Chapter 07

2.1K 220 30
                                    

Jimin memangku atensi sejak keterdiaman mereka beberapa saat lalu, hingga berputarnya roda kendaraan itu mata sipitnya masih saja menjelajah wajah tampan yang kini tengah mengemudi. Pemuda di sampingnya tak jua goyah kendati tatapan tajam Jimin seperti akan menelanjanginya---Seokjin tetap fokus pada jalanan. Tak ada pertanyaan hingga detik dimana suara decakan Jimin terdengar, saat itu pula netra keduanya bertemu. Menghela nafas dan kembali terdiam. Hanya itu yang Seokjin lakukan.

"Tak ada yang ingin Hyung katakan padaku?" Jimin sengaja menunggu kendati hati serta otaknya bergema meminta penjelasan.

Seokjin akhirnya mengalah, terlihat dari hembusan napasnya yang lebih berat nan panjang, berhedem sekilas sebelum bibirnya mengeluarkan kalimat yang membuat Jimin mengernyit heran sekaligus terkejut.

"Aku berkencan dengannya."

Flash.

Seperti ada ribuan kamera memotret wajahnya, alisnya semakin mengkerut sedang matanya semakin menyipit---menatap curiga pada lawan bicaranya. "Media play?"

Hah, jika saja kedua tangan Seokjin tidak sedang memegang kemudi mungkin sekarang Jimin tengah meringis memegangi kepalanya. "Kau pikir aku serendah itu?" ujarnya datar.

"La-lalu kalian saling menyukai?"

Jimin kesal ketika hanya anggukan yang ia dapatkan. Seperti tanpa minat pemuda di sampingnya sedari tadi hanya menjawab seadanya. Helaan nafas yang Jimin lakukan kini. Sepertinya ia harus sedikit lebih bersabar------ia harus paham jika Seokjin bukan tipe manusia yang suka mengumbar hal privasi sembarangan. Meski dengan orang terdekat sekalipun, kakaknya itu tak begitu sering membicarakan hal demikian.

"Kita sudah berkomitmen. Berkencan Jimin, sudah jelas bukan?"

"Sejak kapan?" tanyanya apatis. Tak begitu berharap pertanyaannya akan membuahkan hasil atau paling tidak sedikitnya ia jadi tahu seluk beluknya.

"Tadi."

"APA?!!" Jimin sudah tak bisa lagi menahan diri untuk tak bersikap tenang. "Tadi kau bilang?! Saat kita semua hampir mati karena penasaran---di dalam sana kalian---waah Hyung---" sedikit kekehan ringan diiringi tampang tak percaya Jimin menoleh menatap Seokjin takjub.

"Kau tahu apa yang aku pikirkan?" tanyanya.

Seokjin hanya mampu menggendikan bahu masih dengan manik menatap fokus pada jalanan yang cukup lengang. "Mustahil hyung. Bahkan aku tak pernah berpikir kalian dapat bersama," bersama dalam arti harfiah, bukan cinta atau semacamnya. "Dan sekarang kau bilang berkencan dengan Irene noona. Kau berkencan dengannya? Ka-kalian berdua---waaahh."

Kekehan kini menggema di sana, "Kau tahu Jimin? Hati manusia itu tak bisa ditebak----apalagi jika sudah berbicara cinta. Selalu mendadak. Haha aku bahkan tak tahu apa itu. Terlalu dini untuk menyebutnya cinta," untuk pertama kalinya Seokjin menoleh sekilas menatap tampang polos Jimin, bak anak kecil tengah mendengarkan ocehan ibunya.

"Aku hanya merasa senang ketika bersamanya. Perasaan tenang yang belum pernah sekalipun diterima, hyung bisa dapatkan itu----dari matanya." masih dengan fokusnya pada setir kemudi, bibirnya tak sedetikpun berhenti tersenyum ketika berbicara. Ini ajaib. Hatinya menghangat hanya dengan membicarakan Joohyun.

"Jadi jika kau menganggap ini mustahil, aku keberatan."

"Kau jatuh cinta, hyung." kini lampu lalu lintas yang menjadi atensi Jimin. Sementara kebungkaman kembali melanda sesaat setelah Seokjin berbicara, "Untuk sekarang jangan beritahu  yang lain dulu."

Tatapan serta raut heran kini Jimin perlihatkan. "Biar nanti hyung sendiri yang kenalkan Joohyun pada mereka." Lagi. Senyum itu tak luntur dari bibir tebalnya hingga diam-diam meninggalkan perasaan hangat di hati Jimin. Ia diam-diam tersenyum melihat kakaknya di mabuk cinta.

***

Hangat menjalar ke seluruh tubuh ketika jemarinya menyentuh tombol berwarna hijau itu, debar itu kembali lagi ketika rungunya menangkap suara familiar di seberang sana. Kim Seokjin terperanjat sesaat ketika suara lembut itu berbisik-----selamat tidur sayang.

Pip.

Setelahnya hanya bunyi itu yang terdengar sementara tubuhnya masih stagnan. Apa katanya?

Mengapa sekarang hanya kata itu yang terdengar paling indah? Lagi, ia ingin mendengarnya sekali lagi. Tanpa berlama-lama jemarinya berkutat mencari nama seseorang, hingga pada dering kedua panggilan itu tersambung mengundang senyum di bibir masing-masing. "Kau curang!"

Joohyun mengernyit di ujung sana. "Kenapa langsung kau tutup?" wanita itu tahu jika si pemuda tengah merengut sebal.

"Ak---"

"Kau harus tidur sekarang. Selamat malam, sayang."

Joohyun terperangah, selama mengenal Seokjin ia paham bagaimana sifat menyebalkan juga jahilnya pemuda itu. Akan tetapi, senyum irit yang selalu Seokjin bicarakan kini mengembang bak adonan kue diberi baking powder. Selimut yang seharusnya digunakan sebagai penghangat kini ia remas kuat meninggalkan bentuk tak beraturan di beberapa bagian, sementara wajahnya ia tenggelamkam pada bantal sesaat setelah bunyi tut tut menyapa rungu.

Hah, jika boleh ia ingin perasaan ini untuk waktu yang lama.

***

Mentari pagi kembali menyapa, namun terasa lebih hangat dibanding dengan hari-hari biasa. Kim Seokjin dengan piyama putihnya berjalan ceria ke arah dapur, membuat sarapan untuk para member seperti biasa. Namun, hal lain yang Jungkook tangkap dari caranya berperilaku----Seokjin hyung terlalu banyak tersenyum. Tak ada sapaan ringan yang ada hanya deretan gigi putih di depannya hingga membuat Jungkook bergidik.

Apa Seokjin hyung sudah gila karena libur beberapa hari, pikirnya.

Konyol. Bahkan ketika kata itu menghampiri telinganya, Seokjin masih tetap tersenyum jenaka. "Benar-benar sudah gila." bisiknya lebih kepada diri sendiri. Hingga satu persatu anggota terbangun menghampiri keduanya yang berkutat pada pekerjaan dapur. "Waaahhh wangi sekali." teriak Hobi dari ruang tengah.

"Hyung, nanti siang Seulgi akan berkunjung." ujar Jimin yang entah datang darimana. "Bolehkah?" lanjutnya.

Namjoon masih dengan mata tertutupnya berjalan perlahan seraya berguman, "Kau kan memang selalu membawanya kemari."

"Tapi, kekasih Jin hyung juga akan datang."

Byur.

Seokjin yang tengah memakan sereal dengan tidak elegannya memuntahkan sebagian dari mulutnya. Bunyi menyalak pun tak dapat dielakkan lagi, Seokjin terbatuk hingga tak sadar jika semua orang tengah menatapnya terkejut.

"KAPAN KAU MEMINTA SEORANG GADIS BERKENCAN?! KENAPA TIDAK MEMBERITAHUKU?!!" Jungkook yang sejak awal sudah curiga, mulutnya tak mampu lagi ia tahan. Mulutnya tak berhenti mengoceh membuat yang lain tak sempat berbicara kendati ingin. Jangan lupakan tatapan jahil Jimin di sudut ruangan, atau manik Yoongi yang seperti tengah menyelidik. Seokjin benci situasi ini.

Akhirnya helaan nafas keluar sebelum ia beranjak seraya berucap, "Iya nanti siang ia kemari." []

***

Kalo ditanya, "loh thor kok update mulu?"

"Kebetulan aja lagi gabut dan ada bahan" 😂

Thx for reading!! 💜💜💜

Practice Makes Perfect ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz