Part 25 - Beast

10.5K 777 9
                                    

Keluarga Tudor dan Keluarga Bennett sedang dalam perjalanan menuju Manor Mackenzie. Lady Bennett, yaitu bibi Alexander merasa terhormat karena diundang oleh Duchess Brielle dan Marchioness Mackenzie untuk pesta minum teh bersama.

Namun Lady Bennett benar-benar meminta maaf karena ia tidak dapat datang. Sebagai gantinya, ia mengirim Alexander Bennett dan kedua anak perempuannya yang tertua untuk pergi ke Manor Mackenzie.

Seperti biasanya, para lelaki yaitu William, Norman, Gerald, dan Alexander berada di dalam satu kereta kuda. Gerald sampai memandang bingung ke arah Alexander karena kakaknya telah memanggil pemuda itu lebih dari tiga kali. Sepertinya Alexander sedang memiliki masalah yang sangat berat karena ia hanya diam saat diajak berbicara.

Awalnya William berpikir bahwa pemuda itu mungkin sedang memikirkan perkataannya beberapa malam yang lalu, tentang menikahi Miss Victoria Pierre. Tapi apa yang ada di dalam kepala Alexander saat ini lebih berat dari itu.

"Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya William lagi terdengar khawatir. Alexander menatap sahabatnya itu dan memaksakan dirinya tersenyum. Ia juga menoleh ke arah Norman dan Gerald bergantian seakan berkata bahwa dirinya baik-baik saja.

Gerald melihat Alexander mengangguk kecil. Walaupun ia masih muda, ia tahu bahwa ada sesuatu yang pemuda itu sembunyikan dari William. Sebenarnya kecurigaan Gerald itu benar, Alexander sebenarnya tidak ingin ikut pergi ke tempat Manor Mackenzie.

Adik sepupunya yang paling kecil, bernama Bethany sedang sakit keras. Tapi bibinya memaksa Alexander supaya tetap pergi dan mengajak Lowena serta Katherina ke pesta minum teh ini. Setidaknya untuk menghormati undangan Duchess Brielle dan Marchioness Mackenzie.

Kereta kuda Keluarga Tudor berhenti di depan Manor Mackenzie, namun di tempat itu terlihat banyak pelayan yang berlalu lalang. Seakan sedang terjadi sesuatu yang genting sehingga mereka terlihat panik. Lord Tudor mengedipkan kedua matanya beberapa kali ketika ia turun.

"Jangan melihatku, aku tidak tahu apa yang terjadi." Kata Norman terdengar setengah menyindir. Duchess Brielle turun bersama Poppy, Katherina, dan Lowena. Mereka terlihat sama bingungnya dengan Lord Tudor dan para pemuda itu.

"Marchioness Mackenzie." Panggil Duchess Brielle ketika matanya menemukan sosok wanita pemilik rumah tersebut. Wanita itu mengenakan gaun berwarna hijau emerald berbahan satin. Ia berbalik sambil membawa tongkat mahal di tangannya.

"Duchess Brielle." Sapanya, kedua alisnya sempat bertaut, namun langsung terlihat biasa saja saat menatap Keluarga Tudor dan Keluarga Bennett sudah tiba gerbang Manornya.

"Selamat datang. Aku mohon maaf atas ketidaknyamanannya." Ucap wanita itu sebelum Duchess Brielle menanyakan sebenarnya apa yang terjadi di Manor itu.

"Keponakan perempuanku, Charlotte. Ia tidak dapat ditemukan sejak tadi pagi." Ucap Marchioness Mackenzie terdengar tenang. Mungkin wanita itu sudah lelah sejak tadi pagi merasa khawatir terus-menerus, tetapi perkataannya itu mengejutkan Lord Tudor.

"Tenang saja, Your Grace. Kami sedang mencarinya." Kata Marchioness Mackenzie yang sebenarnya membuat Lord Tudor dan keluarganya bingung. Sementara itu, seorang pelayan laki-laki -tepatnya Peter, datang menghampiri Marchioness Mackenzie dan sekumpulan bangsawan itu.

Lord Tudor menatap pemuda itu berlutut di dekat kaki Marchioness Mackenzie. Ketika Lord Tudor mendengarnya meminta maaf karena tidak dapat menemukan Miss Charlotte Pierre dimanapun di dalam Manor itu, Lord Tudor mendapat dorongan untuk bertanya. "Apakah Charlotte pernah menghilang seperti ini sebelumnya?"

Perasaan khawatir tidak dapat ia hindari. Peter memberanikan diri melirik ke arah Marchioness Mackenzie, seakan bertanya apakah ia diperbolehkan untuk menjawab pertanyaan sang Duke. Ketika melihat wanita paruh baya itu mengangguk, Peter menjelaskan, "Pernah Your Grace, tapi biasanya ia pergi bersamaku atau pengawal yang lain."

Misunderstood BeautyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora