Cheese 3 | Sudah cerita lama!

28 4 0
                                    

Apakah benar kata orang? Semakin membenci, cinta akan semakin mudah datang. Karena sejatinya, seseorang yang membenci akan lebih sering mencari sebagai bahan mencaci. Dan berakhir sebagai cinta suci.

Gadis berkulit putih susu dengan kantong mata yang menggelap bak vampire di siang bolong, sedang termenung mengaduk-aduk siomay yang sedari tadi tak kunjung memasuki rongga mulutnya.

Pikirian gadis itu melayang entah kemana, dengan raga yang utuh di kursi kantin SMA JAYA pagi itu.

"Vey, lo ngapa si? Kesambet apa gimana? Gue jadi takut deket-deket lo. Liat noh mata panda lo, bibir pucat lo. Idihh gue udah serasa temenan ama vampire di film GGS" cemooh gadis didepan Vey, dengan surai hitam pekat dan iris yang sama pekatnya, ditambah lesung pipit di kedua pipinya yang membuatnya manis saat tersenyum. Siapa lagi kalau bukan, Tari.

"Eh,, gue gapapa, itu gue mikirin air dikamar mandi gue tadi pagi udah dimatiin apa belom yak?" jawab Vey saat tersadar dari lamunan-nya dan menjawab pertanyaan Tari dengan sedikit tidak masuk akal, membuat yang bertanya pun melongo lalu tertawa galak.

"Hah? Gila lo?? Ga penting banget yang lo lamunin. Hahahaha" tawa Tari renyah. Membuat Vey nyengir ga jelas.

Saat Vey mengedarkan matanya keseluruh kantin sambil memakan siomay-nya. Tak sengaja matanya melihat sosok yang begitu ia hindari setelah fakta yang ia ketahui kemarin.

Veryd, iya itu namanya. Bahkan Vey pun baru mengetahui namanya kemarin. Tapi dia sudah merasa bermasalah dengan primadona tersebut. Pasalnya ia bercekcok hebat dengan laki-laki tersebut saat di cafe 2 hari lalu.

What the??.. Apa lagi ini. Kenapa harus ketemu disini. Ntar kalo dia liat gue, terus nyamperin gue, terus bikin malu gue, secara kan dia primadona-nya. Aduh kelar idup gue yang tenang ini. Gue gak mau bermasalah siapapun tuhannn. Tolong vey yang baik hati ini. Gumam Vey dalam hati seraya menundukkan kepalanya agar tidak dilihat laki-laki tersebut.

Tiba-tiba ada yang memukul meja yang Vey dan Tari duduki dengan keras. Cem nak nagih hutang jee.

Brakk....

"Lo Vey!! Liat gue" perintah seseorang yang menggebrak mejanya tak sopan tadi, dan Vey seperti familiar dengan suara perempuan ini. Ia pun menaikkan kepala yang ia tundukkan tadi guna bersembunyi dari laki-laki yang ia hindari, kini gagal lah sudah.

Semua mata tertuju pada mereka. Vey pun tau, lelaki yang ia hindari tadi pasti sudah melihatnya.

"Ada masalah apalagi sih lo Jeng?? Gak habis-habisnya lo berurusan sama Vey" ucap Tari yang merasa terganggu akan hadirnya mak lampir Ajeng-kelin begitu biasa Tari menyebutnya.

"Diam lo!, gue berurusan sama gatel ini" bentaknya lalu menunjuk Vey. Yang ditunjukpun hanya menaikkan alisnya sebelah tanda bertanya, kok gue?? .

Ajeng Dwina Prameswari, anak pengusaha kaya raya, Papanya berteman baik dengan Ayah Vey, sangat berbanding terbalik dengan anak-anaknya. Ajeng dan Vey memang tidak saling menyukai sejak pertama kali mereka bertemu. Bau-bau permusuhan semakin tercium saat mereka masuk di SMA yang sama. Pernah sekali mereka berkelahi hanya karena seorang lelaki. Oh lebih tepatnya Ajeng yang mendatangi Vey dan membuat keributan.

"Hey ulet, lo emang gak ada puasnya ya kalo soal lelaki tampan di sekolah ini. Semua aja lo embat. Dari Ryo , sampai Ryd si pangeran tampan arab OMG. Huftt,, lo emang gak puas bikin Ryo pindah gegara lo yang gatel banget sampe dia muak lalu pindah dari sini ha?" ucap Ajeng panjang lebar, dan benar-benar Vey bersumpah jika ada alat yang bisa memutuskan pita suara ia akan membelinya untuk memutuskan suara Ajeng yang kelewat nyaring ini.

Cheese cakeWhere stories live. Discover now