Prolog

4.8K 259 11
                                    

My new story! Happy reading all!

***

Memiliki sahabat yang berasal dari keluarga broken home membuat Aish memiliki pandangan buruk tentang pernikahan.

Tak sedikit pula para temannya--yang sudah menikah, menjadikan ia tempat keluh kesah tentang kelakuan suami mereka. Persetan dengan yang dijodohkan. Yang menikah karena cinta pun banyak yang berakhir dimeja hijau.

Semua itu sudah sangat cukup membuat Aish berpikir ratusan kali untuk berumah tangga.

Namun diumur yang tak lagi muda, barang tentu Aish sering dihadapkan dengan pertanyaan kapan kawin. Ia juga sering dibandingkan dengan teman sebayanya yang sudah punya anak sekian dan sekian. Aduh, Aish sudah paling malas jika kata-kata kramat itu keluar.

-

-

Jika disuruh memilih, Aish tidak akan mau pergi ke acara arisan keluarga. Acara yang sudah pasti akan membuat ia terpojok karena belum juga membawa gandengan di usianya yang sudah menginjak 27 tahun.

Barisan para tante dan para sepupunya tidak akan menyapa dengan kata Hai atau Hello saat ia menampakan diri. Yang ada mereka akan langsung bertanya "Belum ada juga Aish? Si Amel saja sudah punya anak dua, si Renata juga mau bla bla..." yang sudah pasti membuat Aish jengah.

Jika bukan karena sang Mama, yang akan mengomel sepanjang hari lantaran Aish tak datang, dirinya tidak akan sudi bergabung di acara arisan keluarga yang lebih menjurus keacara gibah itu. Akan lebih bermanfaat jika ia bertemu client atau nongki bareng temen-temennya.

"Tuh muka lo kenapa lagi dah? Seharusnya setelah kumpul keluarga tu bahagia."

"Bahagia pala lo! Yang ada mereka nanya kapan nikah mulu. Heran gue, gak kreatif banget cari pertanyaan."

Sam malah ketawa ngakak melihat wajah nelangsa Aish. Pria itu seolah menemukan hiburan tersendiri tiap kali Aish pulang dari acara keluarga.

"Gue harus gimana nih Sam?! Gue ogah dateng, tapi setiap tanggal 15 tu gue wajib pake banget kesana. Kalo gue cari-cari alasan buat gak datang, Mama akan ngomel sepanjang bulan berikutnya. Lo tahu sendiri Mama gue kalo ngomel gimana."

Pria dengan baju kaus hitam dan celana pendek itu lagi-lagi tertawa, membuat Aish kesal dan memilih masuk kedalam rumah.

"Unfaedah banget curhat sama lo!"

Curhat sama Samudra Dirgantoro tu memang tidak ada gunanya. Aish heran sendiri, kenapa ia masih betah sahabatan dari kecil sama tetangga sebelah rumahnya itu.

"Aish. Jangan ngambek dong. Entar siapa lagi yang gue jadiin tameng kalo ada cewek yang deketin Gue."

Ini nih bagian yang paling Aish benci. Sam selalu menjadikan dirinya pacar dadakan saat ada perempuan yang mau atau akan pdkt dengan laki-laki itu.
Aish sudah seperti tumbal, yang sayang nya, ia sendiri tidak pernah tega untuk menolak.

Sama seperti Aish, Sam juga benci pernikahan. Sejak kecil laki-laki itu sudah terbiasa disuguhi adegan kekerasan yang dilakukan sang papa pada mamanya. Bagi Sam, pernikahan itu neraka. Bullshit saat sepasang kekasih jatuh cinta dan bahagia selemanya seperti kisah cinderella. Buktinya, sang Papa yang pernah mengaku cinta tega menyakiti hati mamanya, tak hanya fisik, batin pun juga.

Memang Sam akui tak semua keluarga seperti itu. Keluarga Aish terlihat harmonis-harmonis saja. Ada Papa yang penyayang dan perhatin, Mama yang selalu ada untuk keluarga, dan sosok Abang yang sangat sayang pada sang adik.

Tapi mau bagaimana lagi, ia tetap tak percaya pada sebuah komitmen alias pernikahan. Ia tidak ingin membuat anak orang menderita, seperti yang pernah papanya lakukan. Cukup sang papa yang begitu, pikirnya.

Dinikahin Aja | CompletedDove le storie prendono vita. Scoprilo ora