030

6.1K 641 66
                                    

Iqbaal sedang jalan dengan Karel kebetulan, Aldi akan menyusul mereka.

Karel hendak membeli sepatu, "gua beli sepatu kaya beli makan, tiap hari gua beli." ujar Karel.

"apa bedanya sama gua, sampe ada yang dirumah (namakamu)." kekeh Iqbaal.

"berasa dirumah sendiri ya nitip dirumah doi."

"gua lebih banyak ngabisin waktu dirumah dia."

"hasil kerja dia makanya ga mau pergi dari rumah." ujar Karel.

Mereka berdua sedang memilih sepatu yang mereka inginkan masing-masing.

"Iqbaal."

Merasa namanya disebut Iqbaal lantas menoleh, melihat Dinda, Zidny, Omen dan Jozz.

Iqbaal menaikan satu alisnya keatas, "kamu benera-"

"ga seharusnya kaya gini dibahas disini bukan?" ujar Iqbaal memotong ucapan Dinda.

"lo jangan gitu."

Karel yang hendak mendekati Iqbaal menggelengkan kepalanya, "ya kalo kek gini mana ada betah tuh bocah."

"kamu tuh-" ucapan Dinda terhenti kala melihat Karel disamping Iqbaal.

"kenapa, kok bengong liatin gua?" tanya Karel.

"gara-gara kamu, anak saya pergi dari saya semua." ucapan Dinda membuat Karel terkekeh pelan.

"harusnya, anda koreksi apa yang salah pada diri anda. Harusnya juga anda tidak menekan yang katanya anak anda ini."

"tau apa kamu!"

"saya tahu, karena dia teman saya. Bahkan anda saja menikah dengan lelaki yang anda cinta, tapi anda memaksa seseorang untuk bersatu padahal tak ada perasaan? Siapa disini yang pintar tapi bodoh hm?"

"udah dapet sepatunya baal?"

"ga jadi beli disini Rel, nanti ada yang sengaja beli samaan." cibir Iqbaal.

Karel dan Iqbaal meninggalkan mereka, "gua suka gaya lo." Karel terkekeh.

"anjrit, udah pada dapet sepatunya?" seru Aldi yang baru saja datang.

"kaga santuy, beloman juga beli."

"lah?"

"gua juga lagi milih kado buat cewe gua."

"gua juga mau beli buat si (namakamu)."

"lo kasih doi mobil aja udah seneng."

"halah, kaga. Dia mah anaknya maunya rumah Hahaha."


🔞🔞🔞


(namakamu) sedang perang didiami oleh Iqbaal, tapi dia bodoamat.

Hanya saja teman-temanya juga ikut mendiaminya, hanya Aden saja yang tidak.

Salsha saja ikut mendiaminya, membuatnya sebal parah dan ingin menangis pastinya.

"Kan, nanti malem pergi ga?" tanya (namakamu) kepada Arkan.

"kayaknya pergi si, Ezra ngajakin nongkrong si."

"balik jam berapa?" tanya (namakamu) kepada Arkan.

Arkan melihat jam tanganya, "kayaknya ga pulang, soalnya Ezra juga apartemenya baru. Kenapa?"

"ga papa, mau berangkat jam berapa?"

"ini mau, duluan ya."

Arkan meninggalkan dirinya dirumah, hanya ada Aden dan beberapa pembantu disini.

Baal's [+17] (On Going)Where stories live. Discover now