[Chapter Eighteen]

3K 184 45
                                    

[p.s. Chapter kali ini memakai backward plot dari Chapter Fourteen, bagi yang merasa bingung, silahkan membaca ulang chapter fourteen. Peace!]

Let's start it!
.
.
.
.
Turn Back.
•_______________________•

Author POV

Dengan sekuat tenaga yang tersisa dari dirinya, Teresa mencoba menggeser kursi yang ia duduki untuk mendengar apa tengah dibicarakan oleh pria tersebut.

Perlahan kursi yang ia duduki pun bergeser, namun sebelum Teresa dapat mendengar dengan jelas, kaki kursi tersebut patah dan sekujur tubuhnya tersungkur ke lantai.

Seluruh pandangannya menjadi kacau, dan samar-samar. Teresa hanya dapat melihat pria itu tengah bercakap-cakap dengan seseorang melalui telepon genggam.

Ingin rasanya, Teresa dapat mendengar jelas apa yang pria itu bicarakan. Namun, lama-kelamaan seluruh pendangannya menjadi gelap dan akhirnya ia tak sadarkan diri.

Archard.. kumohon selamatkan diriku.

•○●○

Max mengelap dan mencuci sebuah pisau yang sudah berlumuran darah dengan perlahan. Tak hanya satu buah pisau, melainkan tujuh buah pisau dalam berbagai bentuk dan jenis.

Sudah lama ia tak pernah mengeluarkan koleksi pisaunya. Saat diberitahu Max harus membunuh seseorang, tanpa berpikir panjang lelaki itu langsung menerimanya. Lagipula menurutnya sayang jika hanya disimpan di balik etalase, karena dapat berkarat dan membuat ketajaman pisau menjadi berkurang. Tentu saja Max tak mau hal tersebut terjadi.

Ketika sedang sibuk mencuci pisau, telepon genggamnya berdering dengan sangat keras. Ia mendengar itu, dan segera menghentikan kegiatannya dengan berdecak malas. Kemudian, lelaki itu pun mengangkat benda kotak tersebut dan menempelkannya pada telinga.

"Ya, ada apa?" ucapnya memulai pembicaraan dengan sang telewicara.

"..."

"Tenang saja. Iya pasti akan kuhabisi sesuai permintaanmu."

"..."

"Ck. Baik-baik, tuan cerewet." ucapnya seraya mengakhiri percakapan mereka dengan menghela napas.

Setelah menaruh kembali telepon genggamnya, Max melanjutkan mencuci pisau dan berjalan menuju gadis permintaan kliennya itu.

Akan tetapi, sesaat ia sampai, pemandangan tak ia sukai terlihat jelas di matanya. Rupanya, kepala gadis itu sudah mendarat pada lantai dalam keadaan sudah tak sadarkan diri.

Max menggelengkan kepalanya serta mengangkat gadis itu agar kembali ke posisi semula, "Hah, mengapa kau tak bisa diam sedikit, nona."

Akan tetapi, ketika Max membenarkan posisi sang gadis itu, sebuah benda yang berada diantara lehernya terpantul sinar matahari dan mengenai matanya.

Max yang merasa kesakitan, lalu dengan cepat menarik kalung tersebut dari leher sang gadis dan menggengamnya.

Ia merasa kesal dan ingin membuang kalung itu, akibat telah membuat matanya terkena pantulan sinar matahari.

The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]Where stories live. Discover now