Bab 5

2K 211 12
                                    

Bab ini lumayan panjang guys, karena kemarin gak update. Happy reading ya.. Jangan lupa vote and comment.

***

Hari ini Aish enggan bertemu dengan Sam. Ia lebih memilih pergi keluar bersama teman-temannya ketimbang bertatap muka dengan pria itu.

Kalau diam dirumah, ia juga akan direcoki sang Mama pasal lamaran Sam semalam. Duh, mendengar kata lamaran ia jadi geli sendiri. Apalagi membayangkan wajah Sam yang mendadak jadi pujangga sejati kala memintanya menjadi istri didepan Sang Papa.

Aish menyapukan pandangan keseluruhan penjuru Kafe, mencari posisi teman-temannya yang sudah datang lebih dulu.

Dan ya mereka sudah menunggu Aish dimeja paling ujung di dekat jendala, udah tua masih suka mojok. Tapi memang sih, posisi dipojok apalagi dekat jendela begitu paling nyaman, tidak akan terganggu dengan orang yang lalu lalang keluar masuk cafe, plus bisa melihat pemandangan diluar.

Aish membetulkan letak kaca mata hitam yang ia gunakan, menyampirkan rambut kebelakang telinga lalu berjalan anggun kemeja dimana tiga orang wanita sudah duduk manis bersama makhluk-makhluk kecil nan lucu.

Betul, semua teman Aish sudah punya anak. Nadiva, yang duduk didekat jendala bahkan sudah punya anak dua, anak pertama laki-laki kelas 1 SD yang tampaknya kali ini tidak ikut, dan anak kedua perempuan baru berusia 1 tahun yang saat ini duduk dipangkuan wanita itu.

Kalau Fita, yang saat ini duduk membelakangi Aish, serta Nesa yang duduk dihadapan Fita sama-sama baru memiliki satu anak laki-laki yang berusia dua tahun.

Berkumpul dengan ibu-ibu muda seperti mereka ada senang dan  tidaknya. Kalau senangnya Aish bisa bermain dengan putra putri ketiga sahabatnya itu. Kalau tidak senangnya tentu saja saat sesi pembicaraan mengenai dirinya yang belum juga melepas masa lajang dan menyusul punya anak seperti mereka.

Perkara punya anak mah gampang, Aish bisa saja mengadopsi anak atau yang paling ekstrim donor sperma. Tapi ia tidak mungkin melakukan itu, ada orang tua yang perlu ia pertimbangankan. Mama Papa bisa histeris kalau tahu ia melakukan kedua hal itu dengan alasan tak ingin menikah.

"Hello, people!"

Setelah menyapa dengan ceria, Aish meletakan handbag yang ia jinjing dan kaca mata yang ia pakai diatas meja. Tatapannya kemudian tertuju pada anak laki-laki dipangkuan Fita.

"Kenzo sayang, aunty kangen nih." Aish mengambil Kenzo, membawa anak kecil itu ikut duduk bersamanya.

"Anti Ish."

Dari ketiga makhluk mungil disana Kenzo yang paling anteng dan lengket dengannya. Kalau Fania dan Rafi boro-boro digendong baru disentuh saja udah nangis duluan.

"Kenzo kangen sama aunty loh." Ucap Fita. Ia berikan botol susu kenzo ketangan Aish.

"Aunty kemana aja nih? Lama gak muncul-muncul."

Yang ditanya mengibas rambutnya dengan cetar, susah kalo jadi orang cantik, suka dicariin.

"Gue lagi dalam masalah besar guys."

"Jangan Gue Lo ih. Nanti Rafi gedenya ngikutin lagi. Aku gak mau anak aku ngomong nya gitu."

Memutar bola mata malas, Aish lalu berdecak. susah kalo ngomong sama ibu yang baik, rajin menabung, dan tidak sombong seperti Nesa. Anaknya sudah didik menggunakan EYD dengan baik dan benar sejak dini. Sudah kelihatan kan masa depan Rafi bagaimana, barangkali jadi guru Bahasa Indonesia seperti sang ayah.

"Iya Ibu Nesa yang terhormat. Izinkan daku curhat barang sekejap."
Nadiva dan Fita tertawa terbahak-bahak.

"Ibu Aish ingin curhat apa? Waktu dan tempat dipersilahkan." Nadiva membalas dengan bahasa yang tak kalah baku. Mereka bertiga sontak tertawa, sedang Nesa dibuat cemberut.

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang