Part 2

1.9K 75 1
                                    

Siska mencium kening Irene, membuat Irene terbelalak.

"SUMPAH! GUE JIJIK!" teriak Irene.

Siska hanya tertawa geli mendengar teriakan Irene.

"Gue mau jujur sama Lo. Gue tau lo baru sadar. Tapi gue yakin otak lo udah bisa mencerna omongan gue" Siska berbicara dengan tidak berhenti tersenyum.

Setiap Siska melakukan hal ini pasti saja ada sesuatu hal buruk menimpa Irene.

Entahlah, ini seperti kutukan untuk Irene.

"Gue... Udah putusin, Ren!" ucap Siska.

"Putusin apa sih? Lo punya pacar aja kagak! Udah deh jangan bertele-tele. Nanti Author yang diserang netizen" ucap Irene sambil beringsut duduk.

"Gue... Udah putusin bakalan suka sama Rendi" ucap Siska sambil mencium kening Irene kembali.

"Amit! Amit! tujuh turunan! Biadab Lo sis! Gue gak suka lo cium-cium!" Ketus Irene sambil menjitak bibir Siska.

"Aahh dan satu lagi! Lo ngapain suka sama si Curut Rendi! Ya ampun kayak gak ada cowo lain aja sih?" Irene menjitak kepala Siska yang cengar-cengir gak jelas.

"Terus kalau Dira yang cium? Hemh terus Gue boleh suka juga sama Dira?" tanya Siska dengan nada mengejek.

"Y-ya... Ya terserah lo lah, asal jangan si Rendi" Irene kembali merebahkan badannya dan menutup mata.

***

Rendi dan Dira diluar menunggu Siska datang.

"Gimana keadaan Irene, Sis?" tanya Rendi dengan kekhawatiran yang terlukis di wajahnya.

"Bibir Irene sedikit bengkak. Terus lehernya bercak-bercak merah, sepertinya di gigit serangga bergigi serigala" jawab Siska dengan sorot mata tajam mengarah pada Dira.

'Brengsek! Gue disindir'-Dira

Siska lalu meminta Rendi untuk mengantarkannya pulang ke rumah.

Awalnya Rendi menolak, dan ingin menjaga Irene, tapi Siska berakting kesakitan di depan Rendi. Membuatnya tak mampu lagi menolak keinginan Siska.

Flash back

"Hallo. Ke rumah sakit! Irene pingsan!" ucap Dira dengan nada dinginnya.

Siska tidak sempat menjawab perkataan Dira. Karena Dira langsung menutup telponnya begitu saja.

Siska yang cemas, menelpon mama nya Irene, dan juga Rendi. Siska rasa mereka berdua harus berada di sisi Irene untuk saat ini.

Siska pergi dengan supirnya, namun setelah sampai di depan rumah sakit, Siska menyuruh supirnya untuk pulang kembali ke jakarta.

Karena Siska pikir ia akan berada di rumah sakit sepanjang malam. Dan baru Kembali ke jakarta besok pagi bersama Irene dan mama nya.

Siska sudah tahu dimana Irene dirawat, karena ia sudah menghubungi pemilik rumah sakit itu sebelum sampai disana.

Siska berjalan perlahan lalu membuka pintu kamar VIP Irene.

Hal yang sungguh di luar dugaan. Alih-alih terkapar lemas.

Mereka berdua sedang bercumbu dengan ganas.

"Ehem" Siska berdehem. Membuat aktifitas Dira dan Irene terhenti.

Irene yang setengah sadar, akhirnya kembali pingsan. Siska menutup pintu kamar itu dengan perlahan.

Dan setelah itu Rendi datang menghampiri Siska.

"Irene dimana?" Rendi bertanya dengan wajah cemasnya.

Siska pikir ini tak akan baik untuk mereka bertiga, jika Rendi masuk ke dalam dan menemukan Dira berada Disana.

"Rendi, a-aku aww..." Siska memulai aktingnya. Memegangi kakinya yang sebenarnya sudah sembuh.

Lalu menyandarkan dirinya di dada Rendi.

"Kamu kenapa Sis?" Rendi terlihat begitu cemas.

"Aahh kaki aku yang terkilir sakit lagi, mungkin karena tadi aku berlari dari depan kesini" jawab Siska.

Rendi perlahan membawa Siska menuju tempat duduk di samping pintu.

Rendi menunduk, lalu memijat-mijat kaki Siska yang tidak sakit itu.

Rendi tersenyum, "kaki kamu cantik."

Wahh...

Siska sepertinya benar-benar jatuh hati hanya karena perkataan Rendi barusan.

Ini sebenarnya akan menjadi hal menguntungkan bagi semua orang, pikir Siska.

Rendi akan berhenti mengejar Irene, membiarkan Irene dan Dira bahagia.

Lalu di sisi lain, Siska akan menemukan kebahagiaannya. Yaitu Rendi.

Semua orang akan bahagia. Dan cerita ini akan berakhir.

"Tidak semudah itu sis." Author berbisik.

MY COLD BRONDONG (Tamat)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant