05

3K 112 5
                                    

"Kenapa?" tanya Dira lembut.

Tanpa berkata apapun. Irene langsung memeluk Dira.

Dira hanya diam mendapatkan pelukan itu. Ia tahu Irene butuh sandaran saat ia sedang dalam keadaan sedih seperti ini.

"Eh sorry" Irene segera melepaskan pelukannya pada tubuh dira.

Namun dira entah kenapa dia malah mencium bibir Irene sekilas. Mungkin dia gak tahan dengan bibir Irene yang tipis dan mungil itu.

Wajah irene memerah seperti tomat.

Mereka hanya diam saja sepanjang jalan. Akhirnya mereka sampai di apartemen Royal king.

"Kita ngapain kesini?" tanya irene bingung.

"Inikan apartemen kita" jawab dira enteng

"Tapi gue gak mau kesini!"

"Kenapa dari tadi lo diem!" Ketus Dira

"Itu karena... Karena..." Irene tak melanjutkan omongannya. Dira pasti tau apa yang terjadi dengan Irene.

"Karena gue cium lo?"tanya dira sambil mendekatkan mukanya di depan muka Irene.

Irene yang sedari tadi memalingkam wajahnya ke arah jendela di sisi kiri nya sontak kaget dengan keberanian cowo brondong di depannya ini.

'cih pasti gara-gara dia banyak nonton film dewasa'-Irene

"Bisa gak kalau mau apa-apa tuh bilang dulu" gerutu Irene.

Dira hanya diam. Dira mengeluarkan mobilnya dari parkiran.

"Tujuan?" Tanya dira.

"Taman!" Ucap irene ketus

disana Irene sudah di tunggu oleh seorang laki-laki berbadan atletis. Tinggi dan sepertinya pegawai kantoran. Mungkin itu pacar Irene pikir dira.

"Halo pak Ben"

"Bernardi non!" Ketusnya membuat Irene tertawa lepas, karena ia selalu salah menyebutkan nama pegawai papahnya.

"Nona muda. Saya heran kenapa non kabur dari London?" tanya nya dengan nada serius.

"... Tapi sekarang saya mengerti. Ternyata ada yang non rindukan disini" lanjutnya menggoda Irene.

"Hah? Saya gak rindu sama pak ben kok!"

"Hadeh nona muda! Lagian siapa yang geer di rindukan non. Terserah non mau manggil saya apa. Tapi saya sudah beranak 3 apa non mau" ucapnya sambil tertawa.
Bernardi ini memang sudah berumur 40 tahun. Tapi badannya masih saja atletis dan kelihatan umur 28 tahunan.

"Haha terus yang pak Ben maksud siapa?"

"Tuh yang di dalam mobil" ucapnya sambil menunjuk mobil Dira.

"Apaan sih pak. Dia bukan pacar saya! Oh ya mana data yang saya cari?"

"Hemh baiklah kalau tidak mau mengaku. Ini data nya" seraya menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat.

Irene membuka isinya perlahan. Hanya ada foto-foto tito dan keluarganya.

"Kenapa segini?"

"Seperti yang sudah saya jelaskan di dalam pesan. Tito itu pulang dari London karena perusahaan ayahnya akan bangkrut. Ia terlilit hutang pada perusahaan kita. Keluarga tito tahu bahwa sahabat pak Tsukma adalah Pak Adiyasa, yang beliau adalah ayahnya non siska. Mereka menyusun rencana untuk segera menikahkan anaknya dengan siska. Agar perusahaan mereka di bantu oleh adiyasa"

"Lalu. Berapa lama sebelum pernikahan yang mereka rencanakan itu berlangsung?"

"Satu minggu lagi! Mereka akan mendesak non siska. Bahkan saya dengar jika rencana itu tidak berhasil. Tito harus menghamili Siska. Agar mereka bisa menikah segera!"

Irene hanya diam mendengarkan penuturan dari Bernardi. Dia sangat berharap ada keajaiban datang untuk sahabatnya

"... Dan satu lagi non! Jangan pikir ayah dan ibu non gak tahu kalau non diam-diam pulang ke jakarta. Mereka mengerti kalau non sangat merindukan indonesia. Non di suruh pulang ke rumah utama dan mendapatkan fasilitas yang seharusnya"

"Aku bisa tinggal di apartemen saja. Mungkin aku butuh kendaraan"

"Baik non. Akan segera saya siapkan!"

"Pak. Bisa bantu saya. Untuk berbicara dengan pak adiyasa?"

"Baik non. Non gak usah khawatir. Saya akan mengurus semuanya. Serahkan pada saya"

"Aku percaya pak ben bisa diandalkan. Trimakasih"

Irene segera pergi dari taman dan masuk lagi ke dalam mobil. Di dalam mobil terlihat seseorang yang sedang cemberut.

"Maaf ya lama" ucap Irene menyesal

Dira hanya diam. Dan segera melajukan mobilnya dengan cepat. Sebenarnya dira kesal bukan karena irene terlalu lama. Tapi melihat irene dengan laki-laki lain membuat dira sangat kesal.

Sesampainya di apartemen. Dira sama sekali gak bicara. Dan turun begutu saja dari mobil.

"Hey. Kamu kenapa sih?" Tanya irene setengah berteriak.

Dira hanya pergi. Irene mengejarnya sampai pintu apartemen dira.

"Maaf ya aku sudah buat kamu marah" ucap irene dengan nada lembut sambil matanya menatap lantai. Ia merasa menyesal.

Tangan nya tiba-tiba di pegang oleh dira. Dan membawanya masuk ke apartemen dira.

"Duduk!" Perintah dira.

Dira perlahan berjalan sambil memegangi kepalanya. Irene langsung  beranjak dari tempat duduknya. Dan memegang kedua tangan dira untuk menahannya supaya tidak terjatuh.

"Kamu kenapa? Kamu sakit?" Tanya Irene lembut.

"Aku gak apa-apa" jawab dira lemah.

Irene segera menuntun dira ke kasurnya. Irene memeriksa suhu tubuh dira. Ternyata sangat panas.

"Sejak kapan kamu sakit?" Tanya irene.

"Mungkin sejak pertama kita ciuman. Aku tertular demam dari kamu" tutur dira menjelaskan

'kok ada yang aneh ya? Aku sama dia kemarin panggilnya gue lo. Sekarang aku kamu. Jadi baper kan gue' -Irene

"Bisa gak kalau gak bahas-bahas itu. Lagian itu cuman kecelakaan" ucap Irene

Dira kesal mendengar perkataan irene. Itu bukan jawaban yang diinginkannya.

"Yaudah sana lo balik ke kamar lo!"bentak dira

'ya ampun. Baru aja gue bilang baper karena panggilannya aku kamu. Kenapa kumat lagi'-Irene

"Ooooke!" Sentak irene dan melangkahkan kaki keluar dari kamar.

Namun saat sampai di ambang pintu ia memutar badannya ke arah Dira.

"Password kamar ini berapa?" Tanya irene

" Buat apa? Gak usah tahu!"

"Siapa tau ada yang ketinggalan. Gue bisa masuk sendiri!"

"473186"

"Oke"





MY COLD BRONDONG (Tamat)Where stories live. Discover now