f o u r

1.4K 288 53
                                    

[4]
Hey, Sherlock

...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...

FELICIA terhuyung ke belakang kaget ketika tubuhnya lagi-lagi ditabrak oleh kerumunan anak SD yang sedang bermain kejar-kejaran.

Salah satu bocah yang menabraknya itu terjatuh di atas lantai, sontak mengeluarkan jeritan melengking yang menusuk gendang telinga, menangis kesakitan.

"Hati-hati dong dek," tegur Felicia kaget, meletakkan piring nasi goreng miliknya ke sembarang meja dan berjongkok di sebelah bocah itu. "Mana yang luka? Sini kakak bawa ke ruang BK ya?"

Tapi anak itu malah menangis semakin keras, tidak menjawabnya.

Felicia menghela napas berat, sebelah tangannya terangkat untuk mengelap peluh di keningnya.

Kantin sudah ramai, panas, dan ribut, tangisan dahsyat seorang anak umur lima tahun sebenarnya tidak mengubah apa-apa. Felicia bisa saja pergi meninggalkan bocah itu menangis di lantai, pura-pura tidak bersalah.

Katakanlah tidak ada yang melihat, tapi ini tentang prinsip dia sebagai ketua OSIS, mukanya mau ditaruh kemana?

Ketika Felicia sedang sibuk mempertimbangkan langkah selanjutnya, tiba-tiba seorang gadis muncul di sebelahnya, kedua tangan di pinggang.

"Dasar, uda dibilang jangan main-main di kantin anak SMA," gerutu gadis itu sambil berjongkok dan membawa balita itu ke gendongannya.

Felicia otomatis mundur ke belakang sementara gadis itu tampak berusaha untuk menghibur bocah di gendongannya dengan embel-embel akan membelikan balon.

"Sori buat adek gua yak, Nona Ketos," sahut gadis berambut panjang itu. "Ini gue balekin ke Miss Levina."

Felicia hanya bisa mengangguk. Lagian ia juga tidak begitu mengenal gadis itu.

"Eh, tapi jangan pergi dulu dong," tahan gadis itu ketika melihat Felicia hendak mengambil piring miliknya dan pergi ke meja yang lain. "Udah duduk sama gue aja, bentar gua balekin dulu ini bocah sama gurunya. Tungguin ya!"

Begitu saja, gadis itu meninggalkan Felicia melongo di tempat karena ajakan sok akrabnya itu, sambil membawa bocah menangis itu keluar dari kantin.

"Lah emangnya kenal?" monolog Felicia heran, tetapi akhirnya memutuskan untuk tetap duduk di meja itu. Lagipula ia tidak punya siapa-siapa untuk menemaninya makan.

Gadis aneh itu - setidaknya aneh untuk Felicia - kembali beberapa menit kemudian, dengan rambut panjang yang agak berantakan dan lepek efek berlari-lari.

Exam Service Provider | 02-04lineWhere stories live. Discover now