bucin, cuma bucin yang tau rasanya berjuang dan terbalas cintanya.

" Dewa, gimana kuliah kamu?" suara papa tiba - tiba membuyarkan lamunan ku

" Alhamdulillah lancar Pa, kenapa?" tanyaku heran dong, tumben papa mau bicara serius gini. Biasanya beliau santai aja selama aku gak bikin ulah.

" Mama kamu bilang, kamu lagi dekat sama cewek, sudah kamu bawa ke rumah juga. Bener itukan?"

" Iya pa." ujarku sambil meletakkan HP di samping bantal dan duduk menghadap Papa.

" Jadi kamu gimana sama perempuan itu? Jangan main - main sama anak orang Wa. Jangan jadi playboy. Papa diam bukan gak tau sepak terjang kamu selama ini."

Wah... Sejak kapan papa jadi intel, kalau aku tampan dan banyak cewek yang suka. Memang dari mana aku dapat gen ganteng ini kalau bukan dari Papa. Semua karena sperma papa yang sukses mencetak anak ganteng macam aku.

" Wa... Kamu harus ingat, kuliah kamu belum beres, jangan buru - buru ada niatan nikah. Kerja juga belum mapan, mau kasik makan apa istrimu nanti? Pikirkan dulu, jadi suami itu berat tanggung jawabnya. Gak sekedar ijab kabul, jangan terburu - buru Wa."

" Pa, aku sama Novia emang gak ada niatan main - main. Kami saling cinta kok Pa. Dan aku gak mau cepat nikah juga, wong mbak Nia aja belum nikah. Aku juga pasti mau cari kerja dulu, gak akan aku bikin perempuan yang jadi istriku bakal kelaparan apalagi di bawa hidup susah."

Papa nampak mengangguk pelan. Kemudian menatap ku lekat. Seakan membaca pikiran saat ini di otak.

" Papa harap kamu bisa serius, meski papa tahu kamu gak sreg kuliah di kota ini dan bukan jurusan yang kamu mau. Tapi papa harap kamu bijak menanggapi ini, papa sudah terlalu sering melihat nilai C di KHS kamu. Papa harap kamu bisa melakukan peningkatan. Jangan C teruslah Wa. Jaman sekarang cari kerja susah, paham kamu." ujar Papa yang langsung menembus telingaku. Masuk ke hati, Nusuk. Bahkan menjadi menggila di otak, langsung terbayang nilai C yang artinya Cukup.

Apa yang salah dengan C??
Manusia harus bersyukur dan selalu merasa Cukup bukan?

Cukup itu adalah bentuk syukur atas apapun dalam hidup, makanya aku mempertahankan nilai C setiap mata kuliah. Karena aku selalu merasa Cukup.

" Papa gak paham dengan jalur pemikiran kamu, kalau dibilang ganteng, Papa mu ini juga dulu semasa kuliah lebih ganteng dari kamu, tapi Papa juga pintar. Bahkan pernah jadi ketua BEM di kampus. Banyak sertifikat yang papa dapat dari seminar agar menunjang pengetahuan papa. Lha... Kamu, dapat nilai C dan cuma jadi Mahasiswa yang datang, duduk, diam dan pulang."

Luar biasa. Kalimat yang muncul dari mulut papa semuanya membuatku ingin bertepuk tangan meriah.

" Jangan ulangi lagi mempermainkan perempuan Wa, karma itu nyata. Papa sama mama kamu udah pacaran sejak kuliah, dan sampai sekarang jadi suami istri. Makanya kamu serius sama satu orang, sholat hajat minta sama Allah. Jangan main sama perasaan perempuan, nanti kamu dapat karma. Paham kan?"

DEAR YOU ( Complete )Where stories live. Discover now