Bab 29

1.4K 141 7
                                    

Selamat membaca

***

Terdengar langkah kaki mendekat disertai bunyi roda yang beradu dengan lantai.

Aish menjangkau majalah diatas meja sembarangan. Membuka cepat majalah itu lalu pura-pura membaca.

Tak lama, bunyi langkah kaki tadi berhenti. Sekarang Aish bisa merasakan kehadiran seseorang dihadapannya. Namun dia tak langsung mengangkat kepala, masih berpura-pura sibuk  membolak-balik lembar majalah.

"Ekhm. Gak usah pura-pura gak dengar kalau gue datang."

Mendengar suara barinton itu membuat Aish mau tak mau mengangkat kepala. Aish tersenyum sekilas dan menyapa tanpa minat. Ia masih kesal pada Sam yang sudah mematikan telepon sepihak.

"Kapan balik?" tanyanya berbasa-basi. Terlalu basi. Sangking basinya membuat Sam ingin menenggelamkan Aish kerawa-rawa detik ini juga.

"Ya gue baru balik lah Maemunah. Pake nanya kapan balik. Kasih pertanyaan yang bisa dijawab tanpa bikin emosi lah "

"Hmmmm. Gimana kabar lo?"

"Nah gitu dong."

Sam membiarkan kopernya tergeletak diatas lantai sementara ia memilih berjalan kearah Aish dan duduk tepat disamping wanita itu. Dibukanya topi pilot beserta jas yang melekat dibadan, melonggarkan ikatan dasi dan menggulung lengan hingga siku.

"Gue baik. Lo gimana?"

"As you see. Masih utuh. Gak kekurangan sedikit pun."

"Erik gimana?" tanya Sam lagi membuat mata Aish menyipit curiga.

"Lah kok nanyain dia?"

"Kan lo bilang dia sakit kemaren. Sampe repot-repot antar makanan dan obat segala."

"Udah baikan dia." Balas Aish acuh, tak ingin membicarakan Erik lebih lanjut, pasalnya jika berhubungan dengan pria itu Sam jadi suka sewot. Aish juga tidak mengerti. Apa ini cemburu sosial atau 'cemburu yang lain'.

"Lo beliin kan sepatu pesanan gue?" Aish baru ingat akan permintaannya tempo lalu.  Kekesalannya pada Sam jadi menguap berganti dengan perasaan semangat. Aish menutup majalah digenggamannya dan meletakannya kembali ke atas meja.

Berbeda dengan Aish, Sam sudah ingin misuh-misuh. Bukannya disambut baik, disuguhi minuman, atau paling tidak dibantu membereskan atribut pilotnya, ia justru ditanyai perkara oleh-oleh.

Ya tapi biarlah, menyenangkan hati istri menambah rezeki bukan?

"Iya ada tuh dikoper."

"Gue periksa ya?" Aish sudah berdiri dengan ceria, "Gue bawa koper lo kekamar gue dulu. Ntar gue balikin."

Belum sempat dijawab, wanita itu sudah ngacir ke kamar. Sam geleng-geleng kepala dibuatnya.

"Bik. Bibik."

"Iya Tuan?"

"Buatin Saya kopi."

"Oh iya Tuan."

Teriakan Sam dari ruang tamu dibalas pula oleh Bik Sus dengan teriakan. Sepertinya wanita paruh itu sedang berada didapur.

Dinikahin Aja | CompletedWhere stories live. Discover now