[REVISI] Ingin Bertemu

Start from the beginning
                                    

Mobil berhenti di tempat persidangan, Jennie dan keluarganya turun, Risa tidak henti-hentinya, menggandeng tangan anak  bungsunya, takut-takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

*****

Reygan duduk di sofa, orangtuanya benar-benar sudah tidak perduli terhadapnya, dan Reygan memaklumi itu, disini Reygan yang salah.

Reygan tersentak kala ada yang mengetuk pintu, dengan malas Reygan membukanya, dan menemukan Gavin sudah ada didepannya.

Laki-laki itu, nyelonong masuk begitu saja.

"Nih, nyokap gue kirimin makanan Manado, kemarin Nyokap gue ke Jakarta, cuman langsung balik, karena ada urusan."

Reygan mengangguk lirih.

"Kemarin juga gue kerumah Tante Sera, lo ada apa sama orang tua lo? Tante Sera yang suruh gue kesini, kirim makanan ini ke sini. Gan! Lo kenapa sih?"

Reygan menghela nafasnya. "Gue salah Vin, gue tolol banget."

"Ya emang lo tolol dari dulu, tapi bentar deh, ini ada apa? Rumah lo astaga Reygan."

Reygan menatap kosong ke arah lantai, menundukkan kepalanya. "Jennie nggak selingkuh Vin, dia hamil anak gue ternyata. Gue udah salah nuduh."

"Mampus lo! Gue bilang juga apa? Jangan gegabah. Lo nggak mau dengerin gue sih!"

Reygan kembali diam.

"Dia hamil anak lo, dia nggak pernah tidur sama temennya kan?"

Reygan mengangguk.

"Gue nggak ngerti mau ngomong apa, tapi kalo lo cuman diem aja kayak gini, lo gimana bisa dapetin Jennie lagi? Gan! Wake up please!"

Gavin berdecak, melihat sepupunya yang seperti mayat hidup itu. "Jangan bilang lo berantem sama Tante Sera, karena masalah ini juga?"

Reygan mengangguk lagi.

"Gan! Lo tololnya kebangetan sih, kita susul Jennie sekarang. Dimana dia? Gan! Ayo dong semangat!" katanya berapi-api.

Reygan masih diam. "Gue dilarang ketemu Jennie sama bokapnya, bahkan gue nggak tau gimana keadaan dia, setelah kejadian malam itu Vin."

Gavin berdecak, lalu duduk di sofa. Sepertinya tidak ada jalan keluarnya. Semuanya harus berakhir.

"Gan, mending lo tinggal sama orangtua lo deh, gue khawatir lo depresi terus bunuh diri."

Reygan menatap Gavin. "Nyokap bokap gue juga, nggak mau nerima gue lagi, karena keputusan cerai ini, gue ambil sepihak tanpa mereka tau, bahkan mereka tau dari bokapnya Jennie."

Untuk kesekian kalinya, Gavin mengumpat Reygan. "Gan! Otak lo dipake dong, astaga pasrah banget sih! Minta maaf lah sana sama orangtua lo, jangan gini Gan!"

"Gue belum siap Vin. Gue ...malu."

Reygan menyugar rambutnya, lalu menunduk, hidupnya telah hancur berantakan.

"Gan, nggak akan ada orangtua yang nggak maafin anaknya, ini salah lo juga, seenggaknya datang kesana, minta maaf Gan. Lo jangan kaya gini, artinya apaan coba lo kaya gini."

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now