[REVISI] U hurt Me

Start from the beginning
                                    

Jennie tersenyum sambil menatap USG itu.

"Kalo boleh tau, si Ayah kemana Bu?"

Jennie beralih menatap dokter paruh baya yang masih terlihat segar itu. "Suami saya pilot dok, jadi masih kerja."

Dokter itu mengangguk sambil tersenyum, dan merapikan kembali baju Jennie dan mempersilakan Jennie untuk duduk didepannya. "Banyakin makan buah, vitamin, dan minum susu ya Bu. Supaya janinnya sehat, ibunya juga sehat."

"Terimakasih dokter."
Jennie berlalu sambil tersenyum, memandangi foto USG kecil yang ada digenggamannya.

****

Ardania: Lo dimana? Kok ngilang?

Jennie terkikik membaca pesan dari Ardan. Siapa yang ngilang coba?

Jennie : Pulang

Ardania : Nggak bilang. Nggak ada yang ganggu kan? Aman kan?

Jennie : Aman.

Ponselnya dia lempar ke ranjang, dan duduk sambil memegang gelas berisi susu yang entah kenapa enak sekali.

Jennie memajang foto USG itu di bingkai foto dan ada tespack disana yang memperlihatkan dua garis merah disana.

Besoknya, Jennie harus bimbingan seperti biasa, karena sebagian isi skripsinya sudah mulai disetujui tanpa harus direvisi, berkat beberapa malam ini dia harus begadang, dan karena sedang hamil dia memutuskan untuk setiap tiga puluh menit sekali tidur sebentar, lalu bangun dan mengetik lagi.

"Terimakasih Pak. Berarti, hanya sisa beberapa halaman lagi ya Pak?"

Dosen tua itu mengangguk. "Iya, ini sudah pas, sesuai yang saya mau. Kamu lanjut saja, ikutin saja aturan dari saya."

"Baik Pak. Kalau begitu, saya permisi Pak."

Dengan menenteng kertas tebal di jepit dengan paper clip, Jennie duduk di kantin karena Ardan akan datang beberapa menit lagi katanya.

Jennie mendongak ketika mendengar ada suara orang duduk didepannya. "Kak Tama?"

Tama tersenyum. "Hai. Long time no see."
Namun, senyum itu seperti senyum meremehkan dan senyum jahat.

"Kakak jangan macem-macem, disini banyak orang. Aku bisa teriak."

Jennie diserang panik ketika Tama duduk disampingnya, sambil memegang tangannya. "Mau dimanapun. Aku berani."

Tangan Tama mengelus paha Jennie, dengan reflek tangan Jennie menyingkirkan tangan kekar laki-laki itu dari pahanya. Dan, parahnya tangan Tama masuk ke dalam rok hitamnya, dan mengelus paha Jennie.

"Mulus. Seperti yang terakhir aku pegang." Bisiknya.

Jennie bersiap-siap berteriak, namun tangan Tama dengan gesit meremas dada Jennie dengan kencang, masuk lewat bawah bajunya. "Sekali kamu teriak, kakak tidurin kamu disini sekarang."

Tama menarik tangannya, membawanya ke ruang Britannia'swara tempat semacam penyiaran berita khusus anak komunikasi. "Kak lepas Kak!"

Jennie berulang kali meronta meminta lepas dari tangan laki-laki itu. Dan, dengan susah payah menghubungi Ardan.

Tapi, sial laki-laki itu melemparkan ponselnya.

Tama mendudukan Jennie di meja, dan mengunci ruangan itu. Lalu menggulung kemejanya. "Kakak kangen kamu."

Jennie menggeleng sambil menjauhkan kepala laki-laki itu dari lehernya, beberapa kali Tama menghisap lehernya, dan mengecup daun telinganya. "Kak!"

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now