Part 9 - Miss Bennett

16.4K 1.1K 8
                                    

"Ada apa? Kamu seperti tidak menyukainya." Kata Alexander sambil berjalan menjauh dari bangsawan bernama Johannes Howard itu. Menurutnya, Johannes Howard adalah pasangan yang sesuai dengan Katherina. Ia tampan, cukup kaya untuk menghidupi Katherina, dan yang paling penting adalah ia pemuda yang baik.

"Aku menyukainya." Kata Katherina sambil mendongak menatap kakak sepupunya berusaha terlihat meyakinkan. Tepat ketika Alexander hendak mengenalkan gadis itu kepada pemuda lain, Duchess Brielle memanggil Alexander. Mau, tidak mau Katherina mengikuti kakak sepupunya itu untuk menghadap Duchess Brielle.

Wanita itu masih cantik, seakan usia tidak menggerogoti kecantikannya. Katherina melirik ke arah seorang gadis dengan rambut platinum blonde dan wajah yang imut menatap kakak sepupunya. Itu adalah gadis Pierre, di sampingnya pastilah Marchioness Mackenzie.

"Ini adalah Lord Alexander Bennett dan adik sepupunya Miss Katherina Bennett." Wanita itu memperkenalkan keduanya kepada Victoria Pierre dan sang Marchioness.

Alexander segera mengulurkan tangannya dan mengecup punggung tangannya sambil memandang ke arah gadis itu dengan menggoda. Sedangkan Victoria dan Katherina hanya saling pandang dan tersenyum basa-basi.

"Sebenarnya aku hendak memperkenalkanmu pada anakku yang kedua. Tapi sayangnya aku tidak dapat menemukan anak itu dimanapun." Jelas Duchess Brielle terdengar geram.

Diam-diam dalam hatinya, Katherina bersyukur bahwa Norman tidak ada di sini sekarang. Sepertinya ia tidak akan sanggup melihat pemuda itu mengecup punggung tangan Miss Pierre, persis seperti yang tadi Alexander lakukan.

Sementara itu, William Tudor sudah menolak sekitar dua belas gadis bangsawan yang mengajaknya berdansa atau mengobrol malam itu. Maka dari itu, ia menyingkir sedikit ke ujung ruangan supaya tidak terlalu terlihat.

Meskipun begitu, beberapa dari para bangsawan itu masih ada menyadari bahwa pemuda tampan yang berdiri di ujung ruangan adalah William Tudor. Pemuda itu sudah menghela napasnya berkali-kali sambil memegang segelas anggur putih yang manis. Ia merasa sudah terlalu lelah untuk beramah-tamah dengan para bangsawan lainnya.

Tidak seperti mama dan adik laki-lakinya yang setelah dari pesta ini bisa langsung beristirahat, William harus membukukan pemasukan dan pengeluaran. Jadi pesta dansa malam ini memang benar-benar membuang waktu istirahatnya.

Pemuda itu dapat melihat dari kejauhan bahwa Katherina dan gadis Pierre yang ia tadi tinggalkan sudah menjalin hubungan pertemanan. William berhenti bersandar ketika melihat Alexander berjalan menghampirinya.

William sudah dapat membayangkan bahwa sahabatnya itu mungkin akan memberikan beberapa wejangan seperti, "Berdansalah." Atau "Ayo coba ajak gadis cantik itu berbicara." Karena ia baru saja mengobrol dengan Duchess Brielle. Mamanya itu pasti sengaja menyuruh Alexander berbicara dengannya.

Tepat seperti yang William pikirkan, Alexander benar-benar datang untuk memberikan wejangan dari mamanya. "Mendengarkanmu membuatku lapar." Jawab William sambil menepuk pelan pundak sahabatnya.

Dengan langkah yang santai, pemuda itu berjalan ke arah tempat makan. Mengabaikan semua orang yang bergunjing tentang ketampanannya. Sementara William sedang menikmati makanan yang tersedia, Norman berjalan mendekati kakak laki-lakinya seakan sudah melupakan segala sesuatu tentang pertengkaran mereka.

William hanya melirik adiknya itu tanpa menghentikan kegiatan makannya. Ketika Norman menepuk pelan pundak kakak laki-lakinya lalu duduk seraya mendesah karena kelelahan, William tahu bahwa adiknya itu menginginkan sesuatu daripadanya.

"Katakan apa yang kamu inginkan." Kata William seakan tidak ingin menghabiskan waktu dengan berbasa-basi. Mendengar perintah itu, Norman tidak kuasa tertawa.

Misunderstood BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang