Part 11 - Troublemaker

16.4K 1.1K 17
                                    

"Aku tahu sekarang posisiku adalah seorang pengawal, hal itu berarti aku sama sekali tidak punya hak melarangmu melakukan sesuatu." Kata Hansel terdengar pasrah sambil menatap Charlotte yang kedua mata hijaunya sedang berbinar.

"Tapi apakah kamu mau mendengar Madam Rosefield mengadukan ulahmu kepada Marchioness Mackenzie?" Lanjut Hansel ketika mendengar ide gila gadis itu.

"Ayolah Hans, kita hanya hidup sekali-" Ujar Charlotte yang langsung disanggah oleh Hansel. "Dengar. Bibimu, papa dan mamamu, bisa pulang kapan saja. Aku tidak mau menikmati hidupku dengan dipukuli."

Charlotte berdecak mendengar perkataan Hansel. Meskipun apa yang dikatakan pemuda itu mungkin saja benar, karena secara teknis status Hansel masih budak dan bukan orang merdeka. Tapi tidak ada di tempat itu yang bisa Charlotte ajak untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan.

Karena tadi, belum sempat Charlotte mengatakan ide menyenangkannya, Peter sudah dipanggil untuk membantu beberapa pelayan laki-laki untuk memindahkan hadiah dan bunga-bunga milik Victoria.

"Tidak Hans. Aku janji bahwa kamu tidak akan dipukuli. Lagipula mendengar orang tuaku mengomel bukankah hal yang sudah biasa kita lakukan? Apa salahnya dengan mendengarkan ocehan bibiku?" Tanya Charlotte sambil menepuk pelan leher kuda berwarna coklat di sebelahnya.

Gadis itu baru saja menantang Hansel untuk balapan kuda di halaman belakang Manor Mackenzie, tapi pemuda itu terlalu pengecut untuk menyetujuinya.

"Bukankah kamu telah berjanji untuk meninggalkan seluruh kekacauanmu di Manor Pierre?" Tanya Hansel sambil berkacak pinggang dan menatapnya jengkel.

"Oh ya ampun. Apakah kamu telah meninggalkan seluruh keberanianmu di Manor Pierre?" Tanya Charlotte balik sambil mengikuti cara bicara dan gaya Hansel saat bertanya kepadanya.

"Apa yang kamu katakan kepadaku barusan?" Tanya Hansel setengah lebih tinggi dari sebelumnya. Sahabatnya itu sudah bangkit berdiri, ekspresi wajahnya terlihat tertantang. Charlotte tersenyum karena memang itulah rencananya, membuat Hansel jengkel sehingga tanpa sadar ia akan menyetujui apa yang Charlotte katakan.

Peter sedang mengangkat buket bunga yang mahal dari seorang bangsawan bernama G. France ketika ia mendengar suara Charlotte dan Hansel dari halaman belakang. Pemuda itu berhenti sejenak untuk menatap keduanya balap kuda, para pelayan yang lain rupanya melakukan hal yang sama.

Karena tidak pernah terjadi lagi sebelumnya yang seperti itu di Manor Mackenzie. Tidak setelah sang Marchioness menutup diri dengan dunia luar dan menjadi seorang wanita yang tajam lidah.

Ketika menatap Charlotte sedang melakukan balap kuda di halaman belakang itu, para pelayan Manor Mackenzie, terutama yang sudah berusia lanjut, teringat masa muda sang Marchioness. Ia adalah gadis yang ramah dan menyenangkan, tapi ia berubah karena sesuatu.

Sementara Charlotte bersenang-senang di halaman belakang itu, Victoria bangkit dari kursinya dan membelalak ke arah jendela. Madam Rosefield yang sedang tersenyum memandang Charlotte karena itu membawa kenangan manis, langsung terkejut ketika Victoria memekik, "Astaga!"

Wanita itu sedikit tergagap-gagap karena bingung harus melakukan apa. Ia segera menyuruh para pelayan itu keluar untuk menemui Charlotte. Ketika melihat Victoria menutup wajahnya yang cantik dengan kedua tangan karena malu, Mr. Mcallagan dengan sombong berniat menempatkan Charlotte ke posisi yang seharusnya.

Lagi pula, jika ia ingin menjadi kepala keluarga, ia harus bisa mengendalikan adik dari calon istrinya yang liar. Rupanya Charlotte memang persis seperti yang dikatakan oleh Mr. Long. Kekurangan Victoria bukanlah terletak pada dirinya, tapi adik perempuannya. Pikir Mr. Mcallagan.

"Mr. Mcallagan?" Panggil Victoria terdengar cukup panik ketika melihat teman kencan atau peminangnya itu berjalan ke luar ruang tamu. Victoria mengikutinya sambil mengumpat marah terhadap adik perempuannya.

Misunderstood BeautyWhere stories live. Discover now