Extra Chapter

1.7K 147 27
                                    

Karena sepertinya kalian bakal seneng kalau aku bikin ini, atau mungkin engga? Yaudah pokonya selamat membaca :)

***

Hari yang indah untuk sekedar bermalas-malasan dan bermain bersama sang Ayah, itu adalah damba dari seorang Kim Yoosun. Ia sudah berangan-angan akan meminta dibelikan beberapa action figure mario sebagai satu set hadiah akhir pekan atau sekedar bermain perang-perangan di taman belakang rumah. Pasti menyenangkan, pikirnya.

Setelah berkutat dengan seprai bermotif garis-garis yang tak lagi membungkus ranjang dengan benar, jemari kecilnya ia regangkan sementara tempatnya bergelung belum juga tertata. Menghantarkan rasa frustasi juga helaan nafas berat seolah beban yang diderita anak berusia tujuh tahun itu begitu pelik hanya karena satu sisi seprai yang tak sesuai. Ayahnya selalu mengajarkan kebersihan dan kerapihan, jadi ia ingin sekedar menunjukkan jika hal-hal kecil yang pernah diajarkan tak pernah luput untuk dikerjakan, melekat pada tempurung kepalanya dan dipraktekan pada saat-saat yang sesuai. Pasti setelah ini, Ayah akan mengajaknya bermain seharian, apapun yang ia mau pasti akan diberi dengan cuma-cuma. Iya, pasti begitu.

Maka setelah satu pekerjaan ia tekuni baik-baik dan satu kebaikan ia lakoni dengan usaha yang tak mudah, tungkainya melangkah pada satu ruangan yang di dalamnya terdapat Kim Seokjin yang tengah bergelung di bawah selimut seraya memeluk tubuh ramping Ibunya. Ia terkikik membayangkan rutinitas akhir pekan yang selalu tersaji di hadapan irisnya ketika pagi-pagi membuka pintu putih di sebelah kamarnya.

Ceklek.

Netranya kesana-kemari mencari satu sosok dan berakhir pada raut wajah murung ketika yang dilihat hanya presensi sang Ibu tengah berkutat dengan alat riasnya. Bibir tebalnya ia majukan bersamaan dengan entakkan kaki yang membuat atensi Kim Joohyun teralih menatap sang putra di depan pintu. Piyama alpaka yang kusut di beberapa bagian, juga dengan muka bantal dan surai yang tak beraturan. Persis seperti Kim Seokjin saat pagi hari.

"Ada apa jagoan?" ujarnya lembut.

"Appa mana kok sudah tidak ada?" katanya seraya ikut duduk di meja rias milik sang Ibu, matanya mengerjap lucu meminta penjelasan.

Joohyun yang mendengar penuturannya kini mengerti mengapa sang anak merengut dan tampak tak senang. "Ayahmu sedang mandi, sayang."

"Aku tahu." persis seperti Seokjin ketika dua tangan disilangkan dan dua alis disatukan, jangan lupakan bibir penuhnya kembali turun ke arah bawah.

"Lalu?"

"Appa pasti akan pergi lagikan? Dia pasti tak akan bermain bersamaku lagi hari ini, iya kan Omma? Ak---"

"Siapa bilang?" tampak dari ujung ruangan Kim Seokjin dengan bathrobe abu-abu yang masih membungkus permukaan tubuh atletisnya juga dengan tetesan air dari ujung rambut hitamnya berdiri tersenyum yang teduh. Memandangi sosok sang anak yang kini tengah memandangnya tersenyum, irisnya elok dan bersinar, favoritnya setelah iris sang istri yang tak kalah berkilau.

"Hari ini kita bermain ke apartemen Paman Bangtan." Apartemen yang dimaksud ialah tempat dulu ketujuhnya menghabiskan waktu bersama sebagai sebuah grup, sebagai satu keluarga utuh yang menyenangkan.

"Benarkah?" Seokjin mengangguk seraya menyamai tinggi sang anak setelah tungkainya bergerak mendekat. Senyum juga afeksi yang tak pernah luntur ketika menepuk pelan bokong Yoosun dan berkata, "Sekarang kau mandi dan berkumpul di bawah 20 menit lagi."

Tanpa aba, Kim Yoosun lekas berlari setelah memberi kecupan selamat pagi pada masing-masing pipi. Kenyataannya lebih dari sekedar bermain di dalam rumah ternyata, hari ini ia akan menemui keenam Paman favoritnya. Dan si cantik Min Sera, tentu saja.

Practice Makes Perfect ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang