Bab 38

2.6K 192 7
                                    

Happy Reading!

***

Aish bergerak gesit didepan kabinet dapur. Mengambil beberapa wadah dan menaruhnya diatas meja. Jangan kira Aish tengah sibuk memasak. Jikapun iya dapur tidak akan serapi ini, pasti ada saja yang tumpah.

Baiklah Aish akan jujur. Dia hanya memesan makanan dari luar untuk dihidangkan pada Sam nantinya. Aish sengaja memilih restoran yang rasanya belum pernah mereka coba sehingga Sam tidak akan tahu kalau makanan-makanan ini dia beli. Jadi Aish akan bilang jika dirinya lah yang memasak semua makanan ini. Tidak apa-apa berbohong sesekali demi kebaikan. Kebaikan perut Sam terutama. Takutnya kalau Aish yang masak pencernaan Sam bisa bermasalah.

Sebenarnya masak mie atau telur dadar Aish sudah bisa, atau menu yg lebih menantang seperti  nasi goreng dia juga sudah lumayan mahir, tapi tidak mungkin menyajikan menu sederhana dimisi penting ini. Kalau minta bantuan Bik Sus Sam sudah pasti tahu. Alhasil tidak ada pilihan lain selain delivery.

Ditengah kesibukan menata meja, Aish mendengar langkah kaki mendekat. Sudah pasti Bik Sus, membawa satu menu terakhir pesanan Aish. Dengan sigap Aish kembali berjalan ke kabinet untuk mengambil wadah.

Duh, dimana sih mangkok kecilnya. Efek jarang kedapur nih. Jadi bingung letak barang-barang.

Sementara Aish masih sibuk mencari mangkok, langkah kaki tadi terdengar berhenti di ambang pintu.

"Tarok aja diatas meja Bik. Kayak nya bentar lagi Sam pulang. Kita harus cepat. Jangan sampai dia tahu kalau bukan aku yang masak. Bibi tolong setrikain baju yang aku taruh diatas kasur dulu ya. Biar aku yang beresin yang di dapur."

Nah ketemu.

Aish tersenyum lega saat menemukan benda yang dicari.  Segera ia berbalik dengan tetap mempertahankan senyuman. Aish sangat bersemangat menyambut Sam. Entah bagaimana reaksi pria itu nantinya saat tahu dia...

Sam?

Tubuh Aish sontak mematung saat menatap sosok yang saat ini berdiri tepat dihadapannya. Senyumnya yang terukir perlahan sirna berganti raut shock.

"Sa...Sam?" Benarkah pria yang ada dihadapannya ini adalah Sam? Bagaimana mungkin? Perkiraan Aish suaminya ini akan tiba di rumah lepas magrib. Tapi sekarang masih sore.

Tak ada kata yang terucap dari bibir Aish. Saraf pikirnya seolah berhenti membuatnya blank tiba-tiba. Sam pun sama, pria itu juga diam. Hanya memandang lurus pada Aish tanpa berkedip.

Untuk waktu yang cukup lama pandangan mereka saling bertemu. Menyalurkan berbagai perasaan yang selama ini tersimpan rapat. Dalamnya cinta, pekatnya rindu.

Tanpa sadar mata Sam sudah berkaca-kaca. Ini bagaikan mimpi baginya saat dapat melihat Aish lagi dirumah. Sam rindu pertengkaran mereka. Sam rindu segala moment yang pernah mereka lewati. Sam rindu semua hal tentang Aish. Hingga ia sadar bahwa hidupnya tidak akan pernah sempurna tanpa Aish.

"Sam. Ma... Maaf."

Maka dengan cinta dan rindu yang memuncak, dirinya melangkah cepat lalu menubruk tubuh kecil Aish, memeluk dan mencium aroma Aish sedalam-dalamnya.

Prank

Mangkok ditangan Aish terjatuh, namun tak membuat pelukan mereka terlepas. Aish balas memeluk Sam dengan sama kuat tanpa memperdulikan bajunya ikut basah karena basahnya baju Sam akibat kehujanan.

Tanpa kata, tanpa menjelaskan apapun, keduanya saling bicara melalui dekapan. Sam mengikrarkan janji bersamaan dengan air mata yang mengalir untuk tidak pernah melepas Aish, dan Aish pun berjanji untuk senantiasa memberi kepercayaan penuh pada Sam. Cukuplah apa yang terjadi memberi mereka pelajaran.

Dinikahin Aja | CompletedWhere stories live. Discover now