Since Day One (2)

18.3K 3.1K 238
                                    

Actually me super gabut rite now so would be better to say hi to u all ma fren.

Enjoy
*
*
*

"Yang pake ripped jeans dan sneakers itu namanya Ajeng. Yang senyum-senyum nggak jelas namanya Iin. Yang paling ayu dan santun ini namanya Kadek. Yang paling kecil-kecil imut-imut ada lesung pipi namanya Oliv."

Saat itu minggu pagi. Ben sedang bermain basket sendirian di rumah, Renata sang adik memperkenalkan kepadanya keempat teman barunya di SMA.

Perhatian Ben langsung tertuju pada sosok yang paling kecil di antara mereka. Si kecil yang rambutnya dikuncir dua dan tersenyum sopan ke arah Ben.

"Ini abang gue. Awal tahun depan berangkat ke Kanada buat kuliah," ucap Renata pada keempat teman-temannya.

Cantik-cantik. Tapi yang ujung paling gemesin.

Ben menjabat tangan keempat cewek tersebut. Ke cewek bernama Oliv, sengaja dia melebihkan waktu beberapa detik.

Tangannya kecil banget.

"Ini ceritanya lo dan temen-temen lo mau kayak gank Cinta di AADC?" ledek Ben.

"Whatever," Renata memutar bola mata. "Entar siang anterin kita ke PIM. Sekarang kami mau make up dulu."

"Eh masih kelas satu SMA kok udah make up. Pakai make up siapa? Mami?"

Cewek paling ceria yang pakai hotpants dan gelang warna-warni mengangkat tangan. Namanya siapa tadi? Iin kalau nggak salah.

"Pakai make up gue, Bang. Lengkap," dia mengangkat tas berwarna pink yang keliatannya berat.

"Kalian udah cantik-cantik gini nggak usah make up deh. Masih muda juga."

"Tuh dengerin. Apa gue bilang," sambung yang paling tomboy. Ajeng. "Mendingan gue di sini aja deh. Main basket sama abang lo, Ren. Boleh kan, Bang?"

Waduh. Ditantang. "Boleh aja sih."

"Jangan dong, Jeng. Gue udah capek-capek bawa peralatan make up ini. Berat tau," sambung Iin.

"Naik mobil aja kok berat," balas Ajeng.

"Hargai Iin dong, Jeng. Kan tujuan awal kita mau belajar make up sama nyatok rambut. Gue udah beli catokan baru," tambah Renata.

"Males ah. Entar rambut dan muka gue rusak," balas Ajeng lagi.

"Yaudah biarin Ajeng main basket. Renata sama Iin tetap belajar make up sama nyatok," sahut Kadek kemudian.

Kayaknya Kadek ini yang paling bijak dan tegas. Si kecil Oliv cuma diam saja memperhatikan teman-temannya yang berdebat.

"Terus lo nggak ikutan, Dek?" tanya Renata.

"Gue ngeliatin Ajeng sama Bang Ben main basket aja deh. Gue juga males belajar make up," kata Kadek sambil nyengir.

"Tuh kaan. Nggak asik banget. Masa kita cuma berdua aja. Oliv pasti juga nggak mau deh. Dia kan yang paling kayak anak bayi. Mana mau belajar make up. Ah nggak asik deh. Tau gini—"

"Gue mau kok belajar make up," Oliv memotong kata-kata Iin yang panjang banget kayak rel kereta.

Ben senyum-senyum melihatnya. Anak baik. Walaupun sebenarnya Ben kecewa dalam hati karena Oliv memilih belajar make up daripada menontonnya bermain basket di sini.

"Yes! Kalau bertiga kan masih seru. Yuk langsung ke kamar gue," ajak Renata kemudian.

"In, tas make up-nya biar gue aja yang bawa," Oliv mengambil tas make up tersebut dari tangan Iin.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang