Bab 28

1.4K 147 3
                                    

Happy Reading.

Btw quote dibawah ini gak berhubungan dengan cerita. Numpang nyelip aja😄

***

"Akan selalu ada alasan untuk jatuh cinta. Sekalipun hanya sesederhana tatapan mata, atau seulas senyuman pada detik pertama."

***

Rumah Erik yang baru saja Aish masuki terasa sepi. Tentu saja, hanya pria itu yang menjadi satu-satunya penghuni rumah. Erik masih mencari asisten rumah tangga sehingga sampai sekarang dia masih sendiri dan mengerjakan apa-apa sendiri.

"The real home sick kamu Rik." Komentar Aish saat melihat pria itu berjalan dengan lemas.

Erik menjatuhkan tubuhnya ke sofa ruang tamu, langsung memijit kepala lantaran pening kembali menyerang. Aish meringis ikut mendudukan diri disamping Erik kemudian meletakan makanan yang ia bawa diatas meja.

"Gak kedokter aja, Rik?"

Dengan masih bersandar Erik menggeleng, "gak usah, Aish. Mudah-mudahan sebentar lagi baikan."

"Yaudah ini makan dulu rotinya, trus minum obat. Kamu belum minum obat kan?"

"Belum."

Erik menegakkan badan. Menatap tak berminat pada kotak tupperware yang Aish bawa. Lidahnya pahit sehingga nafsu makannya ikut hilang. Tapi karena sungkan pada Aish yang sudah repot-repot membawakan makanan akhirnya mau tidak mau Erik mengambil satu slice roti dan mengunyahnya dengan pelan.

"Ni aku juga bawa jus jambu. Special bikinan Bik Sus."

Satu slice roti dihabiskan Erik dengan susah payah. Usai mengunyah gigitan terakhir, ia mengambil gelas yang disodorkan Aish.

"Makasih."

"No problem."

Aish memperlakukan Erik dengan baik. Setelah memastikan Erik menghabiskan jus buatan Bik Sus, ia menyerahkan obat demam ketangan pria itu.

"Get well soon ya Erik. Ternyata Pak Polisi bisa sakit juga."

"Kamu pikir polisi itu robot." Balas Erik dengan senyum tipis, geleng-geleng kepala seraya kembali bersandar pada sandaran sofa.

"Ya kan fisiknya lebih kuat."

"Sesekali juga bisa sakit."

Tawa Aish pecah karena menyadari kebodohannya sendiri.

Aish membereskan kotak tupperware dan gelas yang ia bawa. Sepertinya dia harus segera pergi. Tidak enak juga berduan didalam rumah bersama pria lain sementara dirinya sudah bersuami. Pun Erik butuh lebih banyak istirahat.

"Rik, aku pulang ya. Kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu kamu telepon aja. Aku stay dirumah kok."

"Iya Aish. Sekali lagi makasih ya."

Aish berdecak, "makasih mulu."

"Gak papa. Kalau gak ada kamu, mungkin aku udah mati di dalam kamar." Guyon Erik dimana membuatnya mendapatkan pukulan dilengan.

"Lebay amat, Pak. Udah ah, aku pulang."

Aish berdiri. Tidak buru-buru. Namun lantaran jarak sofa dan meja kaca didepannya sangat dekat, membuat ia tanpa sengaja menyenggol kaki meja.

"Duh." Aish kembali terduduk, segera meletakan gelas dan kotak tupperware keatas meja lalu memeriksa jempol kakinya yang terasa berdenyut.

Erik yang bersandar dengan kedua mata terpejam lansung bangkit dan menemukan Aish yang sudah kesakitan disampingnya.

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang