Bab 23

1.4K 149 1
                                    

Happy Reading

***

Maksud kedatangan Ningsih dan Dahlia hari ini ialah untuk mengundang Aish dan Sam makan malam. Alasan yang kurang bisa dipercaya, padahal zaman sudah canggih, tinggal pencat pencet layar hp maka sang mama sudah dapat menghubungi salah satu diantara mereka. Alasan sebenarnya barangkali kedua ibu-ibu itu ingin melihat sejauh mana Aish bisa melayani Sam. Dan belakangan mereka tahu bahwa kemampuan memasak Aish sudah mulai berkembang. Bik Sus menambahkan bahwa sang majikan pernah berhasil memasak sop meski gagal beberapa kali.

Setelah puas merecoki sang anak dan mantu, kedua wanita paruh baya itu pamit pulang usai melaksanakan Sholat Zuhur. Bayangkan berapa lama Sam dan Aish harus menahan godaan keduanya.

"Ingat besok kalian harus datang loh." Ningsih masih sempat mewanti-wanti walau sudah memasuki mobil. Aish memutar mata jengah. Entah sudah keberapa kali sang mama mengatakan hal yang sama.

"Sebenarnya makan malam ini usulan papa kamu."

"Ha? Papa Ma?"

"Iya. Kok kamu kaget gitu? Emang salah kalau Papa ngundang makan malam. Palingan dia kangen sama kamu."

Aish tersenyum kikuk seraya menggeleng, "enggak kok Ma. Heran aja tiba-tiba papa ngajak ngumpul."

"Udah mama bilangin, palingan papa kamu itu kangen."

"Iya Ma iya." Pada akhirnya Aish mengiyakan dari pada urusan semakin panjang.

Bicara soal Surya Handoko, Aish yakin bahwa alasan sang papa mengundang mereka makan malam bukan lantaran rindu melainkan memberi peringatan perkara anak. Kalau sudah begitu, ia dan Sam harus mempersiapkan diri dengan rentetan pertanyaan yang akan dilayangkan oleh Surya.

"Oh ya. Mama tahu kalian pengantin baru. Tapi kalau mau begituan dikamar aja. Takutnya...."

"Ma..."

"Takutnya Bik Sus ngelihat."

Untuk kesekian kalinya Aish memutar bola mata jengah, lagi-lagi mamanya mengungkit hal memalukan yang ingin ia enyahkan dari kepala. Berbeda sekali dengan Sam, walau jengkel tetap mengulum senyuman.

"Kami pulang ya Sam, Aish." Pamit Dahlia pada akhirnya, mewakili Ningsih yang kini sudah duduk anteng.

"Iya Ma. Hati-hati."

Setelah pintu mobil tertutup dengan jendela terbuka separuh, Sam menarik Aish untuk dirangkul. Dengan senyum yang saling dipaksakan keduanya melambai kearah mobil yang mulai melaju.

Hembusan nafas berat terdengar dari bibir Aish dan Sam, antara merasa lega dan frustasi. Lega karena akhirnya bisa lepas dari ejekan sang mama, dan frustasi perihal undangan makan malam.

Aish melepaskan rangkulan Sam dibahunya dengan malas lalu berbalik badan. Disaat yang bersamaan pagar rumah sebelah berderit nyaring. Erik keluar dengan helm dikepala. Melihat Erik keluar Aish menghentikan langkah, dan lagi-lagi melongo terpesona. Bukan, bukan karena helm hitam full face yang pria itu pakai melainkan seragam coklat yang melekat indah dibadan Erik.

"Erik!"

Tak memperdulikan Sam yang kini berkacang pinggang, Aish melesat kesana.

"Oh hai Aish."

"Kamu polisi ya?" Tersirat jelas kekaguman pada suara Aish. Erik tersenyum lantas mengangguk sebagai jawaban.

Dilain sisi Sam mendengus. Aish tidak mengindahkan ucapannya sama sekali ternyata. Wanita itu masih saja mencari perhatian Erik.

Dinikahin Aja | CompletedOnde as histórias ganham vida. Descobre agora