Bab 24🌚

423 48 2
                                    

"Apa kamu serius akan melakukannya, Kurama?" tanya Carlisle pada Kurama yang tengah duduk di sofa asyik memakan buah apelnya.

Naruto dan Kurama telah pulang, tapi bukan ke apartemen mereka. Keduanya memutuskan pulang ke rumah Keluarga Cullen untuk menceritakan apa yang terjadi di pelelangan tadi. Well, sebenarnya Naruto yang bercerita mengingat Kurama tak suka banyak berbicara. Sekalinya ngomong juga nyelekit.

Kurama mengangkat bahunya. "Aku, sih, tak masalah. Paling, aku harus mencari beberapa hacker lain untuk menyusun rencananya. Lagipula aku melakukan ini atas nama Naruto bukan kalian. Jadi, aku pikir baik-baik saja."

"Memangnya kamu gak khawatir Naruto kenapa-kenapa?" tanya Alice langsung duduk di samping Kurama setelah menaruh nampan berisi pai buah. Mata Naruto langsung berbinar-binar dan mengambil satu dari delapan potong Pai itu.

Alis Kurama bertaut. "Esme," panggilnya pada wanita paruh baya cantik itu yang tengah berdiri di belakang single sofa Carlisle, "apa tidak ada pai apel?"

Esme menggeleng pelan. "Hampir semua apel sudah kamu habiskan, Ku," jawab Esme yang membuat Kurama terperangah. Hell, dia baru membeli lima belas kilogram dua minggu yang lalu!

"Kamu pikir yang suka ngemilin apel itu siapa selain kamu?" tanya Edward yang tengah disandari oleh Naruto.

Alice merenggut karena pertanyaanya dicueki. "Hey, jawab aku dulu!"

Kurama menghela napas. "Dengar, ya, walau Naruto sedikit kurang dibandingkan yang sebelumnya, tapi dia cukup kuat untuk mengalahkan dua atau tiga serigala sekali pun."

Naruto mengangguk setuju. "Harusnya kamu khawatirin para serigala itu saja dibandingkan aku."

"Jangan bercanda," Alice memutar matanya, dia mencibir, "mana mau aku mengkhawatirkan anjing kayak mereka."

"Lagipula ini menjadi rencana yang bagus," ujar Rose menyahut di samping Emmett. Dia duduk di lengan sofa tempat kekasihnya duduk. "Aku sudah muak dengan serigala bau tanah itu."

Emmett sedikit terkekeh. "Bukannya kamu muak dengan semua serigala, Honey?"

"Oh, well, benar juga, sih!" Rose menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Ngomong-ngomong tentang itu," Naruto bertanya dengan heran, "bukannya para serigala dilarang saling membunuh?"

Carlisle menjawab pertanyaan si pirang, "Memang, tapi ada beberapa kondisi tertentu yang bisa membuat mereka melegalkannya. Contoh saja ketika pertarungan hidup dan mati atau ketika orang yang ditantang melakukan kesalahan sangat serius." Dia berpikir sejenak. "Dengan kasus Salomon, aku rasa dia pilihan kedua. Rutherford harus membayar atas usahanya yang ikut campur masalah Silvenia dulu."

Naruto membulatkan mulutnya. "Oh, jadi begitu...."

"By the way, apa rencana kalian setelah mendapatkan lukisan itu sepenuhnya?" tanya Jasper yang langsung mendapatkan seluruh atensi dari keluarganya. Alis Jasper menaik.

Kurama dan Naruto saling bertatapan. Mereka sudah membicarakan ini.

"Kami akan pulang," ujar Naruto, "bersama kalian. Aku ingin mengenalkan keluargaku pada kalian," mata Naruto menatap lembut Edward dan menggenggam tangannya, "sekaligus pamit untuk tinggal di sini."

Kurama menggigit potongan Pai buahnya yang ketiga. "Ya, meski kami akan pulang juga beberapa kali selanjutnya, tapi dengan pamit, rumah kami sekarang bersama kalian, bukan?"

Edward menarik kekasihnya dengan lembut ke pelukannya. Dia mengusap bahu sang kekasih. "Tentu saja. Rumah kalian bersama kami."

"Tapi, rumah Naru bersamamu," celetuk Emmett yang langsung membuat Alice tertawa terpingkal dan beberapa vampir tersenyum geli melihat semu merah di pipi keduanya.

My Kunoichi: Our Love and StoryWhere stories live. Discover now