Part 15 - Manor Mackenzie

14.9K 974 17
                                    

Keesokan harinya, Lord Tudor memaksa adik laki-laki dan sahabatnya untuk ikut pergi ke Manor Mackenzie bersamanya. Sebenarnya Alexander tidak keberatan karena ia sudah melihat pesona Ms. Pierre ketika pesta dansa Viscount Barry Arlington pertama kali. Alexander merasa belum sempat mengobrol banyak dan menebarkan pesonanya kepada gadis itu.

"Aku tidak percaya kita benar-benar pergi ke pesta minum teh di rumah Marchioness Mackenzie dengan Keluarga Pierre yang menjadi bahan gunjingan di seluruh Northernberg." Komentar Norman terdengar pedas ketika mereka turun dari kerta kuda.

Norman terdengar tidak sopan dan setengah hati pergi ke tempat ini. Padahal tadi malam ia terlihat ingin berbicara banyak dengan Ms Pierre. Bukankah ia seharusnya senang karena mendapatkan kesempatan untuk mengobrol dengan gadis itu sepuasnya? Karena William menyandera Ms. Pierre semalaman.

"Kamu tahu kan, bahwa hanya keluarga kita yang dapat membantu mengembalikan reputasi mereka?" Tanya Alexander saat mereka menaiki undakan rumah Marchioness Mackenzie. Suaranya tidak terlalu keras supaya Keluarga Pierre yang berdiri di atas undakan itu tidak mendengarnya.

"Dan untuk apa? Bukankah salahnya sendiri?" Tanya Norman lagi. Menurutnya, pernyataan Alexander tidak ada hubungannya dengan datang ke Manor Marchioness Mackenzie sore ini. Jika Keluarga Pierre ingin memperbaiki reputasi mereka, sebaiknya mereka bersikap baik terhadap masyarakat.

Tapi kemudian ia mengerti maksud Alexander, mereka adalah keluarga terhormat. Orang-orang pasti akan mendengarkan komentar mereka tentang keluarga Pierre. Jadi sebaiknya keluarga itu bersikap baik kepada William, Alexander, dan Norman sore ini.

Lord Tudor berjalan beberapa langkah lebih di depan dari keduanya. Pemuda tampan yang dingin itu berbalik menghadap keduanya ketika mendengar mereka berseteru hanya karena datang ke Manor Mackenzie. Ia melihat Norman mengedipkan kedua matanya beberapa kali terlihat takut saat balas menatapnya.

"Jika kamu tidak ingin berada di sini. Pulang." Jawab William yang membuat jantung Norman berdebar kencang. Meskipun ia tidak ingin berada di tempat itu, ia tidak ingin membuat suasana hati kakak laki-lakinya jadi buruk. Tadi, ketika William berbalik dengan kedua mata birunya itu, kedua lutut Norman terasa lemas karena takut.

Alexander menertawakan Norman tanpa bersuara. Melihat ekspresi ketakutan pemuda itu cukup membuat suasana hati Alexander jadi semakin girang. Namun Norman sama sekali tidak terlihat senang dengan ledekan Alexander. William tidak mengetahui siapa yang memulai, tapi ia mendengar keduanya saling pukul meskipun bercanda.

Apakah mereka tidak tahu bahwa mereka akan berhadapan dengan keluarga bangsawan terhormat lainnya? Bisakah mereka berhenti berperilaku seperti anak kecil beberapa saat saja?

Jadi William memutuskan untuk menoleh ke arah Norman dan Alexander sekali lagi, sehingga mereka menarik tangan mereka ke samping tubuh mereka masing-masing. Keduanya terlihat berdiri tegap seakan sedang dihukum oleh William.

Pemuda itu dapat melihat bahwa Alexander berusaha menahan tawanya ketika melirik ke arah Norman. Ketika melihat keduanya berhenti, William kembali berjalan dan sampailah mereka di undakan tangga teratas Manor Mackenzie. Ketiga pemuda tampan itu disambut oleh Lord dan Lady Pierre, namun William tidak menemukan Marchioness Mackenzie dimanapun.

"Ah, sang Marchioness sedang pergi ke rumah salah seorang temannya. Ia berkata bahwa ia memiliki keperluan mendadak." Jelas Lord Pierre ketika Duke William Tudor bertanya dimana Marchioness Mackenzie berada. Keduanya mempersilakan William, Alexander, dan Norman masuk ke dalam Manor tersebut.

Hari ini, Lord Tudor terlihat gagah mengenakan kemeja putih dengan jaket kulit berwarna coklat tua, celana hitam yang agak ketat dan sepatu kulitnya juga terlihat mengkilap. Rambut pemuda itu terlihat agak berantakan tapi justru membuat kesan keren padanya.

Misunderstood BeautyWhere stories live. Discover now