PART 4 Mama Mertua

2K 81 11
                                    

Winda berjalan dengan tergesa-gesa. Ia terus berdoa sepanjang perjalanan untuk kesembuhan Irene.

Kaki kanannya terkilir saat turun dari mobil, kini ia berjalan sambil menyeret-nyeret kakinya menelusuri loby rumah sakit.

Ia lalu Bertanya pada seorang perawat tentang keberadaan Irene. Setelah mengetahuinya, Winda langsung menuju tempat yang di sebutkan oleh perawat itu.

Dengan air mata yang terus mengalir, mulutnya masih terus komat kamit meminta tuhan mengambil nyawanya saja! Jangan Irene!

Ibu mana yang akan kuat melihat anaknya terbaring sakit, apalagi setelah melewati 1 tahun yang tak pernah memberikan harapan itu.

Saat Irene koma. Kesadarannya adalah keajaiban, mungkinkah kali ini tuhan akan mengambil keajaiban itu kembali.

Winda menghela nafasnya berat!

Dadanya sesak. Ia tak sanggup lagi menopang badannya untuk berdiri tegak.

Winda...

Terjatuh tepat di depan pintu kamar Irene, ia memegangi dadanya yang teramat sesak.

Sambil terisak, Winda di papah oleh seorang pria berbadan tegap, yang memakai kaos polos putih.

Ia membawa Winda untuk duduk di kursi, tepat di sebelah pintu kamar Irene.

Dan memberikan sebotol air mineral untuk Winda.

Winda pun menerima air itu sambil terisak. Ia mencoba mengatur nafasnya untuk tetap tenang.

Akhirnya, Winda sudah bisa berhenti menangis walaupun dadanya masih terasa sangat menyakitkan.

"Trimakasih" ucap Winda, setelah meneguk seperempat air dalam botol itu.

"Sama-sama Ibu mertua" jawabnya.

Winda terkejut. Lalu menoleh pada laki-laki di sampingnya ini.

"Maaf kamu siapa ya?" tanya Winda dengan nada bingungnya.

Laki-laki itu hanya tersenyum lebar, lalu merangkul bahu Winda, dan membantunya untuk masuk ke ruangan Irene.

"Sayang!" teriak Winda, ia menghampiri Irene yang sedang tertidur.

Irene terbangun karena mendengar suara cemas dari sang Ibu.

Irene beringsut duduk dan menciumi kedua pipi ibunya yang sudah basah dengan air mata.

"Mamih jangan nangis. Irene gak apa-apa kok" ucap Irene  meyakinkan ibunya.

Winda lalu memeluk Irene sambil dia usapi punggung Irene pelan. Melepaskan rasa sakit, adalah dengan pelukan.

Ini terasa nyaman.

Winda sudah tak merasakan sesak lagi di dadanya.

"Mama mertua mau makan apa?" tanya pria itu sambil tersenyum ramah.

Irene hanya menatap pria itu dingin.

Ini masih mending! Daripada Irene menatapnya dengan tatapan Jijik.

Mungkin jika sudah sembuh, Irene pasti melakukan hal itu.

Itu Pasti!

Irene mendekatkan badannya, ia meraih tangan Winda dan menggenggamnya erat, "Maafin Irene ya mih, selalu buat mamih khawatir.",

Winda hanya mengangguk sambil menangis haru.

"Irene dan ibu mertua mau makan apa?" tanya pria itu lagi. Mencoba mencari celah untuk menyusup diantara tangisan haru mereka.

Irene menatap pria itu sambil tidak bergairah, kenapa rasanya tangan Irene gatal sekali, "Mah. Kok Irene pengen tabok orang yah?"

Winda hanya tersenyum, lalu mencubit pipi Irene gemas.

"Tabok aja sepuasnya, abis itu ajak ke pelaminan" jawabnya sambil melirik pria yang tersenyum kikuk itu.

"TIDAK AKAN!" Irene memprotes dengan tegas. Lalu membaringkan kembali tubuhnya ke kasur.

"Bisa bicara sebentar?" ucap Winda pada pria itu.

Mereka perlahan keluar dari ruangan, dan membicarakan sesuatu yang sangat penting, "Tante belum pernah lihat Irene dekat dengan laki-laki. Sepertinya kamu laki-laki yang baik. Tolong jaga dia, dan..."

"... segera nikahi Irene yah"




Cowok itu siapa??

MY COLD BRONDONG (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang