t h i r t y s e v e n

744 169 159
                                    

[37]
Push-y

...

aku gajadi ngambek, sayang jisung <3

ini terjadi sebelum Raja pergi ketemuan sama Arjuna dan Yovita ya.

...

RAJA merasa bersalah sudah meninggalkan Felicia begitu saja sewaktu istirahat pertama.

Maka sepulang sekolah, ia pergi mencarinya di ruang OSIS dan mengajaknya pergi, keluar, berekreasi, layaknya teman.

Felicia tidak menolak, malah ia kelihatan gembira. Raja tidak terlalu memikirkannya, ia menganggap Felicia senang bertemu dan berbincang kembali dengan supirnya.

Keduanya memutuskan untuk pergi ke sebuah toko kue. Toko kue tempat mereka pertama kali bertemu. Pada hari ulang tahun Raja.

"Kalo dipikir-pikir, aku gak pernah bayarin kamu balik," kekeh Raja sambil mencolek potongan kuenya dengan garpu kecil.

Felicia tertawa, mengambil sedikit krim dari garpunya ke tangan, lalu menempelkannya ke hidung sang pemuda membuatnya terperangah.

"Sejujurnya, aku paling pantang setiap ada kue ga nyolekin yang ultah," kata gadis itu sambil mengelap tangannya dengan serbet. "Waktu itu aku tahan karena kita baru pertama kali kenal."

Tawa Raja lantas meledak, menular ke gadis di sebelahnya.

Menurut gadis itu, ia memiliki tawa yang indah. Matanya menyipit, di hidungnya masih ada sedikit krim putih, giginya yang putih berjejer sampai menampakkan sedikit gusi.

Begitu juga sebaliknya. Ketika Raja memilih untuk menutup mulutnya setiap kali ia tertawa lepas - karena gusinya kelihatan dan untuk mengubahnya ia harus melakukan operasi - , ia lebih suka jika gadis itu tidak menutupi wajahnya sama sekali ketika ia tertawa.

Tawanya benar-benar manis. Matanya menyipit menggemaskan, bahkan suara yang keluar juga memiliki ciri khasnya sendiri, merdu dan adiktif.

Raja berani bertaruh, orang-orang yang pernah mendengarkan tawa gadis itu akan melakukan apapun untuk mendengarkan tawanya setiap saat.

"Waktu itu kamu baru kenal kakak, sekarang?" tanya Raja sambil menopang wajahnya dengan sebelah tangan, menikmati perbincangan ringan bertemakan nostalgia itu.

Felicia tampak berpikir sejenak. "Sekarang... aku uda lebih kenal kakak."

Felicia mengelap sisa krim di hidung mancung lelaki itu, menyelipkan serbetnya yang kotor di bawah piring.

Raja tersenyum tipis, menundukkan kepalanya sedikit melirik kuenya yang masih utuh. "Kenalan, huh?" gumamnya pelan, menusuk lapisan kuenya yang berbeda warna.

"Temenan?" tanya Felicia agak ragu sambil memiringkan kepalanya sedikit.

"Kita temenan?" tanya Raja iseng.

"Emang enggak?"

"Enggak tuh," celetuk Raja iseng membuat gadis itu mendorong bahunya.

Felicia melipat tangannya di atas meja, menopang dagunya dengan kedua tangan. "Gini aja, gini aja. Kalo misalnya, misalnya ya, kita mau bawa satu sama lain pulang untuk dikenalin sama orang rumah. Kenalinnya gimana coba?"

Raja mengangguk-angguk, tertarik mendengar pertanyaan gadis itu. "Boleh juga. Kalo aku bakal begini," Ia berdeham dan meluruskan punggungnya, "Ini Feli, ketua OSIS sekaligus..."

Felicia mengangkat sebelah alis, jantungnya tanpa sadar berdegup kencang menunggu kelanjutannya.

"Sekaligus... temen juga ya?" lanjut Raja kebingungan membuat gadis itu tertawa.

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang