Part 19 - Siblings

739 123 5
                                    

Pada perjalanan kereta kuda itu menuju kembali ke Manor Tudor, baik Norman maupun William tidak ada yang berbicara. William memang tidak terlalu suka berbicara, jika diperhatikan ketika mereka bersama Alexander pun, William juga jarang berbicara.

Tetapi berbeda dengan Norman, pemuda itu merasa sangat canggung karena tidak ada yang berbicara. Tapi ia sendiri juga bingung harus berbicara apa dengan kakaknya. Sebenarnya antara Alexander dan kakak laki-lakinya sendiri, Norman lebih dekat kepada Alexander.

Menurut Norman, dirinya dan William tidak sefrekuensi seperti dirinya dengan Alexander. Candaan dan perbincangan mereka jelas berbeda sehingga membuat Norman tidak berani memulai percakapan tanpa Alexander. Sebenarnya William sudah mulai menyadari Norman lebih banyak diam ketika Alexander tidak ada diantara mereka.

"Hey." Panggil William yang memutuskan untuk memulai percakapan lebih dahulu. Seumur hidupnya William adalah keluarga Tudor yang paling tidak dekat dengan adik-adiknya, karena sepanjang hidupnya William dipersiapkan untuk menjadi seorang Duke of Northumbria serta pebisnis yang pintar.

Tapi papanya tidak mempersiapkan William menjadi seorang kepala rumah tangga yang baik. Mengayomi adik-adiknya atau belajar berbagi cerita dengan adik-adiknya. William ingin mengubah hal itu sekarang dan adik yang paling mudah di dekati adalah Norman. Karena adiknya itu juga mudah bergaul, usia mereka juga tidak terlalu jauh, jadi tidak terasa begitu canggung.

"Apakah kamu menyukai gadis Pierre itu?" Tanya William. Sebenarnya yang ia maksudkan adalah Victoria, karena jika Norman menyukai gadis itu, William bersedia untuk mundur dan tidak mendekati Charlotte. Tapi ketika melihat ekspresi Norman yang canggung berubah seketika, William rasanya ingin menarik pertanyaannya tadi.

"Kenapa? Kamu ingin meminta restuku ya?" Tanya Norman sambil memainkan senyumnya yang memesona. William memandangnya tidak percaya. Bibir atasnya terlihat mengeriting naik dan ia melirik ke samping berusaha untuk tidak mengeluarkan perkataan tidak pantas kepada adiknya itu.

"Hah? Aku meminta restumu? Seharusnya kamu yang meminta restu padaku. Aku kakaknya." Jawab William terdengar sinis dan tidak terima. Inilah salah satu contoh, mengapa Norman tidak ingin bercakap-cakap dengan William. Kakaknya itu sangat mudah tersinggung dan berpikir segala sesuatunya adalah serius.

"Iya, benar. Tapi kalau kamu memang membutuhkan restuku, tidak apa-apa kok. Aku bersedia memberikannya." Balas Norman dengan nada menggoda yang membuat William merasa pasrah dan memutarkan bola matanya.

"Sudahlah, lupakan saja. Sebaiknya kamu diam." Perintah William yang entah mengapa membuat Norman justru ingin menggodanya lebih jauh lagi. Norman tertawa melihat kelakuan kakaknya, terutama ketika melihatnya melipat kedua tangannya di depan dada seakan sedang merajuk.

"Tidak. Aku tidak suka Miss Pierre. Menikmati keberadaannya.. Mungkin iya, tapi aku tidak menyukainya seperti itu." Jawab Norman yang akhirnya memberikan jawaban serius setelah puas tertawa.

"Wah, sepertinya ada seorang gadis yang telah mencuri hati adikku yang menggemaskan." Gantian William yang menggoda adiknya sekarang. Ketika mendengar perkataan kakak laki-lakinya, Norman langsung memandangnya horror karena tadi William mengatakannya menggemaskan.

"Aku sama sekali tidak bermaksud begitu." Jawab Norman terdengar sedikit salah tingkah.

"Ya, kamu bermaksud begitu. Sekarang katakan padaku, brother. Apakah kamu memiliki ketertarikan dengan Miss White?" Tanya William yang membuat Norman terkejut. Untuk beberapa saat Norman merasa terkesan dengan pengetahuan kakak laki-lakinya itu.

William memiliki mata yang jeli dan kepekaan yang hebat. Tapi Norman segera menyadari bahwa kakak laki-lakinya itu mungkin saja mengetahui hal ini dari seseorang.

Misunderstood BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang