Part 4 - Guardsman

Mulai dari awal
                                    

"Bangunlah nak." Ucap Marchioness Mackenzie dan mendorong pundak Peter supaya berdiri tegak. Kedua pipi Peter terlihat merona ketika melirik ke arah Victoria yang terlihat sangat cantik di sebelah wanita paruh baya itu.

Victoria mengenakan gaun berwarna gading dengan manik-manik emas yang membuatnya terlihat sangat memesona. Rambutnya dikuncir setengah dan ia menggunakan sebuah tiara kecil serta kalung yang mahal. Tidak seperti Charlotte yang hanya menggunakan gaun peachnya yang sederhana dan ia tidak menggunakan satupun perhiasan.

"Ia cukup tampan." Komentar wanita itu sambil menoleh ke arah Charlotte. Gadis itu menggoyang-goyangkan jemari di kedua tangannya terlihat sedikit gugup, karena wanita itu bisa saja meledak atau mengatakan hal yang buruk tentang Peter. "Bukankah ini anak pamanmu?"

"Ya. Tapi yang paling penting, ia temanku." Jawab Charlotte sambil menyatukan jemari tangannya di depan dada. Hansel masih membungkuk merasa sedikit tidak nyaman. Selain karena punggungnya mulai terasa pegal, ia penasaran bagaimana keadaan di hadapannya.

"Ia bukan temanmu dear. Ia pengawalmu." Kata Marchioness Mackenzie seperti dirinyalah yang memutuskan. Charlotte mengedipkan kedua matanya beberapa kali terlihat tidak percaya. Ia tidak pernah memandang Peter maupun Hansel sebagai seorang pengawalnya, jadi ketika ada seseorang yang tidak terlalu dikenalnya mengatakan hal itu, membuat Charlotte sedikit marah.

Belum sempat Charlotte membalas perkataan Marchioness Mackenzie, wanita itu sudah berbalik dan berkata kepada Victoria. "Ayo dear, sepertinya aku sudah mulai lapar." Setelah keduanya benar-benar menghilang, Peter menepuk punggung Hansel supaya sahabatnya itu bisa berdiri tegak.

***

"Tapi Aunt Amy, aku tidak bisa meninggalkan Hansel sendirian di sini. Aku mohon- Aku mohon- aku mohon!" Ucap Charlotte sambil menautkan kedua tangannya di depan dada sambil memperlihatkan betapa berharap dirinya.

Ketika mendengar keputusan Marchioness Amy Mackenzie yang mengatakan bahwa Charlotte hanya boleh membawa satu pengawal, gadis itu memohon supaya Hansel diizinkan untuk ikut pergi ke Northernberg. Hampir semua orang sudah berada di luar Manor Pierre. Kedua orang tua Charlotte, Victoria, dan Marchioness Mackenzie sendiri.

Charlotte masih berusaha membujuk bibinya untuk mengizinkan satu lagi sahabatnya supaya dapat ikut bersama mereka ke pusat kota Northernberg. Lord dan Lady Pierre terlihat sedikit khawatir jika anak perempuannya itu menghabiskan kesabaran Marchioness Mackenzie.

"Tidak Charlotte. Satu pengawal saja sudah cukup." Jawab wanita itu terdengar tegas, lalu ia berbalik seakan menandakan bahwa perbincangan ini sudah selesai.

"Oh, ayolah Aunt Amy, bagaimanapun juga, ia temanku. Aku hanya tidak ingin ia merasa tertinggal karena aku dan Peter pergi ke pusat kota Northernberg." Balas Charlotte masih berusaha mengejar bibinya. Charlotte bahkan tanpa ragu menyentuh kedua pundak wanita paruh baya tersebut dan membalikkan tubuh bibinya itu untuk menghadap ke arahnya, seakan tubuh itu masih muda.

Kedua mata Lord Pierre melebar ketika anak perempuannya melakukan hal tersebut. Kedua tangan Charlotte dan menggenggam lembut tangan Marchioness Mackenzie yang kurus. Kedua mata hijaunya berbinar penuh harapan.

"Aku mohon." Ucap Charlotte sekali lagi sambil memajukan bibirnya masih berusaha membujuk bibinya itu. Lady Pierre yang tidak dapat menahan kekhawatirannya, dengan segera menghampiri anak perempuannya serta Marchioness Mackenzie.

"Maafkan anak gadisku, Lady Mackenzie." Ucap Lady Pierre sebelum menatap anak perempuannya. Kedua mata hijaunya melotot dan ekspresinya terlihat marah sekali. Jika wanita itu diibaratkan seekor binatang, Charlotte berpikir ia seperti mama beruang dalam buku cerita anak yang ia bacakan untuk Hansel dan Peter kemarin sore.

"Charlotte, kamu akan tinggal bersama Lady Mackenzie sampai musim perjodohan tahun ini selesai. Dan sampai saat itu..." Lady Pierre menegaskan, "Kamu harus menuruti seluruh perintah Lady Mackenzie."

"Jika Hansel tidak bisa ikut dengan kami pergi ke Northernberg, aku juga tidak mau. Lagi pula usiaku masih delapan belas tahun. Aku masih punya kesempatan tiga tahun lagi untuk tinggal bersama Aunt Amy, setidaknya sampai ia mau menerima Hansel di rumahnya." Charlotte terdengar merajuk.

Gadis itu tidak sengaja melirik ke arah Hansel, yang rupanya sedang menggeleng kecil padanya. Ia hanya tidak ingin menjadi alasan bagi Charlotte untuk tidak pergi ke Northernberg. Jika seperti ini, Hansel benar-benar harus ikut pergi ke Manor Mackenzie. Karena jika ia masih berada di sini, Lord dan Lady Pierre mungkin akan menghukumnya.

Sedangkan ketika Victoria mendengar adik perempuannya mengatakan hal tersebut, ia merasa sedikit senang karena ia tidak perlu terjebak dengan Charlotte selama musim perjodohan ini. Namun Peter merasa sedikit tidak terima, karena jika Charlotte tidak pergi ke Northernberg, ia pasti juga harus tinggal di Manor Pierre.

Peter berada di samping kiri Charlotte berusaha menahan ekspresi datarnya karena seperti itulah seharusnya seorang pengawal. Meskipun harga dirinya merasa tercoreng karena Marchioness Mackenzie menganggapnya sebagai pengawal Charlotte, itu bukan masalah.

Selama Peter masih bisa ikut pergi ke pusat kota Northernberg bersama seorang gadis cantik seperti Victoria, ia tidak akan mengeluh karena dianggap sebagai seorang pengawal. Lagipula Peter tidak lebih dari seorang pelayan laki-laki di Manor Pierre tersebut, jadi ia tidak mengelak.

"Baiklah. Aku menerima permohonanmu," Ucap Marchioness Mackenzie sambil menoleh ke arah Charlotte. Wanita itu berusaha tidak mempedulikan Lady Pierre yang terlihat cukup terkejut dengan perubahan suasana hati kakak sepupu dari suaminya.

"Pemuda ini bisa menjadi pengawal Victoria dan siapapun ia yang ingin kamu bawa... bisa menjadi pengawalmu." Putus sang Marchioness akhirnya.

"Oh! Terima kasih Aunt Amy!" Ujar Charlotte hampir memekik. Gadis itu tanpa ragu merangkulkan kedua tangannya di tubuh bibinya serta mengecup kedua pipi wanita itu. Lord dan Lady Pierre terkesiap sambil menutup bibir mereka karena terlalu terkejut ketika melihat anak perempuan itu berani melakukan hal tersebut.

"Oke, baiklah!" Bentak Marchioness Mackenzie sambil mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Charlotte yang erat, tapi ia tidak dapat menahan senyumnya. Kedua mata Charlotte terlihat berbinar, senyumnya sumringah dan ia terlihat lebih cerah dari sebelumnya.

Victoria melirik ke arah Peter, pemuda itu terlihat tetap tenang meskipun hatinya sangat senang. Menjadi seorang pengawal adalah pekerjaan terhormat, terutama ia akan menjadi seorang pengawal dari gadis cantik yang selama ini ia sukai. Meskipun Peter tahu bahwa secara teknis Victoria adalah sepupunya, ia juga tahu bahwa mereka tidak mungkin bersama.

[To be continue]

Terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk vote dan komentarnya ya.

Misunderstood BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang