Chapter 28

1.5K 136 28
                                    

Begitu banyak hal yang Joohyun pelajari dari kebersamaannya dengan Seokjin. Tiga tahun lalu, ia hanya gadis lugu yang pertama kali merasakan debaran menggelitik mengusik relung. Begitu pula dengan Seokjin, pria dewasa yang tak mengerti bagaimana seharusnya bersikap pada orang tercinta. Cara mendamba yang tepat juga mengendalikan cinta yang menggebu. Hingga seiring berjalannya waktu, Joohyun paham bahwa kebungkaman demi menjaga suatu keharmonisan hubungan itu tidak tepat.

"Bilang jika kau tak sanggup atau maki aku jika memang harus."

"Egoislah."

Seokjin benar, hal-hal seperti itu yang Joohyun salah artikan. Tak seharusnya ia selalu bersabar hingga tak ada amarah ketika sebenarnya emosi itu diperlukan, yang pada akhirnya merana di ujung keputusan------kelelahan dan berakhir melepaskan.

Sementara Seokjin semakin tak terbaca, berakhir dengan dirinya yang pengecut. Menonjolkan sisi lemah dengan kedok kekhawatiran akan karir keduanya. Cintanya seolah tak nampak hanya karena terlalu hati-hati mengambil keputusan. Juga terlalu pasrah untuk memperjuangkan hingga tak mampu membaca kesempatan.

Ya, pada dasarnya mereka terlalu bungkam dan memendam.

Dan satu hal yang sangat amat Seokjin sesali. Cinta mereka terlalu menggebu tanpa disadari, terlalu serius untuk sekedar tertawa sebab lelucon garingnya.

Mungkin definisi cinta sesungguhnya itu bukan sekedar banyaknya kecup atau untaian kalimat cinta setiap harinya, tapi juga sebuah canda bukan hanya sekedar tawanya saja.

Singkatnya, beberapa hal tak melulu kau jadikan suatu hal tabu. Bersantailah sejenak, berbicara dari hati ke hati. Mengungkap kekesalan juga kekurangan satu sama lain. Sebab hal-hal kecil yang diabaikan bisa jadi itu yang terpenting.

"Jangan selalu bermain games hingga larut. Lihat, kau jadi terlambat datang."

Seperti itu, misalnya. Sejatinya, Seokjin memang harus segera disadarkan perihal hobinya itu. Selama ini Joohyun terlalu pengertian hingga rasanya hal-hal yang dirasa salah malah semakin berkembang. Tak mesti dengan kemarahan, tapi sedikit teguran kiranya sudah mampu menyadarkannya perlahan-lahan.

Pun pada malam menjelang pagi, keduanya bungkam dengan tubuh yang tanpa jarak. Tak ada perasaan yang menggebu, segalanya lebih kepada----tak ada rasa hampa.

Rasa mereka pun tetap sama hanya eksekusinya yang berbeda. "Nanti siang aku sudah harus pergi. Kau pasti merindukanku, Bae."

"Pernyataan bodoh."

Ada sesuatu yang sedikit berbeda dan Seokjin tangkap itu dari wanitanya. Entahlah, ini membuatnya terkekeh.

"Bae Joohyunku sudah berubah." dulu, mana pernah mulutnya mengeluarkan kata-kata semacam itu, bodoh, ini pertama kalinya kata itu menyapa rungu.

"Itu memang terdengar bodoh, sudah jelas aku akan merindukanmu, apalagi?"

Kekehan kedua sebelum Seokjin berkata begini, "Tak ada tangisan dan memanggilku bodoh? Bukan Joohyunku sekali."

Tidak, Seokjin tak menuntut, hanya saja ini terlalu mendadak. Lama tak bersua membuat Joohyunnya menjadi lebih berani juga terbuka. Dan Seokjin hanya terkejut sekaligus senang.

"Kau kan tak pernah suka jika aku menangis. Lagipula aku bisa mengunjungimu kapanpun."

Itu benar.

"Aah aku hampir lupa----kau kan kekasih resmiku sekarang." iya 'resmi' hingga seluruh dunia mengetahuinya.

"Maka dari itu, jangan lupa untuk pulang kalau tidak mau aku pergi dengan laki-laki lain!"

See? Joohyunku sudah berubah.

Hanya satu yang tak berubah, Joohyunnya tetap tak menolak ketika dikecup.

Saat ini pukul setengah satu siang, beberapa atensi berfokus hanya pada satu titik-----Kim Seokjin bersama rambut yang hampir plontos. Pada jemari yang saling bertaut, juga tatap lembut yang siapapun iri, namun tidak, tidak bagi Jungkook. Keduanya sangat menyebalkan dan tak tahu tempat, bercumbu di bawah kursi sementara Yoongi masih berkutat dengan ponselnya di ujung ruangan.

Dan lebih gila, "Jin Hyung!!!! Kau mau aku juga belajar hal seperti ini darimu?!"

Tak ada respon. Bak manusia kelebihan hormon mereka lebih dari kata gila. Meminta bantuan Yoongi pun akan percuma, lelaki itu acuh meski bunyi kecupan menggema di penjuru ruangan. Hah, menyebalkan.

Setelah lamutan ke duapuluh lima, Seokjin menarik diri juga menarik tautan lengan keduanya. Keluar bersamaan dengan senyum canggung yang begitu kentara. Pun dengan tatapan malas dari Jungkook dan yang lainnya, sebab menunggu hanya untuk sekedar saling mencumbu.

"Sudah?" tanya Jimin setengah basa-basi.

"Semua orang sudah menunggu kalian. Ayo!"

Hingga beberapa langkah setelahnya, Kim Seokjin kembali dipertemukan dengan situasi hebat di depannya. Kali ini mungkin ribuan atensi, dengan tak melepaskan tautan jemari pada wanita favoritnya, Kim Seokjin tersenyum gamang, setengah takut sebab hal-hal semacam ini belum pernah ia perlihatkan pada publik.

"Halo semua, terima kasih sudah datang." riuh tepuk tangan juga sorakan tak mampu dihindari. Bahkan Bae Joohyun hanya mampu stagnan atau sesekali mengurai senyum.

Untuk beberapa hal, mereka ingin egois. Sekali saja, saling memamerkan kebersamaan pada dunia. Hanya sekali, sebelum Seokjin bertugas.

"Ini kekasihku, ku harap kalian menerimanya. Terima kasih." begitu katanya pada ujung kalimat di akhir acara perpisahan.

***

Tak banyak berubah, mungkin Joohyun hanya terlalu rindu. Berterima kasih pada saat peristiwa perpisahannya bersama Seokjin kala itu, hampir satu tahun, dan itu banyak melatih egonya. Ego untuk lebih bijak mengatur rindu yang menggebu atau sekedar membatasi jumpa dan temu. Bae Joohyun sudah lebih terbiasa tanpa Seokjin.

Setidaknya, ini sudah hari ke dua ratus, satu minggu setelah Yoongi menyusul bertugas. Lelakinya masih sama, masih sehat dan tampak bahagia.

"Aku makan dengan baik, Bae. Jangan khawatir." begitu katanya beberapa jam lalu.

Dan untuk hal menakjubkan lainnya, rasanya bukan lagi kupu-kupu yang hinggap pada perut ratanya. Rasa menggelitiknya lebih dari itu, serta dengan rasa manis selepas cumbuan tadi berakhir melankolis. Rasanya dunia berada dalam genggaman ketika sosok itu berujar lirih.

"Kim Joohyun, i love you." []

***

Sejujurnya, chapter ini nyambung sm chapter sebelumnya cuma kayanya kepanjangan kalo ga dipisah hehe. Masih dengan hawa-hawa tugas negaranya Bang Jin kok ini wkwkwk i hope u guys enjoy! Babay, see you next cahpter! Boraheee 💜💜

Practice Makes Perfect ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz