[ 2 ] ;ㅡLucas Wong

Start from the beginning
                                    

"LUCAAAASS!"

Tanpa aba-aba menunggu kesiapan Ara, Lucas langsung memeluk Ara erat dan melompatkan mereka berdua dari jendela itu. Ara merasakan tubuhnya yang melayang bebas, jadi ia memeluk Lucas seerat yang ia bisa.

Sampai Lucas berpegangan pada sesuatu, dan mereka berlindung di bawah sebuah kanopi.

PRAK!

"Ahㅡmpp?!" 

Lagi-lagi Lucas membekap bibir Ara, kali ini menatap Ara dengan tajam. "Kita ada di zona penuh zombie sekarang, jadi suara serendah apapun bakal mengundang mereka."

Sama sekali bukan berita baik, Ara hanya bisa menatap Lucas penuh khawatir dan takut. Bagaimana tidak? Kalau ucapan Lucas saja sama sekali tidak menenangkannya.

Benar saja, beberapa mayat hidup itu berjalan mendekati para mayat hidup yang tadinya mengejar Lucas dan Ara di kamarnya, lalu terjatuh karena ikut-ikutan melompat dan mati tergeletak di jalanan.

Secara perlahan-lahan, Lucas menginjak sebuah pijakan di bawah sana, dan melepaskan ikatannya dengan Ara. Barulah, mereka berjalan mengendap-endap menjauhi kerumunan mayat hidup itu.

"Tolong bilang ke gue kalau lo tau kita bakal ke mana setelah ini?" bisik Ara dengan tangannya yang masih menggenggam tangan Lucas.

"Iya, jaraknya emang jauh, tapi gue udah ngecek peta kota, seharusnya kita belok ke sini," sahut Lucas.

Ara yang melihat ke arah Lucas, lalu terkejut saat melihat apa yang akan menyerang Lucas dari sisi sampingnya. "Lucas! Awas!"

Dengan cepat Ara menarik Lucas ke depannya, membuat mereka berdua kehilangan keseimbangan, akan tetapi Lucas dengan cepat menghalangi keduanya agar tidak terjatuh ke tanah.

Mayat hidup yang akan menyerang Lucas itu pun tersandung dan terpelanting ke sisi yang cukup jauh dari mereka. Meski begitu, suara teriakan Ara pun menarik perhatian mayat hidup yang lain.

"Ah, maaf ... gue reflek ...." Ara merasa bersalah, sedangkan Lucas menjawabnya dengan gelengan.

"Not your fault, dear. Harusnya gue yang ngejagain lo, 'kan?" kata Lucas dan langsung menggendong Ara ala bridal untuk berlari dengan cepat.

"Cas! Jangan aneh-aneh! Gue 'kan berat!" kata Ara yang tetap berpegangan pada Lucas.

"Jangan khawatir, gue bakal cari tempat biar lo bisa lari lebih tenang," jawab Lucas tanpa melihat Ara.

Malang sekali, karena jumlah mayat hidup itu semakin bermunculan di mana-mana. Ara semakin khawatir, apalagi saat mendengar napas Lucas yang tersengal-sengal.

Lucas membelok dengan cepat ke sebuah gang, namun, sayang sekali. Gang itu adalah jalan buntu. Baik Lucas maupun Ara sama-sama tidak bisa berpikir jernih.

"Sekarang ... apa ...?" tanya Ara.

Tidak ada sahutan, membuat Ara menoleh ke arah Lucas. Tampak wajah Lucas yang berubah total, menjadi putus asa. "Maafin gue, Ra."

"Kenapa ...?"

"Gue sebenarnya gak tau kita harus ke mana, gue cuma bisa mikirin cara pergi dari hotel itu karena di sana juga udah diserang zombie, tapi ...."

"... setelah terjun bebas dari sana, gue gak tau harus ke mana ...," lirih Lucas.

"Kata lo, lo bukannya udah lihat peta kota ...?"

"It's all bullshit." Lucas memandang Ara dengan tatapan sendu. "Maaf, karena gak bisa jadi kakak yang baik buat lo, emang nyatanya kakak tiri gak bisa diharapkan."

Ara menggeleng-geleng dan mengusap kedua pipi Lucas. "Gak, gak boleh bilang gitu! Setidaknya kita udah bertahan hidup sampai sini karena lo!"

Lucas menoleh pada Ara, dan di saat itu pun teriakan kasar dari para mayat hidup yang mendekat itu mengusik keduanya. Mata Lucas berkaca-kaca memandang Ara, sedangkan perasaan Ara pun jadi tak tega harus meninggalkan Lucas.

Please, pasti masih ada jalannya, Cas. Gue mana mungkin rela ninggalin lo sendirian di sini! seru Ara dalam batinnya, yang terpancar melalui tatapan matanya.

"Ada satu rahasia yang selalu gue sembunyiin dari sejak awal kita ketemu," ujar Lucas dan tersenyum tipis.

Ara memberikan tatapan penuh tanya, dan Lucas mendekatkan wajahnya. "I love you, lil' sis."

Tentu saja pernyataan itu membawa Ara pada satu pemikiran. Ia akan segera kembali, karena biasanya seseorang akan mengungkapkan perasaan terdalamnya ketika ia sadar hidupnya takkan bertahan lebih lama lagi.

Benar, saat ini Lucas mendekatkan wajahnya pada Ara. Namun, sebelum itu, Lucas kembali mendesiskan sesuatu.

"Akan ada kejutan yang menunggu lo karena keteledoran lo tadi," bisik Lucas dan barulah mencium bibir Ara.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ara tiba di lemarinya, namun, kali ini perasaannya hampa sekali. Tentu ia memikirkan bagaimana keadaan Lucas di dimensi itu, apakah Lucas akan selamat?

Tetapi, sebelum itu ... Lucas juga mengucapkan beberapa kalimat sebelum membawa Ara kembali ke dimensi ini.

"Kejutan ...?" gumam Ara, sambil mendorong pintu lemarinya.

Menyadari kalau hari telah malam, Ara langsung pergi keluar kamarnya untuk membawa Jisung segera kembali ke agensinya sebelum NCT Dream pergi ke Thailand.

Atau mungkin mereka sudah pergi? Apa yang akan jadi alasan Jisung tidak ikut pemotretan kali ini? Begitu Ara ada di luar kamarnya, ia langsung mencari Jisung.

"Jisung, ayo pergi ke agensi! Gue bakal temenin!" ujar Ara yang sudah berpenampilan bagai lelaki itu.

Anehnya, Jisung hanya terpaku memandangi ponselnya, membuat Ara keheranan. Jadilah ia berjalan mendekati Jisung dan mencoba mengingatkannya.

"Sung? Ayo, kita harus cepet atauㅡ"

"Kak Ara, bukannya seharusnya Bang Lucas gak dikenali dunia lagi ...? Termasuk penggemarnya?" tanya Jisung.

Ara mengangguk-angguk walau ia agak heran. "Iya, emang begitu. Kenapa ...?"

"Ini ...," sahut Jisung sambil menunjukkan isi ponselnya, "kenapa Bang Lucas masih ada fancam dari penggemarnya di bandara ...?"

eh moon maap ya kalo misalkan makin gajelas kesininya :")

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

eh moon maap ya kalo misalkan makin gajelas kesininya :")

gue berusaha buat bikin semuanya jelas, tapi gatau jelas apa enggak.

makasih buat perhatiannya💚

---

makasih untuk semua dukungannya :D

✔️Dating Doors || NCTWhere stories live. Discover now