Bonus of their parents

19K 623 121
                                    

#terdapat google translate kalau bahasaku susah kalian cerna. Btw, no complain with any language im using ok. Karna di sekolah kalian pun diajarkan berbahasa inggris kan? Dan kalau tidak bisa, artinya harus belajar. Jadi, jangan manja ya🤗 Kalau saat bayi kalian nggak pernah belajar berjalan, selamanya tidak bisa berjalan kok. Karna aku mau mulai memfilter readerku ya dari sekarang. Aku pastikan pembacaku harus cerdas dan berkualitas ya, karna segala hal mudah banget menular loh, bukan cuman covid19 yang gampang menular, tapi hal positive juga sangat mudah menular. Makanya, segala bentuk hal negative, akan kuremove atau block. Daripada menularkan hal negative yang otaknya tidak sampai dengan details cerita disini. Agree. Set. Go.

* * *

Rei's POV

"I swear, Rei, I'll kill you surely this time, kalo sampe Ken nyakitin Claudy untuk yang kesekian kalinya sekali lagi. Ini ke-sem-pa-tan terakhir lo dan putra lo itu.!" Ancam Brian berbahaya sembari menunjuk-nunjuk dadaku, membuatku seketika meringis lebar seraya memohon ampun padanya.

"I swear, Bray! Just give them some little space together this time, okay? I know my son.. So you are with your daughter." Aku mengangkat kedua jariku yang menandakan aku berani bersumpah atas nama anakku. Si idiot Ken yang nyatanya lebih tolol ketimbang diriku dan Marsya dijadikan satu. Heran. Kukira anakku itu, sudah sempurna tak bercela karna menuruni gen antara aku dan istriku yang merupakan dua kombinasi maut tak terkalahkan. Taunya, soal percintaan, dia goblok luar biasa. Terkadang ingin kutendang kepalanya karna membuat reputasiku di mata kalian jadi agak bercela, tapi yasudalah, biar bagaimanapun, dia putraku satu-satunya. Dan aku tidak yakin akan ada wanita lain yang mampu mengimbangi kesengklekannya, selain Claudy yang merupakan putri semata wayang dari sohibku yang barusan ngoceh ini bernama Brian.

Dave, si mantan saingan cintaku puluhan tahun yang lalu, langsung menarik nafas panjang mendengar perseteruan yang terjadi di antara kami berdua, "Untunglah, Daniel udah mundur dari persaingan pelik ini." Keluhnya sembari membenarkan letak kacamatanya dengan gaya sok yang membuatku ingin sekali menyikutnya.

"Sekarang, anak gue yang kena limbasnya. Mana gue tau kalo Mike bisa-bisanya berakhir naksir sama anaknya si Brian?" Cecil, yang bernotabene orangtua satu-satunya yang dimiliki Mike, langsung mendesah kesal, "Tau gitu dari awal nggak gue kuliahin di tempat yang sama kayak anak kalian gini. Sekarang, gimana nasibnya?! Masa tragis juga kayak gue?!"

Istriku yang super sempurna dan selalu senantiasa cantik dimataku, langsung berdeham agar hal ini tidak merembet kemana-mana, "Sorry, Sil.. Gue nggak nyangka juga anak kita bakal rebutan kayak gini." Sesalnya membuatku tersenyum. Astaga, rasanya aku memang cinta mati sekali dengan wanita ini, wanita seumur hidupku yang jika tanpa dirinya, aku tidak bisa membayangkan hidupku di dunia ini.

"Oh, Tuhan... Apa salah putri semata wayang gue sampe harus berada di situasi pelik seperti ini?" Yap. Reina selaku istri Brian dan termasuk salah satu sohibku ini, langsung mendelik kearahku dan Marsya bergantian, "Harusnya dari awal gue jodohin aja anak gue sama Daniel! Ketauan anteng adem ayem!"

Dave hanya tersenyum tipis seraya merangkul istrinya, Aya, yang juga merupakan adik dari istriku, "Bukannya aku nggak setuju loh, Kak Ren, tapi kayaknya Daniel dan Claudy lebih cocok jadi kakak adik deh.."

Reina langsung menghela nafas panjang, "Oke.. Tapi gue betul-betul bakal ngegerek leher kalian semua kalo sampe Claudy lagi-lagi sampe harus ngekost entah dimana demi ngehindarin anak lo, ataupun lo!" Dia menunjuk aku, Marsya, dan Cecil bergantian.

Cecil mengibaskan tangannya dengan gaya santai, "Orang dia tinggal sama anak gue sepanjang waktu ini. Santai ajalah, Ren."

"APA?!" Teriak Brian dan Reina, membuat aku dan yang lain seketika melongo. Jadi selama ini..?

"It's okay.. My Mikey is very sweet, he won't do anything with your cutey-little-pumpkin-Claudy-baby." Cecil mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi, "Kecuali.. kalo dia tinggal bareng sama anaknya si pasangan perfect ini." Dia menunjukku dan Marsya dengan dagu.

Marsya yang memang tidak begitu akur dengan Cecil langsung meliriknya tajam dan mulai kehilangan kesabaran. Ehm, soal kenapa dia tidak begitu akur dengan Cecil, mungkin ada baiknya kalian cek di cerita kami sebelumnya, pasalnya kalau kuceritakan disini, bisa panjang urusannya. Dan lagi, itu kisah lama yang tidak ingin kuungkit kembali, "Sorry not sorry nih, anak gue emang brengsek, siapa juga yang nggak tau? Tapi Kenzo-nya gue sih, nggak pernah bertopeng ya." Senyum Marsya pada Cecil penuh arti.

"Apa lo bilang?!" Sergah Cecil dan langsung bangun dari duduknya.

"Just saying," Marsya memutar bola matanya membuat Cecil mendengus kesal. Lalu istriku itu langsung tersenyum begitu manis membalas kekesalan Cecil. Tanpa sadar aku tersenyum, sudah berapa lama waktu yang terlewat semenjak saat aku jatuh cinta padanya dari semenjak kami berdua masih begitu muda?

Reina dan Brian hanya bisa memegangi kepala mereka, pusing memikirkan nasib anak mereka satu-satunya. Sementara Aya dan Dave hanya bisa senyam-senyum, lega karna putra semata wayang mereka tidak harus terlibat dengan persaingan pelik yang terjadi diantara anak-anak kami ini.

Fiuh.. Memang bagian tersulit dari ini semua adalah dengan berusaha bertingkah sebiasa mungkin dan membiarkan anak-anak kami belajar dari tiap kesalahan maupun jalan yang mereka pilih masing-masing. Karna kami sebagai orangtua, kali ini bertugas mengawasi dan membimbing mereka hanya dari balik layar. Seperti ini lah kira-kira.

Sekarang, tau kan alasan kenapa kami semua suka hilang ramai-ramai secara masal di cerita ini? Selain mengurusi bisnis kami, tentu saja salah satunya adalah untuk menjuliti nasib anak-anak kami ini. Tepatnya sih, kami cuman kepo setengah mati. Habis kisah mereka lebih rumit dan menarik daripada kami dulu sih. Ya, itu menurutku sih.

Jadi kalau menurut pendapat kalian, bagaimana?

* * *

SEX APPEALWhere stories live. Discover now