V. Apakah Teman-temanmu Sekarang Lebih Kuat daripada Aku?

Ξεκινήστε από την αρχή
                                    

"Gue gak nyangka lo bisa cepet banget ngerjain soal seribet itu!" kata gue.

"Iya gitulah, gue lumayan biasa ngitung-ngitung dari kecil," jawab Elvira.

"Hahaha. Masih kecil udah hitung-hitungan. Cocok jadi bendahara kelas—"

Gue bungkam, berharap dia nggak bakal ngedenger semua perkataan gue. Tapi untungnya, dia nggak peduli.

Setelah matematika, break 15 menit. Bagi gue, ini mungkin sistem pembagian waktu yang agak aneh karena jadwal pelajaran sekolah kita kayak gini:

6.45 – 7.00 Pengondisian, pelafalan do'a, dan lain-lain

7.00 – 8.20 1 Mapel

8.20 – 8.35 Break

8.35 – 9.55 1 Mapel berikutnya

9.55 – 10.10 Break

10.10 – 11.30 1 Mapel Berikutnya

11.30 – 12.00 Break

12.00 – 14.40 2 Mapel Berikutnya

Ya mungkin nggak masalah buat orang-orang, tapi buat orang semacam gue sama Neva? Jadwal sekolah kita sejak SD sampe SMP nggak pernah kayak gini.

Istirahat kali ini gue diem di kelas. Biasanya, gue baru bakal istirahat setelah dua mata pelajaran, dan gue bakal jajan ke kantin di istirahat pertama. Karena gue udah jajan sebelumnya, maka gue nggak tau mau ke mana lagi. Sambil nyemil biskuit lemon yang udah gue beli, gue buka-buka hp.

"Eh, lu udah follow ig gue, belum?" tanya Almira kepada gue.

"Udah, yah elah."

"Bagus, nggak bakal gue follback,ya."

"Anjrit."

Setidaknya, tunjukkanlah rasa berterima kasih lo, Almi.

"Ngomong-ngomong, Almi, lo sempet bilang kalo sekolah ini isinya berandal, kan? Terus kenapa lo berdua mau masuk sekolah kayak gini?" tanya gue.

"Bokap kita, punya relasi sama yang ngurus sekolah ini. Dia percaya kalo sekolah ini bagus buat kita. Nggak tau juga kalo bokap kita emang tau apa engga soal berandalan di sini."

Oh, berarti mimpi buruk kemaren gue itu bener!

"Kita-kita nurut sama bokap aja," tambah Elvira.

"Lo emang nggak didukung buat masuk sekolah favorit, gitu?"

"Kalo lo mau ngorbanin sekolah favorit cuma gara-gara jarak dari rumah ke sekolah, lo harusnya ngerti perasaan kita, Nao," kata Elvira. Entah kenapa, gue ngerasa terintimidasi sama perkataan yang satu ini.

"Intinya gara-gara bokap," timpal Almira. "Nilai masuk kita nggak jelek-jelek amat, ada kemungkinan kecil kita bisa masuk salah satu sekolah favorit gara-gara zonasi. Tapi, kita sekolah di sini juga semuanya rencana bokap kita."

"Tapi, lo seneng, kan, bisa sekolah di sini?"

"Sampe sekarang sih nggak masalah, nggak tau ke depannya," kata Elvira. "Kita kan baru aja belajar di sekolah ini."

"Ya, tapi sekolahnya juga nggak jelek-jelek amat. Gue bahkan gak percaya kalo di sekolah ini ternyata banyak berandalnya. Mudeng gua," kata Almira.

"Iya, sayang banget. Gue gak demen sama berandalan yang ada di sekolah bagus kayak gini," tambah gue.

Almira menatap gue tajam. "Terus, tadi itu apaan, dong? Kok lo bisa ada masalah sama Kak Theo?"

"Kan gue udah cerita, monyong."

I'm Studying in a School Full of FoolsΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα