Bagian Enam : Terlalu Manis

99 7 0
                                    

" Karena kadang cinta itu datang secara kebetulan "

- naa -

Happy reading 😍

.
.
.

Novia Pov

Begitu Dewa mengatakan aku di jadikan bahan taruhan dengan makan gratis sepuluh Hari rasanya aku ingin kesal dan sekaligus tertawa. Aku sama sekali tidak marah, karena awalnya aku pun memanfaatkan Dewa sebagai pelarian semata. Lepas dari Alan itu sulit karena dia gigih ingin aku kembali padanya. Lepas dari Alan dengan bantuan Dewa adalah pemikiran pertama yang terlintas.

" Nggak apa kan?" tanya Dewa padaku

" Hahahahaha gak apa - apa kok, santai. Aku juga memanfaatkan kamu sebagai pelarian, kita sama saling memanfaatkan."

" Fine, mutualisme yang baik."

Aku cuma mengangguk. Sedikit menahan tawa karena belum perna aku berfikir sekalipun kalau aku akan jadian dengan cara unik, aneh dan ajaib begini. Gak ada acara rayuan, pendekatan atau katakan cinta ala romantis.

" Lumayan sepuluh hari makan gratis. Bisa hemat uang bulanan." ujarku, dan Dewa pun merespon dengan tertawa.

" Ya, beli aja makanan yang mahal, Ayah Revan kan dokter, dia nggak bakal bangkrut cuma buat bayarin makan kita."

Dan kami berdua tertawa. Aku bahkan langsung memesan makanan yang lain untuk di bungkus, rencananya mau aku berikan sama Melly dan Risa, teman kosku. Hitungan PJ (pajak jadian) buat mereka, dan gratis sekalian hasil taruhan.

" Meskipun kita jadian dengan cara yang aneh, mungkin malah gak saling suka atau sayang di hati kita masing - masing, aku mau hubungan ini berjalan dan mengalir apa adanya, kita tetap pacaran. Kamu pacar aku dan sebaliknya. Jujur, dari awal aku ingin tahu lebih banyak soal kamu." Dewa mengatakan itu dengan tatapan yang tak putus dari ku. Aku melihat kesungguhan dari sorot matanya.

" Aku setuju, kita bisa saling mengenal. Lagi pula aku juga sudah tertarik sama kamu dari awal kita ketemu." ujarku mantap

Kami akhirnya setuju untuk saling mengenal. Entah bagaimana akhirnya, meski aneh tapi kami memang pacaran. Status itu nggak berubah dan kami sepakat menjalani sampai nanti salah satu dari kami merasa bosan mungkin.

Dewa mengantarkan aku sampai kos. Aku meminta dia untuk turun dan singgah sebentar. Dewa mengiyakan, dia sedang duduk di kursi tamu yang ada di teras. Aku keluar membawa air dingin dan camilan. Sementara dua bungkus nasi sudah berpindah tangan pada mbak Melly dan Risa.

" Dalam rangka apa ini?" tanya Risa heran

" Dalam rangka syukuran, ah... Makan aja lah." ujarku sambil berlalu.

Lain lagi dengan mbak Melly, dia bahkan lebih kepo.

" Jadi kamu sama Dewa? Kalian sekarang jadian?" aku cuma mengangguk saja.

" What? Dia playboy dek, gak ada cowok lain?" tanya nya lagi.

" Nggak apa mbak, aku suka." respon ku dan langsung saja pergi dari pada harus menjawab pertanyaan dari Melly yang gak ada ujung nya.

Aku melihat Dewa sedang santai dengan bermain handphonenya. Cowok ini gak cakep banget, masih kalah sama Revan. Dia juga gak cerdas kayak Roman. Tapi aku tahu dia baik, gak bisa di pungkiri dia unik, slengean tapi perhatian. Cueknya bikin kesel tapi bikin kangen. DEWA.

" Kamu biasanya pulang? Gak selalu di kos kan?"

" Kalau sabtu minggu gak ada kuliah pulkam, itu juga kalau gak ada tugas kelompok. Kadang bunda yang kesini jenguk aku."

DEAR YOU ( Complete )Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum