Part 15 - Manor Mackenzie

Start from the beginning
                                    

Sementara itu, Norman menggunakan kemeja biru muda pucat dan jaket beludru yang satu tone lebih gelap dari pada kemejanya serta celana putih. Sedangkan Alexander menggunakan kemeja putih dipadu dengan jas hijau rumput serta terdapat hiasan ukiran emas di pinggirnya. Ketiganya terlihat tampan dan gagah ketika berjalan beriringan masuk ke Manor Mackenzie.

"Selamat datang, Your Grace." Sapa Ms. Pierre ketika melihat ketiga pemuda tampan itu berjalan masuk ke dalam manor tersebut. Mereka langsung diarahkan masuk ke ruang tamu untuk minum teh bersama. Tempat itu terasa cukup sejuk meskipun panas matahari di luar agak menyengat.

William beruntung karena membawa Norman dan Alexander ke Manor Mackenzie, karena ia tahu bahwa ia tidak dapat mengajak seorang gadis berbicara tanpa membuatnya tersinggung atau merasa bosan. Setidaknya kedua pemuda genit itu dapat membantunya menyibukkan Ms. Pierre sementara William bertanya-tanya dimana gadis itu.

Tujuan William datang ke Manor Mackenzie hari ini, adalah ingin bertemu dengan Charlotte Pierre. Gadis yang telah mengacaukan kencannya dengan Ms. Marina Throne, tapi sayangnya gadis itu tidak dapat ditemukan dimanapun. William adalah tipe orang yang tidak suka berbasa-basi, namun kali ini ia memberikan waktu cukup lama kepada Norman dan Alexander untuk mengobrol dengan Victoria.

"Aku tidak melihat adikmu dimanapun." Komentar Lord Tudor ketika ia mulai merasa bosan dengan percakapan mereka. Nadanya sama persis ketika mereka berada di pesta dansa Manor Laurent.

Itu juga merupakan kalimat pertama yang keluar dari mulut Lord Tudor setelah mereka mulai berbincang di meja teh itu dan membicarakan banyak hal. Ketika mendengar komentar Lord Tudor, Victoria segera melirik ke arah kedua orang tuanya yang duduk beberapa langkah dari mereka.

"Charlotte ada di Manor ini. Tapi aku tidak dapat menemukannya sebelum kalian memasuki Manor." Jawab Ms. Victoria terdengar sudah menyiapkan perkataan itu jika Lord Tudor menanyakan adik perempuannya.

Setelah beberapa saat yang canggung itu, Alexander membuka pembicaraan dengan mudah dan menanyakan alat musik apa yang dapat Ms. Pierre mainkan. Sementara ketiganya asik mengobrol, Lord Tudor diam-diam merasa sedikit kecewa karena ia tidak dapat bertemu dengan gadis itu.

Lord Tudor tersenyum ketika mendengar lelucon Norman dan menahan diri untuk tidak langsung melakukan rencana yang ada di kepalanya. Pemuda itu sudah berencana untuk pergi ke toilet dan mencari gadis itu. Namun Lord Tudor masih harus menahan diri karena ia tidak ingin dikira tidak sopan dengan tidak mendengarkan cerita Ms. Pierre tentang buku novel romansa yang baru ia baca.

"Maaf, tapi aku izin ke toilet." Ucap Lord Tudor sambil setengah berdiri dan mendorong kursi dengan pahanya. Ms. Pierre mendongak untuk menatap wajah pemuda tampan itu, ia hanya tersenyum dan mengangguk ke arah Lord Tudor.

Dari ekspresinya, Lord Tudor dapat mengetahui bahwa gadis itu sudah cukup terhibur dengan adanya Alexander dan Norman di tempat itu. Baguslah kedua pemuda genit itu berhasil menyenangkan hati Ms. Pierre.

Sementara seorang pelayan laki-laki memimpin jalan menuju toilet, Lord Tudor mendengar seseorang memainkan lagu di sebuah ruangan. Rasa penasaran menguasai pemuda tampan itu dan meminta pelayan laki-laki itu untuk meninggalkannya.

Lord Tudor mendorong pelan pintu ruang itu, ia melihat seseorang di balik Grand Piano di ruangan tersebut sambil terus berusaha menekan tuts yang tepat. Permainannya cukup bagus meskipun terkadang ia salah menekan tuts. Lord Tudor bahkan dapat mendengarnya menggerutu ketika nadanya melenceng.

Itu adalah gadis yang sedari kemarin Lord Tudor cari. Ms. Charlotte masih berusaha setengah mati untuk memainkan lagu dansa yang telah ia pelajari dari guru pianonya. Ia mendongak dan tersentak kaget ketika melihat sosok Lord Tudor berdiri di tempat itu tanpa diundang.

Charlotte sama sekali tidak mendengarnya datang, itulah yang membuat gadis itu merinding. Tidak ada seorang pun yang bisa menyelinap tanpa ketahuan oleh dirinya kecuali Lord Pierre sendiri. Jantung Charlotte terasa berdebar ketika menyadari ketampanan Lord Tudor yang terpampang di depan matanya.

"Kamu.. Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya gadis itu yang sempat terdiam karena terlalu terkejut. Tepat ketika Lord Tudor hendak menjawab pertanyaannya, gadis itu kembali melanjutkan.

"Tidak. Bagaimana kamu bisa ada di tempat ini?" Lord Tudor tidak dapat menahan senyumnya yang melebar karena melihat ekspresi terkejut Charlotte. Cukup dengan melihat ekspresi gadis itu sekarang, sudah membuat Lord Tudor puas.

"Kamu.. guru dansaku yang baru?" Tebak Charlotte ketika melihat pemuda tampan itu hanya menebarkan senyumnya yang memesona. Charlotte terpana beberapa saat, bahkan ia dapat merasakan bulu kuduknya berdiri tanda bahaya saat melihat senyum memesona itu.

Pemuda setampan William Tudor bisa mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan hatinya, segala sesuatunya berada di dalam genggaman pemuda itu. Charlotte harus berhati-hati dengannya, terutama jika pemuda itu benar-benar akan menjadi guru dansanya.

"Iya." Jawab Lord Tudor dengan nada bingung yang tersemat di dalamnya. Namun sepertinya Charlotte tidak menyadarinya. Sejujurnya, Lord Tudor bertanya dalam hatinya, Bukankah gadis itu seharusnya mengetahui bahwa hari ini akan ada pesta minum teh bersamanya, Alexander, dan Norman? Namun tidak ingin ambil pusing dan terus memerankan peran baru yang akan ia mainkan. Menjadi seorang guru dansa?

"Tapi kamu kan seorang Duke." Balas Charlotte merasa sedikit bingung. Karena bukankah seorang Duke pasti memiliki kesibukan lain?

"Ya."

"Lalu kenapa kamu mau jadi guru dansaku?" Tanya Charlotte sambil memiringkan kepalanya. Ia terlihat sedikit menggemaskan bagi Lord Tudor.

"Memangnya tidak boleh?" Lord Tudor balas bertanya. Charlotte terlihat sangat lugu, ia bahkan berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan pemuda tampan itu. "Boleh. Tapi bukankah kamu sibuk?"

Pemuda itu berusaha untuk menahan tawanya ketika mendengar pertanyaan itu, jadi ia segera menjawabnya, "Memang. Jadi ayo cepat latihan."

"Kenapa?"

"Apanya kenapa?" Tanya Lord Tudor yang sudah mulai kesal karena gadis itu banyak bertanya dan menghabiskan waktunya.

"Kenapa kamu mau melatihku?"

"Karena aku ingin menghabiskan waktu denganmu."

"Kenapa?" Tanya Charlotte sekali lagi yang membuat Lord Tudor benar-benar tidak tahan. Selain karena pemuda itu baru saja mengaku bahwa ia ingin menghabiskan waktu dengan Charlotte, gadis itu terdengar tidak peduli. Wajah Lord Tudor merona karena ia sendiri juga tidak tahu kenapa ia mau menghabiskan waktu dengan gadis itu.

"Cepat berdiri di sini dan jangan menghabiskan waktuku!" Geram Lord Tudor. Pemuda itu menyalakan mode defensive sebelum Charlotte dapat mengetahui bahwa sebenarnya Lord Tudor tertarik padanya.

Tidak. Aku tidak tertarik pada gadis itu. Kata Lord Tudor pada dirinya sendiri.

[To be continue]

Terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk vote dan komentarnya ya.

Misunderstood BeautyWhere stories live. Discover now