[Chapter Twenty]

2.8K 136 12
                                    


"Pohon itu."

Daunnya hijau, sebagian berwarna lebih terang karena pantulan sang mentari. Dahan kayu yang bergelintang memanjang dan bercabang lebat dengan warna coklat gelap yang eksotis. Akarnya menjerumus ke segala arah mata angin—betapa suburnya pohon oak tua ini. Sang Alpha terus memperhatikan dan menyentuh ujung demi ujung pahatan kecil sebuah tulisan asing yang membuatnya resah seharian ini.

дерево это то место, где мы встречаемся снова.

Air matanya perlahan turun membasahi tanah yang ia injak. Airnya meresap ke dalam humus dan menyatu dengan alam. Sudah sejak dua belas tahun sejak kepergiannya sang pemilik hatinya, ia baru dapat meneteskan cairan bening itu dari kedua kelopak matanya. Apa sebabnya Zack menangis? Seberapa pentingkah tulisan itu baginya? Sifat dinginnya meleleh—bagaikan es yang mencair di tengah hari.

Mengapa ia menangis? Itu hanya sebuah pohon oak tua dengan sebuah pahatan tak dapat dimengerti. Bukankah ia sendiri yang mengatakan jika tak peduli lagi dengan masa lalunya? Apa maksud semua ini? Perasaannya terus bercampur aduk—layaknya sebuah lumpur dan air. "Tak mungkin. Tak mungkin. TAK MUNGKIN!!" amarahnya seraya memukuli pohon oak tua tak bersalah itu, hingga dedaunan kering turut jatuh dari rantingnya.

"Itu mungkin." sahut sahabat lamanya, Rage dari dalam benaknya.

"... Mau apa kau? Setelah hilang seminggu tanpa kabar. Lalu muncul tiba-tiba. Sedang mempermainkanku?"

"Aku terus mengawasimu." balasnya singkat, "Ternyata kau peduli apa yang kukatakan waktu itu?" tanyanya.

Sang Alpha malas mengakuinya, apalagi dengan serigala menyebalkan tersebut. Namun, dengan terpaksa Zack harus menuruti kemauannya demi potongan puzzle tak berpetunjuk ini. "Cepat katakan jelaskan maksud janji yang kau katakan tempo hari lalu."

"Jadi sang cold Alpha ini telah berubah menjadi cute Alpha? Menggemaskan." sanggahnya, "—Namun sayang sekali. Kau bertanya kepada serigala yang tak tepat. Aku hanya menyampaikan saja maksud Moon Goddess".

Zack merasa ditipu oleh bajingan tak tahu diri itu. Sudah seharusnya ia tak perlu memercayai kata-katanya. Benar-benar membuang waktu. "Lalu siapa yang tahu tentang hal ini?!" geramnya.

"Seorang serigala bercorak cokelat dari ras American."

Mungkin benar Zack telah merasa ditipu. Akan tetapi, ia tahu persis bagaimana sifat serigala satunya ini. Harusnya ia percaya akan kata-katanya? lelaki bertubuh jangkung itu sendiri yang harus membuktikannya.

Dan ia sangatlah tahu siapa werewolf yang memiliki corak serigala seperti yang dikatakan Rage. Hanya ada satu di packnya dan ia adalah orang terdekatnya. Mata dan badannya kontan berbalik secara bersama-sama. Pandangannya lurus terhadap seorang yang menguntitnya sedari tadi—dengan selirang mata yang tajam dan rambut pirang yang menjadi pujaan para Omega di mansion. Ya, siapa lagi?

"Erick Nicholas Sparks."

~~~~~~~

"Di mana, Arthur?"

Sang tangan kanan tak dapat berkata kata. Tangannya bergemetar dibalik punggungnya walau ditutupi jas yang ia kenakan setiap hari. Tenggorokannya terasa amat kering—bagaikan sebuah padang pasir, dan keringat dingin terus turun dari pelipisnya. Bagaimana ini? Jika ia berbohong—maka masalah tidak akan selesai. Jika ia mengakui maka reputasinya akan hancur di mata Sang Lord.

The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]Where stories live. Discover now