s i x

1.2K 277 30
                                    

[6]
Don't Worry, She Said

...

RAJA yang awalnya terkantuk-kantuk langsung terjaga begitu mendengar suara benda dibanting ke lantai disertai langkah-langkah kaki yang begitu berisik, ia sampai khawatir rumah besarnya akan ambruk.

"SEMUANYA KUMPUL!"

Sesuai dugaan, Yovita Maheswari muncul dari tangga, lengkap berseragam dengan rambut yang lepek sedikit basah efek lari menerobos hujan.

Raja mengedip-ngedipkan mata mangantuk sementara Vanessa yang sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya di lantai bergeser sedikit menyediakan tempat.

"Iris mana?" tanya Yovita sambil melihat kesana-kemari.

"Molor di kamar," jawab Raja sambil menunjuk pintu kamarnya yang tertutup.

Yovita berjalan mendekati pintu kamar dengan langkah-langkah menghentak. Sambil menggedor pintu tidak sabaran, ia berteriak, "IRISSSS! PENTING! PENTING! NINUNINUNINUNINU!"

"Berisik!" seru Arjuna dari bawah tangga. Sosoknya baru muncul beberapa detik kemudian, dengan sebuah ransel hot pink tersampir di bahunya. "Ini tas lo ga mau lagi ya? Asal dilempar aja."

Arjuna meletakkan tas milik Yovita di atas sofa tunggal dan duduk memangkunya. Sementara Iris, yang cukup terganggu dengan suara ribut-ribut dari luar kamar, akhirnya keluar dengan wajah mengantuk dan rambut agak berantakan.

"Astaga Yov, sehari aja lo ga teriak bisa ga sih?" tanyanya dengan suara mengantuk. "Gue mau cuci muka dulu."

Sepeninggal Iris ke kamar mandi, Yovita menempatkan dirinya di sebelah Vanessa, di lantai. "Suruh Iris cepetan dong, gua uda ga sabar pengen cerita, info gua sumpah top markotop."

"Rupanya tentang apa?" tanya Raja sambil menegakkan badannya.

"Lo pada pasti kenal ketos kita yang kali ini tidak berbatang?" katanya memulai. "Nah, dia tuh ngomong sama gue siang ini."

"Siapa?" tanya Iris yang baru saja datang dengan wajah basah.

"Pas banget lo datang, sini duduk," ajak Yovita menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya. "Adek gue kan main kejar-kejaran di kantin tadi, entah gimana jatoh abis itu ditemuin sama si ketos ini."

"Felicia Yudhoyono?" tanya Iris menyela yang diangguki gadis di sebelahnya. "Gue nampak dia juga di sekitaran kelas gue hari ini."

"Kok bisa? Kelas dia kan beda lantai sama kelas lo?" tanya Yovita.

"Ga tau juga, mungkin cari ketua kelas gue, Devan Adhitama. Soalnya abis dia ngintip-ngintip bentar Devan nyamperin dia, abis itu mereka pergi berdua entah kemana."

Arjuna yang daritadi hanya duduk menyimak tiba-tiba merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel miliknya.

"Lah, jadi yang gue sama Raja lihat itu dong?" Lelaki itu menyodorkan ponsel miliknya kepada ketiga gadis yang duduk selonjoran di lantai.

Ketiganya sontak bersorak kaget.

"Anjir ngapain itu ngapain anjir astaga astaga!" Yovita buru-buru menutup mata Vanessa di sebelahnya. "Dedek bayi ga boleh liat, dedek bayi ga boleh liat!"

"Gilaaa mojok itu?!" seru Iris yang langsung merebut ponsel Arjuna dari tangan pemiliknya. Ia memperbesar foto itu tepat di bagian dimana Felicia membisikkan sesuatu di telinga Devan, dengan tangan yang memegang lehernya.

"Fotonya parah banget gila! Posenya terlalu ambigu!" seru Yovita yang masih setia menghalangi penglihatan Vanessa.

Arjuna mengambil kembali ponselnya dari tangan Iris dan mematikannya. "Ga tau lah mereka ngapain, gue pun gamau tahu. Tapi jaga-jaga aja kalo ada sesuatu, itu bisa dipake jadi senjata."

Exam Service Provider | 02-04lineWhere stories live. Discover now