Sengaja aku siapin surat perceraian kita secara mendadak tadi siang. Aku cukup sadar diri buat enggak dipertahanin lagi, terlebih aku bukan cewek NORMAL seperti yang kakak harapkan.

Aku keguguran, apa itu mampu bikin kakak yakin buat menanda tangani surat perceraian itu? Aku kira iya, karena itu sesuai sama apa yang kakak omongin sama Syeril.

Hahaha. Aku bodoh banget ya? Dengan berbunga, berfikir kalau seorang Alaska bisa luluh sama Aluna. Ternyata nggak segampang itu, semua cuma didasari anak yang berarti kalau aku keguguran maka kita cerai. Enggaj perlu ada resepsi itu, aku jelas gak akan datang. Sampaiin maaf dan salam aku buat ayah dan ibu. Bilang terima kasih juga karena udah mau nerima aku.

Tapi, ini saatnya aku harus pergi. Parasit ini pergi dengan tujuan untuk tidak kembali. Jangan cari, percuma, nggak akan pernah kalian temui sosok Aluna lagi di dunia ini.

Salam, dari si bodoh Aluna.

Alaska terhenyak. Dia menggebrak kasur setelah membaca isi surat yang jelas ditulis langsung oleh Aluna. Alaska lalai, dia bisa kecolongan saat Aluna menginjakkan kakinya di rumah ini.

Alaska yakin gadis itu pasti belum jauh jadi Alaska harus mengejarnya. Mencarinya sampai dapat dan membawanya pulang.

Instingnya mengatakan gadis itu mendengar semua ucapannya dengan Syeril. Tolong, dirinya harus bagaimana? Gengsi menghancurkan hubungan mereka sekarang. Semuanya terjadi, Alaska menyakiti Aluna lagi padahal sungguh saat itu dia hanya malu mengakui bahwa dirinya sudah jatuh cinta dan cemburu setiap kali Aluna menyebutkan nama Reiki atau ada orang lain menyandingkan Reiki dengannya jelas Alaska kalah telak tapi Reiki kalah start olehnya.

"LO ADA DISINIKAN, LUN?!" teriak Alaska. Dia berlari menuruni tangga, berkeliling rumahnya tapi nihil tak menemukan siapapun.

Dia memutuskan ke garasi, mengeluarkan motornya dan menyusuri setiap jalanan kompleks dengan cermat berharap menemukan gadis itu.

Sebuah perasaan aneh berkecamuk di hatinya. Perasaan yang belum mampu menguatkannya jika ini cinta. Entah rasanya tidak rela jika Aluna memilih bercerai dengannya padahal kemarin memang itu yang dia ucapkan pada Syeril. Kenapa juga Aluna harus mendengarnya? Kekacauan ini disebabkan oleh dirinya sendiri.

Sial.

Alaska menghentikan motornya kala lampu berubah merah. Dia memukul tangki motornya. Emosinya tak bisa diredam lagi. Keputusan Aluna kenapa harus diambil secara sepihak sih?!

Alaska menggertakan giginya dan kembali melanjutkan pencariannya. Tinggal esok ya Tuhan.

Lun kenapa gini sih jadinya?

Lo gak kasian ke bunda sama ayah? Mereka khawatir Lun kalo lo batalin ini gitu aja. Gue ngaku, gue nggak sanggup Lun.

***

Ada rasa senang tersendiri melihat Alaska menderita dikecam perasaannya  sendiri. Dia yakin cowok itu sedang kebingungan dengan nasibnya sendiri.

Dia ikut menghentikan motornya saat Alaska memilih berhenti di rumah Aluna. Alaska tidak turun, melainkan hanya menatapnya dari jarak yang lumayan jauh.

Rumah itu sepi, dia yakin Alaska tahu Aluna tidak ada disana.

"Percuma Ska, semuanya udah jadi keputusan Aluna. Bukan Aluna yang mau, tapi lo. Seandainya lo nggak bilang gitu ke Syeril, gue yakin semua ini nggak akan terjadi."

"Lo terlalu mainin perasaan Aluna. Ngeharusin Aluna bertahan dihubungan yang dia sendiri nggak tahu gimana jadinya."

"Tunggu penyesalan lo, Ska. Karena ngelihat lo menderita jadi sebuah kebahagiaan tersendiri buat gue." Cowok itu memutar motornya dan melesat meninggalkan Alaska yang masih termenung menatap rumah itu.

Dia membuka helmnya. Mengusap wajah kasar seraya mengacak rambut. Lalu meludah kesamping. Tak ada yang bisa ditanyai olehnya tentang keberadaan Aluna. Tidak mungkin juga dia memberitahu keluarganya kalau Aluna memutuskan untuk bercerai atas perkataannya.

"Lo goblok Ska! Anjing. Brengsek. Bajingan!"

Alaska menampari pipinya sendiri kemudian tertunduk sambil menutupi wajahnya.

Tring!

Alaska membuka ponselnya. Menemukan roomchat dengan nomor yang tidak dikenalinya.

+62 813 5779 *** : Nggak usah lo sesali. Bukannya ini yang lo harapkan Alaska Putra Megantara? Siap nerima kenyataan hidup lo ancur?

Rahangnya menegas saat membaca pesan itu. Dia tidak berniat membalasnya. Memasukan ponselnya kedalam jaket, mengenakan helmnya kembali lantas pergi dari tempat itu dengan emosi yang meletup-letup di kepalanya.

***

Bersambung...

INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now