Chapter 1

2K 122 12
                                    

Gadis berambut pirang membuka matanya. Kali ini silau mentari membuat matanya menyipit melihat sisi wajah pria yang sedang memejamkan mata di sebelahnya. Dia tersenyum manis melihat pemandangan itu. Tak kuat menahan silau, gadis itu menggeliat mendekatkan diri pada tubuh si pria.

Tanpa membuka matanya, pria berambut perunggu itu memiringkan tubuhnya menghadap sang kekasih. Tangannya menarik pinggang gadis itu yang membuat kekasihnya tersentak terkejut.

"Kau bangun?" tanya pelan Naruto yang kembali membuka matanya.

Edward ikut membuka matanya yang menampilkan bola coklat kekuningan. Dia tersenyum tipis dan mendekatkan wajah mereka. Tanpa ditunda, bibirnya mendarat menghisap kecil bibir bawah Naruto yang menebal dan agak sedikit bengkak. Bekas perbuatan mereka semalam.

"Aku tidak tidur, ingat?" Edward mengingatkan.

Naruto mengerjap. "Ah, aku lupa."

Edward mengetuk kening Naruto dengan dua jemarinya disusul dengan kecupan di sana. "Kau selalu melupakannya, calon istriku," bisik pria itu mesra.

Naruto bersemu dan menampilkan senyum innocent-nya. "Kamu benar. Aku selalu melupakannya."

Edward terkekeh. "Mau bangun?" tanyanya pada sang kekasih. "Ini sudah sangat siang, lho!" goda pria tampan itu.

Naruto mengerang dan cemberut melihat siang dari balik jendela kamar Edward. "Salah siapa aku bangun siang?" tunjuknya pada pria yang berbaring tanpa dosa di sebelahnya itu.

Edward tertawa. "Hahaha, iya, deh, ini salahku," katanya mengalah kemudian mengangkat alisnya. "Mau melanjutkan yang semalam?"

Belum sempat Naruto menjawab, sebuah bantal guling sudah terlebih dahulu nyasar ke wajah sang kekasih. "Kau ingin dihajar, ya?!" seru Kurama di ambang pintu dengan kaki menyilang. Ia maju lalu menarik Naruto agar bangun dari tidurnya.

"Kuu, kamu pulang?! " tanya Naruto cerah. Tanpa memperdulikan kekasihnya, gadis itu bangkit dan berdiri di atas ranjang. Ia langsung melemparkan diri pada rubah yang dirindukannya itu. "Aku merindukanmu!"

Kurama yang diterjang dengan sangat bagus menyeimbangkan tubuhnya. Ia balas memeluk Naruto dan tanpa gadis itu ketahui, bakal biji apel di tangannya sudah mampir di atas kepala Edward.

Edward melotot pada pria jelemaan rubah itu yang dibalas dengan seringai puas. Dalam hatinya, pria berambut perunggu itu mengerang kesal. Ia merutuk. Mengapa di pagi hari nan indahnya Kurama harus datang mengacaukannya?

Tanpa mengetahui peperangan kedua pria yang paling berarti baginya itu, Naruto melepaskan pelukannya pada Kurama. Ia menyeringai lebar dan mengulurkan tangannya. "Mana hadiahku?" tagih gadis pirang itu.

Kurama memutar matanya. Ia menjentik kening sang inang yang selalu saja konslet. "Bukannya menanyakan kabarku, kamu malah meminta hadiah?" tanya si rubah sakartis.

Naruto mengerjap dan tertawa. "Bagaimana kabarmu?" tanyanya kemudian tanpa malu-malu. "Sudah! Sekarang mana hadiahku?"

Kurama ikut tersenyum geli. Ia berkata, "Ada di bawah. Ambil sendiri sana!" ia mengangkat bahu dan langsung memiringkan tubuhnya. Sudah terbukti apa yang dilakukan itu benar karena Naruto dengan kecepan seribunya langsung menerjang keluar. Langkah kaki gadis yang baru bangun itu terdengar ramai. Ah, dia pasti berlari untuk mendapat hadiahnya.

Edward yang terbiasa ditinggalkan, "...."

Kurama tertawa melihat tatapan yang dimiliki tunangan jhinchuriiki-nya itu. Dia mengangkat alisnya. "Rasakan!" ejeknya pada si vampir.

Edward yang tengah dalam posisi setengah berbaring, mendelik kesal. "Sialan, kamu menghancurkan pagiku yang indah," ujarnya sakartis sebagai ucapan selamat datang.

My Kunoichi: Our Love and StoryWhere stories live. Discover now