Bab 34

139 19 0
                                    

Tak lama kemudian, Jane dan Alec muncul sambil bergandengan tangan. Alec tersenyum lebar dan dia semakin menatap Naruto dengan pandangan tertarik.

Edward dan dua lainnya berdiri, menatap tenang pada Alec. Tangan Edward masih tak lepas juga dari genggaman keduanya.

"Aro senang sekali akan bertemu dengan kalian," Alec tersenyum lebar.

"Kalau begitu jangan membuat Aro menunggu," tukas Jane.

Alec dan Jane, bergandengan tangan, berjalan mendului memasuki aula lain yang luas dan sarat hiasan.

Awalnya Naruto beringsut mendekati Edward, tapi begitu melihat pintu-pintu di ujung aula—pintu-pintu itu seluruhnya dilapisi emas, mata gadis itu berbinar kagum dan penasaran— berhenti di tengah jalan sebelum mencapai ujungnya, dan menggeser panel yang menutupi pintu kayu polos.

Pintu itu tidak terkunci. Alec
membukakannya untuk Jane. Kurama masuk lebih dahulu kali ini lalu disusul Naruto yang ditarik Edward ketika gadisnya itu masih asyik menatap lukisan minyak di tembok. Mereka memasuki ruangan yang lagi-lagi terbuat dari batu tua seperti yang ada di alun-alun, di lorong, dan di saluran pembuang limbah. Suasananya juga gelap dan dingin.

Ruang peralihan dari batu itu tidak besar. Di baliknya ada ruangan lain yang lebih terang dan besar menyerupai gua, bentuknya bulat sempurna, seperti  menara kastil yang besar. Dua lantai ke atas, tampak dua jendela berbentuk celah memanjang, membuat cahaya matahari yang menerobos melaluinya jatuh dalam bentuk persegi panjang di lantai batu di bawahnya. Tidak ada cahaya buatan. Satu-satunya perabot di ruangan itu hanyalah beberapa kursi kayu besar seperti singgasana, yang diletakkan tidak beraturan, rata dengan dinding batu yang melengkung. Di pusat lingkaran, di cekungan pendek, terdapat saluran pembuangan limbah lagi. Itu mengingatkannya dengan sarang rahasia Orochimaru yang pernah dihancurkan Sasuke.

Melihat kedatangan mereka, pria yang ada paling depan itu tersenyum. "Terimakasih, Jane telah membawa mereka," dia melenggang cepat dan menghampiri Jane. Pria itu dengan mudahnya mencium bibir tebal Jane. 

Jane tersenyum seolah tak masalah. Dia justru terlihat senang. "Tentu, Tuan." Di sampingnya, Alec hanya tersenyum.

Naruto sedikit mengernyit lalu kembali memperhatikan aula tempat mereka berada. Ruang itu tidak kosong. Segelintir orang berkumpul, tampaknya sedang mengobrol santai. Gumaman suara-suara pelan dan halus terdengar bagai dengungan lembut di udara. Semua dari makhluk abadi dari gerombolan itu menggunakan pakaian yang tidak mencolok. Sama seperti halnya manusia biasa. Namun, lelaki yang pertama kali berbicara mengenakan jubah panjang. Warnanya
hitam pekat dan menyapu lantai. Dia tak mengenakan tudung yang mana membuat Naruto melihat jelas wajahnya kali ini.

Naruto hampir saja terperangah melihat wajah pria itu.  Sejenak garis-garis wajahnya yang memang tampan mengingatkan Naruto, lagi-lagi, pada Itachi; kakak Sasuke.

Meski garis-garis wajahnya sempurna, ia berbeda dari para vampir di ruangan ini.  Kulitnya putih transparan seperti kulit bawang, dan tampak sama rapuh— kelihatan sangat kontras dengan rambut hitam panjang yang membingkai wajahnya. Matanya merah sama seperti makhluk-makhluk lain di sekitarnya, tapi warnanya berselaput, keruh seperti susu. Kali ini yang dibayangkan Naruto adalah Mangekyou Sharingan, Izanagi milik Itachi.

Rasanya rahang Naruto ingin terbuka, terkejut dan aneh menyadari kemiripan pria di depannya dengan sang kakak Sasuke. Dia berpikir konyol; apakah pria di depannya adalah Itachi!?

"Senang berjumpa denganmu lagi, Edward," pria di depannya melebarkan tangannya, "apa ini Naru dan Kurama?" Seperti teman lama, pria itu menyapa,  "Hallo, hallo, senang berjuma dengan kalian, Sayangku."

My Kunoichi: Our Love and StoryOnde histórias criam vida. Descubra agora