Let The Words Fall Out (6)

40.2K 6.8K 567
                                    

Happy weekend

Semoga suka sama dua young adults ini, ya.

Enjoy
*
*
*

SYIFA

"Nyadar nggak sih tadi mukanya pucat banget pas ketemu Papa?" tanyaku sengaja menggoda Raihan.

Seru aja ngegodain cowok kaku begini. Entertainment gratis yang menyenangkan.

"Nggak usah dibahas lagi deh, Syif," Raihan menjawab sambil mengusap wajahnya.

Aku tersenyum geli. Padahal dia kenal baik dengan Papa. Papa juga ramah ke dia. Apa yang mesti ditakutin coba?

Raihan mengajakku nonton malam ini. Movie marathon. Berdua saja.

Gosh. Ini pertama kalinya aku pergi ke bioskop sama laki-laki selain Papa dan Pakdhe Ben. New feeling, New experience and new excitement.

It took like forever for me to decide what to wear on my face and body for this so-called date.

Ya, sejak kami selesai telfonan, sisa-sisa hariku di Semarang, penerbangan pulang ke Jakarta, bahkan sampai dua jam sebelum Raihan datang buat jemput.

I just want to make today special and unforgettable, karena aku nggak tahu kapan lagi kami bisa jalan bareng. Bisa aja besok atau lusa Mama Papa ngajakin aku ke rumah entah om, tante, kakek, oma, dan lain-lain. Aku nggak mungkin nolak juga. They are my parents.

"Ehm...lo dapat salam dari Nyokap," Raihan memecah kesunyian.

"Oh ya? Tante Iin bilang apa?" tanyaku antusias.

Aku suka dengerin Mama cerita tentang Tante Iin. She's like fireworks, while her husband is a stonecold. Mama yang bilang gitu.

"Ya biasa aja, sih. Salam sama Syifa. Gitu doang."

"Masa sih? Nggak ada pesan-pesan lain gitu?"

Raihan menggaruk-garuk kepalanya. That's how he deliver his nervousness. Cute.

"Itu...katanya...kalau lo ada waktu luang, diajakin main ke rumah," ucapnya terbata-bata.

Aku mengacungkan jempol. "Beres. Asal dimasakin makanan yang enak."

"Serius?" Raihan keliatan syok.

"Serius, dong. Lo expect sebaliknya?"

Raihan langsung geleng-geleng kepala. "Bukan gitu. Tapi, apa sempet? Bukannya lo cuma beberapa hari...Eh, nggak jadi."

Aku langsung merengut sebal. Kenapa Raihan harus ngingatin soal sisa hari aku di Jakarta, sih? Dia kan tahu aku nggak—

"Sori, Syif. Sumpah nggak maksud. Beneran, deh. Soriii banget," wajah Raihan sudah menunjukkan rasa bersalah banget.

Kekesalanku menguap gitu aja. Ck. Parah nih. Masa segampang ini aku mentolerir Raihan?

Perasaanku sebenarnya sudah sampai level mana, sih? Jangan sampai berat sebelah, dong. Kan malu.

"Syif, udah nggak marah lagi, kan?" tanya Raihan saat kami sudah tiba di konter untuk memesan tiket nonton.

"Nggak, Raihan Arrasyid Nasution," jawabku gemas. "Sekarang kita pesen kursi yang mana? Velvet?"

"Astaghfirullah. Jangan, Syif," Raihan langsung ngucap.

Aku tertawa. Beberapa orang di sekitar konter juga senyum-senyum ke arah kami.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang