Part 8 - The First Ball

16.5K 922 5
                                    

Ketika musim perjodohan dimulai, William Tudor yang merupakan The Duke of Northumbria juga diundang ke pesta dansa Viscount Barry Arlington. Sesaat setelah orang-orang di pusat kota Northernberg mendengar bahwa Lord Tudor memutuskan untuk tinggal di pusat kota sampai musim perjodohan tahun ini selesai, undangan pesta datang dengan berbondong-bondong.

Adapun William itu orangnya pendiam dan tidak suka mengobrol dengan para bangsawan. Jika bukan karena pekerjaannya, ia mungkin tidak akan mengenal siapapun di Northernberg. Tapi karena pekerjaannya, ia harus memperluas dan menjaga hubungan dengan para bangsawan itu supaya perusahaannya tidak bangkrut.

Lain halnya dengan Norman, ia adalah pemuda yang menyenangkan, ia yang biasa disebut dengan Life of The Party. Orang-orang suka kepadanya, tapi karena ia anak kedua dan William lebih berkuasa, lebih pintar berperang, dan lebih tampan, terkadang mereka tidak mengindahkan Norman.

Jika William Tudor ada dalam satu ruangan dengannya, Norman merasa lebih rendah diri sehingga ia harus tampil menonjol. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Norman pergi sendirian ke pesta-pesta dansa itu. Sekarang William dan mamanya akan ada bersama-sama dengan ia menghadiri pesta-pesta itu.

William sebenarnya ingin melarikan diri ke Northumbria seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena pada masa perjodohan saja, dirinya tidak perlu susah payah bekerja dan ia bisa bersantai sejenak. Namun Duchess Brielle punya rencana lain, karena ia tiba-tiba saja datang ke Northernberg.

Pemuda itu tidak punya pilihan selain mengikuti keinginan mamanya untuk menghadiri pesta-pesta tersebut. Duchess Brielle seakan memastikan bahwa anak laki-lakinya yang satu itu berkenalan dengan setidaknya seorang gadis bangsawan di Northernberg.

"Oh tenanglah, brother. Aku akan setia menemanimu dari satu pesta satu ke pesta yang lainnya." Ucap Norman yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar kakaknya. William sedang memandang ke arah dirinya sendiri sambil merapikan jas yang melekat pada tubuhnya.

William memutar bola matanya sebelum menghela napasnya berat memandang adik laki-lakinya itu. Pemuda itu sedikit jengkel karena setiap alasannya untuk tidak pergi, ditolak oleh Duchess Brielle. Sehingga mau tidak mau William harus pergi ke pesta itu malam ini. Menurutnya, melakukan hal ini merupakan buang-buang waktu, tenaga, dan uang.

"Norman." Panggil William sambil menoleh ke arah adiknya untuk memastikan bahwa cermin itu tidak membohonginya. Tapi William tahu benar bahwa setelan jas yang dikenakan adik laki-lakinya adalah miliknya.

"Apakah itu setelan jasku?" Suaranya sedikit berbahaya, Norman sudah terlalu terbiasa dengan nada suara itu sehingga ia tidak menemukan titik seram kakak laki-lakinya saat menggunakan nada tersebut.

"Yaaa.. ini terlihat sangat pas untukku. Jadi aku-"

"Mengambilnya dan mengklaimnya menjadi milikmu?" Potong William terdengar keji. Sejujurnya, ia tidak marah jika adiknya itu meminta izin untuk meminjam barang miliknya. Berhubung bahwa Norman tidak melakukannya, ia merasa marah. Itu berarti adiknya tidak menghormati barang miliknya.

Akan terjadi baku hantam di antara mereka, jika Norman tidak pura-pura ketakutan dan berlari meninggalkan kamar William untuk menghindari kakaknya. Duchess Brielle mendengar kedua anak laki-lakinya yang sudah dewasa itu berlari di lorong rumahnya.

Tepat ketika wanita itu membuka pintu kamarnya untuk menegur mereka, Norman setengah mendorong pintu itu dan berlari masuk seakan hendak berlindung di balik tubuh ibunya.

"Mama!" Seru Norman. Gerald dan Poppy yang sudah berada di kamarnya masing-masing jadi keluar karena mendengar keributan kedua kakak mereka berlarian di koridor.

"Lepaskan pakaianku dan kenakan pakaianmu sendiri!" Bentak William sambil berjalan masuk ke dalam kamar ibunya. Jika Norman menghendaki harus berkelahi di kamar mamanya, William akan melakukannya.

Misunderstood BeautyWhere stories live. Discover now