Bab 36

1.8K 179 9
                                    

Happy reading!

***

Cukup lama Aish dan Bik Sus berdiri diteras rumah, hanya berani memandang dari jauh.

Namun lama kelamaan, rasa penasaran itu kian mendesak, memaksa Aish melangkah ke pagar rumah ntuk mengintip lebih dekat. Bik Sus setia mengekori.

Tidak terlihat pergerakan kecuali dua polisi yang mondar-mandir dipekarangan rumah Erik. Sisanya masuk kedalam rumah-- yang hingga kini belum juga keluar, sisanya lagi berjaga didepan pagar.

Menegangkan. Aish sangsi bahwa Erik terlibat kasus yang berat. Jangan-jangan pria itu teroris berkedok aparat. Atau berkaitan dengan perdagangan manusia. Astaga. Jadi selama ini Aish sudah salah bergaul.

Baiklah tampaknya Aish tak bisa membendung jiwa keponya. Maka dengan keberanian yang tersisa ia menarik tangan Bik Sus keluar pagar. Barangkali polisi yang berjaga didepan berbaik hati memberinya informasi.

"Pagi Pak." Sapa Aish ramah dengan senyum manis. Padahal jantungnya sudah jedag jedug tak karuan. Dibelakang Aish, Bik Sus berdiri takut-takut.

"Iya Pagi."

"Ini ada apa ya Pak?"

"Sedang melakukan penggeledahan sekaligus penangkapan atas nama saudara Erik." Mata Aish membulat. Ia sudah memperkirakan hal ini tapi tetap saja dirinya kaget.

"Kalau boleh tahu. Kalau boleh tahu aja nih ya Pak. Kasus nya apa ya?"

"Atas kasus penyeludupan 1 ton sabu ke Sumatera. Saudara Erik salah satu oknum polisi yang terlibat."

Tanpa sadar Aish membekap mulut. Bukan teroris, bukan juga sindikat perdagangan manusia, tapi seorang pengedar narkoba. Aish tak menyangka Erik merupakan pria seperti itu. Padahal dari tampilan luar dia seperti pria baik-baik.

"Mbak penghuni rumah sebelah?" Kini giliran Aish yang mendapatkan pertanyaan. Ia mengangguk.

"Selama tinggal disini apakah Mbak pernah melihat hal janggal yang dilakukan tersangka?"

"Enggak ada sih Pak. Erik... Maksudnya si tersangka ini terlihat seperti orang baik-baik. Saya aja ngak nyangka dia seperti itu."

"Kita gak tahu sifat asli orang lain bagaimana Non. Rambut bisa saja sama hitam, tapi isi pikiran siapa yang tahu." Bik Sus yang masih berdiri dibelakang Aish ikut memberi tanggapan.

"Iya ya Bik."

Sekarang Aish harus lebih berhati-hati lagi dengan orang baru. Lihatlah, wajah tampan Erik dan pembawaannya yang ramah mampu mengecoh Aish. Duh, bahkan dia pernah memuja pria itu mati-matian.

"Ayo cepat!" Perhatian Aish tersita pada suara yang baru saja terdengar dari dalam rumah. Tak lama keluarlah Erik bersama polisi, tampak pasrah dengan tangan di borgol. Wibawa seorang Erik lenyap seketika dimata Aish. Pandangan kagum yang acap kali ia berikan pada pria itu berubah dengan pandangan tak habis pikir.

"Kasihan juga ya non."

"Huss. Kasihan apanya Bik. Harusnya kasihan sama anak-anak bangsa yang sudah dirusak sama narkoba."

"Benar. Orang-orang seperti ini harusnya dimusnahkan." Pak polisi dihadapan Aish ikut berkomentar.

"Nah iya Pak. Sekalian dimusnahin bareng koruptor."

"Akhhh! Saya gak mau ikut. Saya gak salah! Lepasin!"

"Waduh siapa itu Non?"
Kini pandangan mereka beralih dari Erik.

Mata Aish kembali membulat lebar saat melihat seorang wanita ikut diseret. Yang membuat Aish terkejut adalah karena dia kenal wanita itu.

"Itu istri pelaku, juga ikut terlibat dan terjerat beberapa kasus penipuan."

Dinikahin Aja | CompletedWhere stories live. Discover now