t w e n t y f o u r

757 177 39
                                    

[24]
Siblings Stick Together

...

SUDAH tiga hari sejak pertengkaran Raja dengan Angga Nugraha.

Raja sudah kembali ke sekolah. Tangan kirinya membengkak karena tidak terurus sejak waktu itu. Di bawah mata kanannya terlihat bekas lebam yang membiru. Hanya itu saja sih yang kelihatan. Luka yang lain ditutupi jaket hitamnya.

Sudah tiga hari ia tidak bertemu dengan teman-temannya. Sudah tiga hari ia tidak bertemu dengan Naomi. Sudah tiga hari ia sendirian.

Ia berpapasan dengan Arjuna di lorong, melewatinya begitu saja dengan wajah datar. Suasana hatinya sedang buruk. Tetapi suasana hatinya selalu buruk belakangan ini.

"Kak Raja!"

Vanessa berlari dari ujung lorong menyusul kakak kelasnya. "Kak Raja, tunggu!"

"Kak Raja, astaga!" seru gadis itu lebih keras.

Bukannya Raja tidak mendengar panggilan yang ditujukan kepadanya itu, ia memilih untuk menjauh. Dirinya sedang berantakan. Ia malas berurusan dengan siapa-siapa, termasuk Vanessa.

Vanessa akhirnya berhasil menyusul lelaki itu, menahan tangan kirinya kasar secara tidak sengaja. "Kak Raja, plis!"

"Ah!" Raja berteriak kesakitan, menyentak tangan gadis itu dari tangan kirinya yang berdenyut kencang.

Vanessa menarik tangannya, menatap kakak kelasnya itu kaget. "Kak Raja..."

Raja membuang muka, menggigit bibirnya kasar ketika tangan kirinya berubah mati rasa.

"Kak," panggil gadis itu lagi, menyentuh lengan kakak kelasnya pelan. "Kakak luka?"

Raja menggeleng, berusaha untuk menyembunyikan tangan kirinya dari gadis itu.

"Kak Raja!" seru Vanessa dengan suara bergetar, menarik paksa badan lelaki itu supaya menghadapnya. "Kakak luka kan?! Jawab aku, kak!"

Raja menggeleng lagi, sampai gadis itu menarik tangan kirinya dan memeriksanya lebih dekat.

"Kak!" seru Vanessa, kaget bercampur marah. "Tangan kakak luka! Kenapa engga kaka obati?!"

Raja mengatupkan mulutnya rapat-rapat, tidak mau menjawab.

"Kak Raja, plis. Ini parah banget kak," melas gadis itu sambil menyentuh kulit tangan Raja yang membiru. "Kenapa kaka engga pergi ke rumah sakit?"

"Gue pergi," gumamnya pelan. "Gue pergi ke rumah sakit."

"Jadi kenapa ini begini?" tanya Vanessa menuduh. "Tulang kakak kegeser waktu itu. Ini belum sepenuhnya sembuh, kak. Kaka harus pergi ke rumah sakit lagi, plis kak."

Raja menghela napas pelan, memijit pangkal hidungnya yang mancung. "Ga tau, dek."

Vanessa menarik lengan kakak kelasnya lembut, tatapannya meminta lelaki itu supaya menurut.

Raja mengikuti langkah adik kelasnya itu, mendapati bahwa ia sedang berjalan menuju ruang UKS.

Vanessa membuka pintu, masuk ke dalam ruangan. Pagi-pagi seperti ini, belum ada petugas yang menjaga, jadi mereka bisa merasa lebih nyaman berduaan.

"Duduk, kak," pinta Vanessa sambil membuka lemari obat, mengeluarkan perban, gunting kecil, dan obat oles.

Gadis itu menarik sebuah kursi plastik dan duduk di hadapannya, membuka tutup obat oles itu sambil memangku tangan Raja.

Vanessa mengoles obat cair itu ke seluruh permukaan tangan Raja, sesekali membuat lelaki itu meringis pedih.

Raja bahkan tidak menyadari gadis itu tengah menahan tangisnya, tidak sampai gadis itu membalutkan perban ke tangannya dan sebutir air matanya lolos, jatuh tepat di atas perban Raja.

Exam Service Provider | 02-04lineWhere stories live. Discover now