Buku Tahunan (4)

16.6K 3.5K 211
                                    

Good morning everyone
Happy sunday
Udah sarapan belom?

Enjoy
*
*
*

El Nino

"Halo, Dek. Kamu udah di rumah?...Kak Jovita di rumah juga?...Nggak pa-pa. Soalnya hpnya nggak aktif. Yaudah entar bilangin ke Kak Jo Kakak nyariin dia, ya. Bye."

"Lo nelfon adiknya Jovita?" tanyaku dari pinggir kolam renang.

Aku memang hobi banget sama olahraga satu ini. Syukurnya cuaca mendukung dan rumahku memang punya kolam renang semi olympic. Badanku juga sudah lebih fit.

"Mau tau aja lo," balas Lala sewot. Dia sedang berselonjor kaki di atas kursi malas.

"Gue cuma nanya," sengaja kucipratkan air ke tubuh Lala yang terbalut pakaian renang one piece.

Dia melotot ke arahku. "Hp gue kena air. Dasar Kebo."

"Mana ada kebo secakep gue," candaku.

Lala memutar bola mata. Dia mengelap screen ponsel dengan handuk lalu sibuk kembali dengan ponselnya.

"Kalau main hp ya di kamar aja," aku sengaja memancing emosi Lala.

"Shut the fck up. Just keep swimming, spoiled giant."

"Hey, itu bad word. Gue aduin Mommy, ya."

"With my pleasure," balas Lala malas.

"Lo punya pacar baru? Main hp mulu," aku sudah naik ke atas dan duduk di kursi malas di sebelah Lala.

Lala melirikku, kemudian menunjukkan screen ponselnya. "Dari jumat lalu, Jovita nggak bales chat gue."

"Kok gitu?" tanyaku kepo.

"Ya gara-gara elo lah. Dia pasti sedih banget. Mau curhat tapi lo saudara kembar gue," Lala lanjut berbicara. "Lo nggak salah, sih. Cuma caranya aja yang kurang tepat."

"How come?"

Lala memutar kedua bola mata. Dia meletakkan ponsel di meja yang juga berisi dua gelas jus jeruk, kemudian menatapku.

"Gue akuin ide lo keren. Simple. Stunning. Nggak pasaran. Tapi masalahnya, waktu dan cara lo nyampaikan ide itu salah, El," ujar Lala. "Jo udah mikirin konsep itu dari kapan tahu. Dia desain sendiri layout-nya. Dengan kemampuan photoshop yang ofcourse jauh banget di bawah lo, dia berusaha kasih yang terbaik. Dia bolak-balik buka pinterest, baca majalah desain, review year book sebelum-sebelumnya."

Aku jadi ragu mau mendengar kelanjutan cerita Lala.

"Lo mungkin bisa ngedesain layout sejam dua jam. Tapi Jovita sampai tidur jam tiga pagi untuk dapetin layout yang dia mau. Lo tahu kan betapa ambis dan devoted-nya dia sama buku tahunan kita? Dia satu-satunya anak kelas yang mau repot mikirin year book ini. Gue aja males."

Oke. Ini makin nggak perlu dilanjutin.

"Dia excited banget waktu anak-anak setuju sama idenya. Dia langsung cari fotografer. Semangatnya yang bikin gue mau nemenin dia seharian nyari fotografer yang low cost tapi tetep bagus. We're best friends after all. I have to support her passion because she will exactly do the same if I am in her position."

"I...I..I didn't mean to hurt her. Gue cuma—"

"I know right. Lo cuma punya ide yang waaay better and you feel the urge to deliver it. Ngerti kok. Tapi emang kenapa sih kalau kita pakai idenya Jovita aja, El? Toh ide dia nggak jelek. Lo nggak ada waktu anak-anak vote. Kalau lo ada di sana dan langsung sampein ide lo, she would accept it and wouldn't be this dissapointed. Lagian sejak kapan sih lo involved sama keputusan-keputusan kelas?"

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang