22 : kejujuran yang menyakitkan.

2.6K 116 18
                                    

Erick POV, sang Beta Redmoon Pack.

Redmoon Pack, 6 tahun sebelum pengangkatan Zack menjadi Alpha.

"—aku tak mau lagi bertemu dengannya! Dia penipu, pembohong, KALIAN SAMA SEMUA!!"

Tanganku bergetar mendengar teriakannya, ia benar-benar menyeramkan saat marah seperti itu. Ada apa dengannya? Apa yang sebenarnya terjadi? Yang kulihat hanyalah mata merahnya yang berkilat terang dan benci terhadap seseorang. Siapa yang berani membuat teman baikku sampai semarah itu? Siapa perempuan itu?

Ia mengunci kamarnya dari dalam. Aku tak dapat masuk. Seberapa kalipun aku mengetuk pintunya, lelaki itu tak mau membalasku. Kejadian ini tak lama setelah gadis itu pergi. Saat kutanya kepada Max dan orang orang sekitar, mereka hanya menggeleng tak tahu. Aku tak dapat terus diam, semalaman aku tak dapat tidur memikirkan dirinya.

"Hey.. ayolah.." kataku seraya mencoba mengetuk pintunya lagi, "Mau.. sampai kapan kau berada di dalam, Zack?"

Ini hari ke tujuh setelah kepergian gadis manis itu.

"Hey.. kak Merry menyuruhmu untuk sarapan.. ayo turun.. apa kau tak lapar?" tanyaku sekali lagi. Harap-harap ia mau turun dan menjelaskan semua kejadiannya kepadaku.

Lagi-lagi tak ada jawaban.

Aku menghela napas, kesabaranku sudah habis, "HOY! KELUAR BANGSAT! APA KAU TAK TAHU AKU MENGKHA—" dan.. tiba-tiba saja ia membuka pintunya.

Tampak wajahnya yang begitu kusut dengan rambut acak-acakan dan bajunya yang compang-camping, persis seperti seorang pemulung. Pasti ia sudah bertukar shift tanpa persetujuan dari Rage, serigalanya. Wajahku yang marah kontan lega dan sedikit bahagia, akhirnya ia mau membukakan pintu.

Akan tetapi, mengapa ia hanya memperhatikanku saja dengan tatapan menyebalkan itu? Dan mengapa tangan kanannya seperti menyembunyikan sesuatu?

"Nih. Buang sampahku." ucapnya melemparkan sebuah kantung plastik hitam gelap layaknya sebuah tinta sotong yang penuh dengan sobekan-sobekan buku atau sejenisnya. Dan, kemudian ia menutup, lalu mengunci kamarnya lagi.

"Ap-apa apaan ini?! Aku sulit sulit datang ke kamarnya, hanya untuk membuang sampah?! Memangnya kau kira aku tukang sampah?!" teriakku, sialan sekali kau Zack!

Percuma saja aku marah-marah seperti orang gila di depan kamarnya. Huh! Aku datang kepadanya bukan untuk membuang sampah, tahu. Hah, dasar tuan keras kepala. Apa untungnya sih menangis-menangis seperti itu? Biarkan saja bukan gadis itu pulang? Nanti juga ia kembali lagi!

"Kurasa tidak.." ucap seseorang dari samping kananku. Seorang perempuan yang lebih tua dariku, dengan kalung dan pakaian yang modis, Kak Merry!

"Ah.. maaf kak, aku masih tak dapat membujuk dirinya untuk keluar." Kurasa aku perlu menjelaskan ini tiap hari kepada kak Merry. Toh, aku juga yang disuruh menjaganya sejak kepergian gadis itu. Cih, lebih mementingkan perempuan dari pada sahabatnya, dasar Zack payah!

Kak Merry menggeleng, ia tersenyum dan mengatakan kepadaku jika dirinya ingin berbincang-bincang mengenai sesuatu yang tak boleh Zack ketahui. Gadis itu membawaku ke ruang bawah di aula. Untuk apa Kak Merry membawaku ke ruang seluas setengah lapangan bola ini hanya karena ingin berbincang-bincang?

Ia menghela napas dan mengajakku duduk, kemudian meminta para maid membuatkan teh untuk kami berdua. Seformal itu?

"Aku tahu. Kau adalah lulusan terbaik di akademi, Erick." ucapnya seraya mengambil teh dari maid yang dengan cepat tiba di depanku dan kak Merry, "Jadi.. kurasa aku bisa menceritakan ini kepadamu."

"Gadis itu... Telah meninggal..." ucapnya dengan nada sendu. Aku tak mempercayainya, bagaimana bisa?!

"Prajurit menemukan.. mobil itu diserang oleh kawanan Rogue dan di dalamnya tak terdapat apa-apa.. namun tampak jelas sobekan busa kendaraan itu oleh seorang werewolf yang jelas bukan dari kaum kita. Para prajurit hanya menemukan sobekan gaun sang gadis yang tertancap di akar pohon lereng seberangnya." ucap Kak Marry panjang lebar.

Aku sedikit berpikir, apa maksud kak Merry aku dapat memecahkan misterinya? Tidak. Itu terlalu sederhana untuk di ceritakan. Lagipula, tak ada bukti yang banyak mengenai kasus ini.

"Kami sudah mencoba mencarinya dari bawah lereng gunung. Memang ada bau dan bekas tanah di sekitarnya, kami sempat menganggap gadis itu terperosok dan jatuh. Namun.. sepertinya.. gadis itu di makan hidup-hidup." sambung Kak Merry.

Kedua bola mataku membelalak, dan terkejut bukan main. Aku harus apa? Apa yang harus kuceritakan kepada Zack? Ia akan sangat membenci, bahkan lebih benci dari hal sebelumnya. Bagaimana ini?

"Nah.. Erick. Aku mohon, aku tahu ini namanya berbohong.. tapi, aku tak mau membuat Zack trauma dan menjadi depresi karena hal ini.." ucapnya sambil memegang tanganku, "Buatlah Zack membenci gadis itu hingga tak mau bertemunya kapanpun dan tak peduli..."

Jujur, ini membuatku bingung dan bimbang. Di satu sisi memang benar, hal ini harus dilakukan. Akan tetapi, aku sendiri tak bisa berbohong apalagi membohonginya. Bagaimana ini? Aku juga tak dapat mengecewakan kak Merry soal hal ini. Terlihat jelas wajahnya yang penuh harapan kepadaku.

"hah.. baiklah kak. Ini untuk kebaikan bersama bukan?" kataku tersenyum, "Tapi.. apa kakak tahu nama gadis itu.. aku agak kurang enak memanggilnya hanya gadis."

Kak Merry menggeleng, tak ada yang tahu namanya. Mereka hanya mengetahui gadis itu selalu memakai bandana dan kalung indah yang diberikan Zack dari Ibunda. Sungguh misterius. Apa itu tipemu Zack? Benar-benar diluar dugaan.

"Nah. Apa yang yang akan kau katakan kepada Zack?" tanya Kak Merry membuyarkan lamunanku.

Aku menggeleng, dan beranjak bangun dari tempat meja. Menunduk hormat dan berjalan menaiki tangga menuju kamarku kembali. Ya, kamarku bersebelahan dengan Zack. Jika kalian bertanya mengapa aku tinggal di dalam mansion besar milik keluarga kaya raya Alpha Fredrick, itu karena sertifikat dan beasiswa akademi. Alpha kontan mengutusku untuk menjadi calon Beta sejak umurku 10 tahun. Kami? Ah sekarang umurku, Zack, dan Max 12 tahun. Benar-benar kebetulan bukan?

"Yosh. Kurasa menulis surat adalah ide terbaik yang bisa kulakukan." ucapku sambil mengetuk-ngetuk pensil granit hitam kearah kepalaku untuk terus berpikir. Maaf ya Zack. Tapi terpaksa harus kulakukan.

Kuselipkan surat itu melalui celah-celah pintu kamarnya dan menunggu balasannya. Yah, kurasa sebentar lagi ia akan membuka pintu dan marah-marah kepadaku. Sepertinya sesudah ia marah, akan kubuatkan makanan kesukaannya.

Aku beranjak turun dan berjalan menuju dapur dan meminta para maid untuk membuatkan makanan kesukaan Zack.

°•~•°

Author POV

Tanpa sepengetahuan Erick, Zack telah membacanya dan air matanya terus mengucur bagaikan air terjun. Perasaannya benar benar hancur dan tangannya terus bergetar. Ia telah dibohongi, dan kini ia benar-benar menyobek habis surat itu menyisakan potongan potongan kata.

Takkan. Bertemu. Lagi. Benci.

tbc.

Huoahhh berat banget Flashback kali ini. Dan.. hehe. Sudah berapa lama ini? Banyak debunya. Sudah tiga bulan ya hehe.

Hehe.

Zack : jangan tertawa terus, bodoh!

Hehe, See ya. Jadi udah jelas kan siapa pelakunya.

25/03/2020.




The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt